Asuhan Keperawatan Astma
BAB I
LANDASAN TEORITIS
- Konsep Dasar
- Defenisi
Astma disebut juga sebagai reaktive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan.
Asthma adalah keadaan yang ditandai dengan serangan otak nafas berkurang disertai dengan nafas yang berbunyi karena kejang-kejang otot polos ranting-ranting tengkorak.
(Kamus Kedokteran, hal 28)
Asthma adalah penyakit paru dengan siri khas yaitu saluran nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma.
(Ngastiyah, tahun 1995, hal 66)
Asthma adalah penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel dan kronik dengan karakteristik adanya mengi, asthma disebabkan oleh spasme saluran bronkial atau pembengkakan mukosa bronkial, setelah terpajan berbagai stimulus.
Asthma merupakan penyakit kronis yang paling umum terjadi pada masa anak-anak. Sebagian besar anak mengalami gejala pertama kali pada usia 5 tahun.
(Muscari Dan Mary, hal 231)
- Anatomi Dan Fisiologi
Kelainan yang didapatkan pada penyakit asthma adalah:
- Otot bronkus akan berkerut (terjadi penyempitan)
- Selaput lendir bronkus edema
- Produksi lendir makin banyak, lengket dan kental sehingga ke 3 hal tersebut menyebabkan saluran lobang bronkus menjadi sempit dan anak akan batuk bahkan dapat sampai sesak nafas. Serangan demikian dapat hilang sendiri atau hilang dengan pertolongan obat.
Berdasarkan atas pengertian asthma seperti yang telah diuraikan maka untuk manifestasi serangan asthma harus ada pencetus dan ada dasar hiper reaktivitas dari bronkus. Serangan asthma dapat berupa sesak nafas ekspiratori paraksimal berulang-ulang dengan mengi (wheezing) dan batuk yang akibat kontriksi atau spasme otot bronkus. Inflamasi mukosa bronkus dan produksi lendir kental yang berlebihan. Asthma merupakan penyakit keturunan.
- Patofisiologi
- Asthma anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
- Dengan adanya bahan iritasi alergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi tubuh muncul (immunoglobin E atau Ig E) dengan adanya alergi. Ig E dimunculkan pada receptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.
- Respon asthma terjadi dalam 3 tahap, pertama tahap immediate yang ditandai dengan bronko konstriksi (1 – 2 jam), terhadap dilated dimana bronko konstriksi dapat berulang dalam 4 – 6 jam dan terus-menerus 2 – 5 jam lebih lama. Terhadap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jumlah nafas beberapa minggu atau bulan.
- Asthma yang dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan dan udara dingin.
- Selama serangan astmatik bronkiolus menjadi meradang dan peningkatan sekresi. Hal ini menyebabkan lumen jumlah nafas menjadi bengkak kemudian meningkatkan resistensi jumlah nafas dan dapat menimbulkan distress pernafasan.
- Anak yang mengalami asthma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas. Dan ini menyebabkan hiperintlasi pada alveola dan perubahan pertukaran gas. Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2, sehingga terjadi penurunan PO2 (hipovia) selama serangan asthma. CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jumlah nafas selama ekspirasi dan menyebbabkan asidosis respiratori dan hipercapnea kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi dan meningkatkan pernafasan (tachypnea) kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah.
