Asuhan Keperawata Pada Pasien Appendik
BAB I
PENDAHULUAN
- KONSEP DASAR
- Defenisi
Appendik adalah suatu tambahan seperti kantong yang tidak berfungsi terletak pada bagian anterior caecum. Penyebab paling umum dan appediksitis adalah obtruksi lumen oleh feces yang akhinya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa yang menyebabkan inflamasi (Engram, 1998).
Appendiksitis adalah inflamasi appendiks, suatu bagian seperti kantong yang non fungsional dan terletak dibagian interior seikum. Penyebab umum dari appendiksitis adalah obstruksi lumen mukosa yang menyebkan inflamasi (Monica Ester, 2002).
Appediktomi adalah pengangkatan appendiks yang terinflamasi dapat dilakukan pada pasien rawat jalan dengan menggunakan pendekatan endoskopi, namun adanya perlengkapan multipel, posisi retroperintoneal appendiks atau robek perlu dilakukan prosedur pembukaan (Doenges, 2000).
- Anatomi dan Fisiologi
Posisi appendiks
- Cabang misenterika superior
- Ileum terminal
- Appendikularis yang telah retroperitoneal
- Appendikularis di dalam mesoappendiks
- Ujung appendiks terletak pada agak kekuadrat (posisi peluka) pada kedudukan ini appendiks mungkin melekat pada tuba atau ovarium kanan atau mungkin terdapat keluhan atau tanda gangguan organ tersebut.
- Appendiks telah intraperitoneal, ujungntya bisa terletak diarah mana saja (lingkaran kedudukan menentukan letak keluhan dan tanda-tanda lokal pada appendiksitis akut).
- Pada caekum intraperitoneal kedudukannya dapat berindah tergejala jurusan, paling sering kearah kranial karena saat embrio rotasi usus (serum) kurang sempurna yang menentikan letak appendiks secara tidak langsung.
- Appendiks terletak retroperitoneal dibelakang sekum (retrosekal) appendiksitis, pada letak ini tidak menimbulkan keluhan atau tanda yang disebabkan oleh rangsangan peritoneum setempat.
- Pertemuan 3 (tiga) tenia menunjukkan pangkat appendiks, umumnya diwaktu operasi appendiks tidak tampak karena kedudukannya retrosekal.
(Sjamsuddin, 1997).
- Patofisologi
Hiperplasia Fekalit Benda asing Neoplasma
Folikel limpoit
Obstruksi appendiks
Mukus yang diproduksi mukosa
Mengalami bendungan
Peningkatan mukus paling
banyak
Elastisitas dinding appendiks
Terbatas
Peningkatan tekanan
Intralumen
Edema dinding appendiks Diapedisis bakteri Ulserasi mukosa
Appendiksitis akut lokal Port d’entry
Resiko tinggi infeksi
Nyeri Nyeri Nyeri kuadran Anoreksia Malaise Demam Diare,mual/
Epigastrium umbilikus/ kanan bawah muntah
periumbilkus
Resiko tinggi perubahan
nutrisi kurang dari Resiko tinggi
Gangguan rasa nyaman kebutuhan tubuh kekurangan volume
cairan
Keterbatasan informasi
Kurang pengetahuan
- Etiologi
- Hierplasia folikel limfoid
- Fekolit
- Benda asing
- Struktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma
- Manifestasi Klinis
- Nyeri kuadran bawah biasanya disertai engan demam derajat rendah, mual dan seringkali muntah.
- Pada titik McBurney (terletak dipertengahan umbilikus dan spina anterior dari ileum) nyeri tekan setempat dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rektus kanan
- Nyeri alih mungkin saja ada; letak apendiks mengakibatakan sejumlah nyeri tekan, spasme otot, dan konstipasi kambuhan
- tanda Rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan baawah, yang menyebabkan nyeri pada kuadran kiri bawah).
- jika terjadi ruptur apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar; terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.
(Baughman & Hackley, 2000 : 45)
- Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik lengkap dan pemeriksaan laboratorium serta radiologi, pada pasien apendik jumlah leukosit lebih tinggi dari 10.000 / m3; jumlah netrofil lebih tinggi dari 70%; pemeriksaan sinar –X dan ultrasonografi menunjukkan desitas pada kuadran kanan bawah atau tingkat aliran udara setempat (Baughman & Hackley, 2000 : 45)
- Penatalaksanaan
- Pembedahan diindikasikan jika terdiagnosa apendiksitis; lakukan apendektomi secepat mungkin untuk mengurangi resiko perforasi. Metode : insisi abdominal bawah dibawah anastesi umum atau spinal; laparoskopi.
- Berikan antibiotik dan cairan IV sampai pembedahan dilakukan
- Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.