Stimulus non Pengaktifan sel stimulus immunologik
Immunologik antigen
Infeksi virus, stimulus fisik
Dan kimia
↓
Autonomik sistem persyarafan sel mast, sel epitel
Reflek avon neuropeptida makrofag, cosinofil
Limposit
↓
Mediator radang
Kontraksi otot-otot pernapasan
Kimotaksis
↓
Respon granulosit
Netrofil
Cosinofil
Basofil
Aktifnya sel mononukleus
Makrofage
Limfosit
↓
Mediator radang
↓
↓
Edema bronkus
Infiltrat seluler
Fibrosis subepitel
Sekresi mukus meningkat
Permeabilitas vaskuler dan mukosal
↓
Hiperresponsif jalan nafas
↓
Asthma
- Komplikasi
- Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
- Chronic persistent bronchitis
- Bronchiolitis
- Pneumonia
- Emphysema
- Etiologi
- Faktor ekstrinsik: reaksi antigen – antibodi: karena inhalasi dengan (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
- Faktor intrinsik: infeksi: para influenza virus, pneumonia, mycoplasma kemudian di fisik: cuaca dingin, perubahan temperatur, iritan, kimia polusi udara (CO, asap rokok, parfum). Emosional: takut, cemas dan tegang, aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
- Patologi
Asma ditandai oleh adanya 3 kelainan yakni:
- Kontriksi otot bronkus
- Inflamasi mukosa
- Bertambahnya sekret di jalan nafas
Pada stadium pertama serangan terlihat mukosa pucat, terdapat edema dan kongesti pembuluh darah, infiltrasi sel cosinofil dalam sekret di dalam lumen saluran nafas. Jika serangan sering terjadi dan lama atau menahun akan terlihat deskuamasi (mengelupas) epitel. Penebalan membran hialin basal, hiperplasia serat elastis, juga hiperplasia dan hipertrofi otot bronkus.
- Patogenesis
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya asthma sehingga belum ada patogenesis yang dapat menerangkan semua penemuan pada penyelidikan asma. Salah satu sel yang memegang peranan penting pada patogenesis mis alergen, infeksi dan lain-lain. Sel mast ini akan mengalami degragulasi dan mengeluarkan berbagai mediator misalnya histamin.
Telah dikemukakan bahwa serangan asthma timbul bila ada pencetus dan berbagai pencetus tersebut ialah:
- Alergan
Faktor alergan dianggap mempunyai peranan pada sebagian besar anak dengan asthma. Disamping itu hiperaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiperraktivitas bronkus tinggi diperlukan jumlah alergan yang sedikit dan sebaliknya jika hiperraktivitas rendah diperlukan jalan antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asthma.
- Infeksi
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan adalah respiratory syncital virus (RSV) dan virus perainfluenza, misalnya aspergillus dan seperti askaris.
- Iritan
Hairspray, minyak wangi, obat semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2, dan polutan udara lainnya dapat memacu serangan asthma.
- Cuaca
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dihubungkan dengan percepatan dan terjadinya serangan asthma.
- Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asthma bahkan tertawa atau menagis berlebihan dapat merupakan pencetus.
- Infeksi saluran nafas
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronik dapat memudahkan terjadinya asthma pada anak.
(Rachelesfky dkk, 1978)
Rhinitis alergika dapat memberatkan asthma melalui mekanisme iritasi atau refleks.
- Faktor psikis
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks. Tidak adanya perhatian berhubungan dengan asthma oleh anak saudara atau keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan asthma.
- Manifestasi Klinis
- Wheezing
- Cypsnea dengan lama ekspirasi: penggunaan otot-otot asesori pernafasan cuping, hidung, retraksi dada dan stidor
- Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan nafas sempit
- Tacypnea, ortophnea
- Gelisah
- Diaphorosis
- Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan
- Fatique
- Tidak tertekan terhadap aktivitas, makan, bermain, berjalan, bahkan bicara
- Kecemasan stabil dan perubahan tingkat kesadaran
- Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest)
- Serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur
- Pemeriksaan Diagnostik
- Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
- Foto rontgen
- Pemeriksaan fungsi paru: menurunnya t’dal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum
- Pemeriksaan alergi
- Pulse oximetry
- Analisa gas darah
- Obat-Obatan
Sepeti yang telah diuraikan bahwa obat-obatan untuk asthma anak terdiri dari:
- Bronkodilator: adrenalin, orsiprenalin, terbutalin, fenoterol
- Kortikosteroid: prednison, hidrokortison, dexametason
- Mukolitik: banyak minum air
Cara pemberian sesuai petunjuk obat masing-masing obat yang disebutkan itu diberikan jika sedang mendapat serangan. Obat untuk pencegahan serangan asthma dapat:
- Bronkodilator
- Kortikosteroid obat pencegahan harus terus diberikan
- Ketotifer (zaditin) walaupun sedang tidak mendapat
- DSCG (intal) serangan
- Mukolitik
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
- Pengkajian
Dapatkan riwayat:
Riwayat alergi dalam keluarga, gangguan genetik riwayat pasien tentang disfungsi peenafasan sebelumnya; bukti terbaru penularan terhadap infeksi alergen, atau iritan lain, trauma.
Lakukan pengkajian fisik pada dada dan apru, observasi pernafasan terhadap:
- Frekuensi – cepat (takipnea), normal atau lambat untuk anak tertentu
- Kedalaman-kedalaman normal, terlalu dangkal (hipopnea), terlalu dalam (hiperpnea); biasanya di perkirakan dari ampitudo torakal dan pengembangan abdomen
- Kemudahan – kurang upaya, sulit (dispnea) artopnea dihubungkan dengan retraksi interkostal dan atau substernal (inspirasi “tenggelam” dari jaringan lunak dalam hubungannya dengan kartillagnosa dan tulang toraks), pulsus paradoktus (tekanan darah turun dengan inspirasi dan meningkat karena ekspirasi), pernafasan cuping hidung, bobbing head (kepala anak yang tidur dengan area suboksipital disokong pada lengan orang tua yang terangkat ke atas sinkron dengan setiap inspirasi), mengorok, atau mengi (wheezing)
- Pernafasan sulit – kontinu, intermiten, menjadi makin buruk dan menetap awitan tiba-tiba, pada saat istirahat atau kerja, dihubungkan dengan mengi, mengorok, dihubungkan dengan nyeri.
- Irama – variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan observasi adanya.
- Bukti infeksi – peningkatan suhu, pembesaran kelenjar limfe servikal, membran mukosa terinflamasi, dan rabas purulen dari hidung, telinga, atau paru-paru (sputum)
- Batuk – karakteristik batuk (bila ada) dalam keadaan seperti apa batuk terdengar (mis, hanya malam hari, atau pagi hari), sifat batuk (paroksismal dengan atau tanpa mengi, “cpou” atau brassy), frekuensi batuk, berhubungan dengan menelan atau aktivitas lain
- Mengi 9wheezing) – ekspirasi atau inspirasi, nada tinggi atau musikal memanjang, secara lambat progesif atau tiba-tiba, berhubungan dengan pernafasan sulit
- Sianosis – perhatikan distribusi (perifer, perioral, fasial, batang tubuh serta wajah), derajat, durasi b/d aktivitas
- Nyeri dada – mungkin merupakan keluhan anak yang lebih besar. Perhatikan lokasi dan situasi: terlokalisir atau menyebar, menyebar dari dasar leher atau abdomen, dangkal atau tajam, dalam atau superfisial, b/d pernafasan cepat, dangkal, atau mengorok
- Sputum – anak-anak yang lebih besar dapat memberikan sampel sputum: perhatikan volume, warna, viskositas dan bau
- Pernafasan buruk – dapat berhubungan dengan beberapa infeksi pernafasan
- Diagnosa Keperawatan
- Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas dan tidak efektif pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatkan sekret
- Fatique b/d hypovia dan meningkatnya usaha nafas
- Kecemasan b/d hospitalisasi dan distress pernafasan
- Resiko kurangnya volume cairan b/d meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan
- Perubahan proses keluarga b/d kondisi kronik
- Kurangnya pengetahuan b/d proses penyakit dan pengobatan
- Perencanaan
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.
Diagnosa Keperawatan I
Tujuan:
Mempertahankan pertukaran gas yang adekuat dengan pembersihan jalan nafas.