(Baughman & Hackley, 2000 : 45)
- ASUHAN KEPERAWATAN
- Pengkajian
- Aktivitas atau istrahat
Gejala : Malaise
- Sirkulasi
Tanda : Takikardi
- Eliminasi
Gejala : - konstipasi pada awitan awal
- diare (kadang-kadang)
Tanda : - distensi abdomen, nyeri tekan/ nyeri lepas, kekuatan penurunan atau tidak ada bising usus, nyeri epigastrium.
- Makanan atau cairan
Gejala : - anoreksia
- mual/ muntah
- Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sekitar epigastrium dan umbilikus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney (setengah jarak antara umbilikus dan tulang ileum kanan) meningkat karena berjalan, bersin, batuk atau nafas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada appendiks) keluhan berbagai rasa nyeri / gejala tidak jelas (sehubungan dengan lokasi contoh retrosekal atau sebelah ureter).
Tanda : - perilaku berhati-hati, berbaring kesamping atau terlentang dengan lutut ditekuk, meningkatkan nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan atau posisi duduk tegak.
- nyeri lepas pada sisi kiri diduga inflamasi peritoneal
- Keamanan
Tanda : demam (biasanya rendah)
- Pernafasan
Tanda : takipnea, pernafasan dangkal
- Penyuluhan/ Pengajaran
Gejala : - riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen, batu uretra, salpingitis akut, ileitis regional.
- dapat terjadi pada berbagai usia
Penanggulangan : membutuhkan bantuan sedikit dalam transportasi, tugas pemeliharaan rumah.
Pengkajian pasca operasi
Observasi karakter dan jumlah drainase lambung atau usus keluaran urin, drainase ostomi, bila ada drainase luka, muntah, mual, distensi abdomen, pemasangan selang nasogastrik, lokasi dan tipe nyeri, penurunan pernafasan dangkal, penurunan bunyi nafas.
- Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan pengkajian, yang menjadi masalah pasien dengan post appendiksitis (Doeges, 2000, hal. 608) :
- Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi akut dan ditandai dengaan luka belum menyatu.
- Resko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adanya pertahanan utama, pervorasi/ ruptur pada appendiks peritonitis, prosedur invasif, insisi bedah, ulserasi mukosa.
- Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi pembatasan oaska operasi, pasca operasi status ipermetabolik, informasi peritonium dengan cairan asing.
- Resiko tinggi terhadap pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhab tubuh berhubungan dengan anoreksia, abnormalitas metabolistik.
- Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi).
- Rencana Keperawatan
- Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi akut dan ditandai dengaan luka belum menyatu.
Kriteria hasil :
- Melaporkan nyeri hilang/tekontrol
- Tampak rileks mampu tidur / istirahat dengan tepat.
Intervensi
|
Rasional
|
- Kaji tingkat nyeri, catat likasi karateristik, beratnya (skala 1-10-) selikdiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
- Pertahankan istrahat dengan posisi semi fowler
- Dorong ambulasi dini
- Berikan aktivitas hiburan
Kolaborasi
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Berikan kantong es pada abdomen
- Pertahankan puse / penghisapan NGT pada awal
|
- berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan , perunahan karakteristik, nyeri menunjukkan terjadinya obsesi peritonitis memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi.
- Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.
- Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh merangsang peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan ketidaknyamanan abdomen.
- Fokus perhatian kembali meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
- Menghilangkan nyeri, mempermudah kerja sama dengan intervensi terapi lain contoh ambilasi batuk.
- Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilang rasa ujung saraf. Catatan jangan lakukan kompres panas karena dapat menyebabkan kongesti jaringan.
- Menurunkan ketidaksamaan pada peristaltik usus dini dan iritasi gaster / muntah.
|
- Resko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adanya pertahanan utama, pervorasi/ ruptur pada appendiks peritonitis, prosedur invasif, insisi bedah, ulserasi mukosa.
Kriteria hasil / kriteria evaluasi :
- meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi/ inflamasi drainase purulen, eritema dan demam.
Intervensi
|
Rasional
|
- awasi tanda-tanda vital, perhaikan demam menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.