Rencana tindakan:
- Mempertahankan kepatenan jalan nafas: pertahankan support ventilasi bila diperlukan
- Kaji fungsi pernafasan: auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15 menit sampai 4 jam
- Berikan O2 sesuai program dan pantau pulse oximetry dan batasi (penyapihan) atau tanpa alat bantu bila kondisi telah membaik
- Kaji kenyamanan posisi tidur anak
- Monitor efek samping pemberian obat, monitor serum darah, normalnya 10 – 20 ug / ml semua usia
- Berikan cairan yang adekuat peroral atau parenteral
- Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan kecemasan
- Berikan terapi nermalin sesuai dengan usia
Diagnosa Keperawatan II
Tujuan:
Memberikan istirahat yang cukup, mencegah hypoxia, dan mengurangi kerja berat pernafasan
Rencana tindakan:
- Kaji tanda dan gejala hypoxia, kegelisahan, fatigue, iritabel, tachycardia, tachypnea
- Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat membuat anak lelah, berikan istirahat yang cukup
- Instruksikan pada orang tua untuk tetap berada di dekat anak
- Berikan kenyamanan fisik, support dengan bantal dan peraturan posisi
- Berikan oksigen humidifikasi sesuai program
- Berikan nebulizer, kemudian pantau bunyi nafas dan usaha nafas setelah terapi
Diagnosa III
Tujuan:
Memberikan lingkungan yang tenang dan mengurangi kecemasan
Rencana tindakan:
- Ajarkan teknik relaksasi, latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir dan perut dan ajarkan untuk berimajinasi
- Pertahankan lingkungan yang tenang: temani anak, dan berikan support
- Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi
- Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak
- Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan
Diagnosa IV
Tujuan:
Berikan hidrasi yang adekuat
Rencana tindakan:
- Monitor intake cairan dan out put, mukosa membran, turgor kulit pengeluaran urine, ukur gravitasi urine dan berat jenis urine
- Monitor elektrolit
- Kaji warna sputum, konsistensi dan jumlah
- Pertahankan terapi parenteral bila toleran, hati-hati minuman yang dapat meningkatkan bronkospasme (air dingin)
- Setelah fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3 – 8 gelas (750 – 2000 ml) tergantung usia dan berat badan
Diagnosa V
Tujuan:
Mengkaji proses koping keluarga
Rencana tindakan:
- Berikan kesempatan pada orang tua untuk ekspresi pernafasan
- Kaji mekanisme koping sebelumnya pada waktu stress
- Jelaskan prosedur dan pengobatan yang diberikan
- Informasikan pada orang tua tentang kondisi anak
- Identifikasi sumber-sumber psikososia keluarga dan financial
Diagnosa VI
Tujuan:
Memberikan informasi tentang proses penyakit perawatan dan pengobatan
Rencana tindakan:
- Kaji tingkat pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit, pengobatan dan intervensi
- Bantu untuk mengidentifikasi faktor pencetus
- Jelaskan tentang emosi dan stress yang dapat menjadi faktor pencetus
- Jelaskan pentingnya pengobatan, dosis, efek samping, waktu pemberian dan pemeriksaan darah
- Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol ulang
- Informasikan pentingnya program aktivitas dan latihan nafas
- Jelaskan pentingnya terapi bermain sesuai usia
(Suriadi, S.Kp dan Yuliadi Rita, S.Kp, Askep Anak, 1987)
- Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada pasien asthma adalah:
Diagnosa Kperawatan I
Tidak ada gangguan pertukaran gas, jalan nafas efektif, tidak ada lagi penumpukan sekret (sekret normal)
Diagnosa Keperawatan II
Hypoxia penyebab factique tidak ada, pernafasan normal
Diagnosa Keperawatan III
Kecemasan kurang karena lingkungan yang mulai tenang
Diagnosa Keperawatan IV
Volume cairan normal, pernafasan noemal
Diagnosa Keperawatan V
Mengakui perasaan putus asa, mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan
Diagnosa Keperawatan VI
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, S.Kp dan Yuliani Rita, S.Kp, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I, 1987, CV. Sagung Seto, Jakarta.
Ahmad Ramali Me Dan Pamoentjak, St, Kamus Kedokteran, Edisi Revisi, 2002, Penerbit Djamnaran, Jakarta.
Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995.
Muscary E. Mary, Keperawatan Pediatri, Edisi III, 2005, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Evelyn C. Pearce, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis, 1995, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
0 Response to "Asuhan Keperawatan Astma"
Post a Comment