- Lihat insisi dan balutan catat karakteristik drainase luka
- Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien
Kolaborasi
- Berikan anti biotik sesuai indikasi
- Bantu irigasi dan drainase bila diindiaksiakan
- Ambil contoh drainase bila diperlukan
|
- dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis dan peritonitis
- memberikan deteksi dini terjadi infeksi dan pengawasan penyembuhan yang telah ada sebelumnya
- pengetahuan tentang kemajuan situasi, dukungan emosi membantu menurunkan ansietas
- mungkin diberikan propilatif atau menurunkan jumlah organisme pada infeksi yang telah ada sebelumnya
- dapat diperlukan untuk mengakhiri abses terlokalisasi
- kultur pawarnaan gram dan sesnsitifitas berguna untuk mengidentifikasi pilihan terapi
|
- resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d muntah pra operasi pembatasan pasca operasi,pasca operasi status hipermetabolik, informasi peritonium dengan cairan asing
kriteria Hasil :
- mempertahankan keseimbangan cairandiindikasikan oleh kelembaban mukosa turgor kulit baik, tanda stabil dan pengeluaran urin agak kuat
Intervensi
|
Rasional
|
- awasi tanda-tanda vital
- lihat membran mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler. Awasi pemasuikan dan pengeluaran, catat warna urin
- auskultasi bising usus, flatus, gerakan usus. Berikan minuman kecil bila pemasukan peroral dimulai dan dilanjutkan dengan diet
- berikan perawatan mulut dengan perhatian khusus pada perlindungan bibir
Kolaborasi
- pertahankan penghisap gaster atau usus
- berikan cairan I.V dan elektrolit
|
- tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskulker indikator keadekuatan sirkulasi perifer
- penurunan pengeluaran urin dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi
- indikator kembalinya peristaltik persiapan utnuk pemasukan peroral, menurunkan iritasi gaster
- dehidrasi mengakibatkan bibir, mulut kering dan pecah-pecah
- selang NGT biasanya dimasukkan pada pra operasi dan dipertahankan segera pasca operasi untuk dekompresi usus, mencegah muntah
- peritonium bereaksi terhadap iritasi/infeksi dengan menghasilkan sejumla besar cairan yanga dapat menurunkan volume sirkulasi darah.
|
- Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, abnormalitas metabolik
Kriteria Hasil :
- mempertahankan BB dan kebutuhan nutrisi tercukupi
Intervensi
|
Rasional
|
- awasi haluaran selang NGT, catat adanya muntah
- auskultasi bising usus, catat bunyi
- ukur lingkar abdomen
- timbang BB dengan teratur
- kaji abdomen dengan sering untuk kembali kebunyi yang lembut, penampilan bising usus normal dan kelancaran flatus
Kolaborasi
- tambahkan diet sesusai toleransi
- awasi BUN, protein, albumin, glukosa, keseimbangan nitrogen sesuai indikasi
|
- jumlah besar dari aspirasi gaster dan muntah diduga terjadi obstruksi usus
- meskipun bising usus sering tidak ada, inflamsi usus dapat menyertai hiperaktivitas usus, penurunan absorbsi air dan diare
- memberikan bukti perubahan distensi gaster atau ajumulasi asites
- kehilangan/peningkatan dini menunjukkan perubahan hidung tetapi diduga ada defisit nutrisi
- menunjukkan kembalinya fungsi usus kenormal dan kemampuan utnuk memulai masukan peroral
- kemajuan diet yang hati-hati masukan nutrisi dimulai dari menurunkan resiko iritasi gaster
- menurunkan fungsi organ dan kebutuhan nutrisi
|
- Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d tidak mengenal sumber informasi
Kriteria Hasil :
- menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan pontenssial
- berpatisipasi dalam program pengobatan
Intervensi
|
Rasional
|
- kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi
- dorong aktivitas sesaui toleransi dengan periode istrahat
- diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi untuk mengangkat jahitan
- identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medis
|
- memberikan informasi untuk merencanakan kembali rutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah
- mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan dan mempermudah kembali keaktivitas normal
- pemahaman peningkatan kerja sama dengan program terapi, meningkatkan penyembuhan]
- upaya intervensi menurunkan resiko komplikasi serius
|
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
- PENGKAJIAN
- Identitas Diri Klien
Nama : Ny. P
Umur : 56 tahun Sumber Informasi : Suami klien
Jenis Kelamin : Perempuan Keluarga terdekat yang dapat dihubungi
Alamat : Langkat (orang tua,wali,suami,istri dll): Suami klien
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Batak Karo
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Tanggal masuk RS : 27 Mei 2008
Ruangan / RS : Rindu B2
- Status Kesehatan Saat Ini
Menurut pengakuan pasien, sakit perut sudah ada satu bulan yang lalu dan rasa sakit yang dirasakan hilang timbul dan semakin bertambah dan dirasakan pada abdomen aebelah kanan bawah dan pasien berjalan dengan memegang perut sambil membungkuk sehingga keluarga membawa ke Rumah Sakit.
Pada tanggal 28 mei 2008 pasien mengalami operasi appendktomi pada saat pengkajian ditemukan keluhan utama nyeri luka operasi. Pasien merasakan nyeri dikarenakan tindakan operasi pada abdomen kanan bawah atau adanya luka operasi dan nyeri seperti ditusuk-tusuk pada daerah abdomen kanan bawah dan nyeri tidak menyebar, warna luka kemerahan dan tidak terdapat infeksi, nyeri timbul apabila saat melakukan pergerakkan atau aktivitas dan panjang luka 6 cm dan terdapat 6 jahitan.
- Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menurut pengakuan pasien, pasien belum pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan seperti appendiksitis, sedangkan riwayat penyakit lain seperti lambung, hipertensi, diabetes melitus tidak ada. Hanya pilek dan demam biasa saja dan sembuh setelah minum obat dan tidak pernah dirawat di RS, pasien tidak pernah mengalami alergi seperti makanan, obat-obatan, udara, debu dan bulu binatang, pasien juga tidak pernah mendapatkan immunisasi waktu kecil.
- Riwayat Keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarganya yaitu adeknya ada yang pernah mengalami penyakit yang cukup serius yaitu anak pertama dari 4 bersaudara, dia menderia appendisitis dan Ca. Colon dan telah meninggal dunia 2 tahun yang lalu. Anggota keluarga tidak mempunyai riwayat keturunan.
Geogram:
Keterangan:
= Laki-laki
|
|
= Laki-laki yang meninggal
|
|
= Perempuan
|
|
= Pasien
|
|
= Tinggal satu rumah
|
|
= Garis perkawinan
|
|
= Garis keturunan
|
- Riwayat psikososial dan spritual
Bahasa yang digunakan pasien adalah bahasa indonesia.
Konsep Diri
- Gambaran dirid an citra diri
pasien mengatak senang dengan tubuhnya dan dia menyukai seluruh bagian tubuhnya. Persepsi terhadap operasi yakni akan kembalis eperti semula
- Identitas
Status pasien dalam keluarga adalah istri dan pasien puas terhadap status dan posisi dalam keluarga.
- Peran
Pasien senang dalam berperan sebagai ibu dalam keluarga dan bisa mengurus keluarganya walaupun dengan keadaannya seperti itu.
- Ideal diri
Harapan pasien terhadap tubuhnya ingin selalu sehat dan agar dapat mengurusi keluarganay.
Harapan pasien terhadap lingkungan :
- Di dalam keluarga ingin lebih dihormati dan disangi sebagaimana mestinya dia menyayangi keluarganya.
- Di dalam masyarakat agar dapat bermanfaat untuk organisasi masyarakat
- Harapan pasien terhadap panyakit yang diderita : pasien berharap semoga cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarganya dan dapat mengurusi keluarganya.
- Harga diri
Tanggapan pasien terhadap harga dirinya adalah tinggi.
Data sosial :
Hubungan pasien dengan keluarganya baik dan tidak ada permusuhan dan hubungan pasien dengan pasien lannya adalah baik. Keluarga pasien selalu mendukung supaya penyakit yang diderita oleh pasien cepat sembuh seperti semula, reaksi pasien saat interaksi sama perawat adalah koopeartif, dan mekanisme pertahanan diri adalah baik.
Data spritual
Agama yang dianut oleh pasien adalah agama Islam, konsep tentang penguasaan kehidupan adalah Allah SWT, sumber kekuatan atau harapan saat sakit adalah Allah SWT, ritual agama yang bermakna atau berarti atau harapan saat ini adalah berdoa, dan sarana atau peralatan atau orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang diharapkan saat ini adalah melalui ibadah, pasien yakin terhadap kesembuhan penyakitnya adalah sebagai cobaan.
- Pola Kebiasaan sehari-Hari
- Pola makan dan minum
jenis makanan MB TKTP dengan pola makan 3x sehari dengan nafsu makan baik dan pasien dilarang memakan makanan yang merangsang seperti pedas, tidak ada kesulitan menelan pada pasien
- Berat badan : 55 Kg
- Tinggi badan : 152 cm
Jenis minuman air putih dengan jumlah 1500 – 2000 cc / hari. Sebelum masuk RS pasien banyak minum, kadang satu hari 6 – 7 gelas / hari (1500 – 2000 cc). Setelah masuk RS pasien juga banyak minum 6 gelas / hari (1500 – 2000 cc).
- Pola eliminasi
Pola eliminasi BAK 3 – 4 kali sehari, warna jernih kekuningan bau khas, pola eliminasi BAB 1x sehari, bau khas dengan konsistensi lunak dengan warna kuning tidak ada masalah eliminasi BAB.
- Pola istrahat dan tidur
Pasien tidur ± 6 – 7 jam sebelum masuk RS pada waktu malam dan siang ± 2 jam, sesudah masuk RS tidak ada perobahan pola tidur.
- Kebersihan diri dan personal hygene
Pasien mandi 2x / hari dengan dilap oleh perawat pada pagi dan sore, kebersihan gigi dan mulut dan pemeliharaan kuku pendek dan bersih dibantu oleh keluarga pasien.
- Pola kegiatan/aktivitas
Pasien beraktivitas belum bisa melakukan aktivitas berhubungan karena bekas luka operasi masih ada dan nyeri masih dirasakan sehingga pasien perlu istrahat yang cukup. Maka disini keluarga ataupun perawat menganjurkan atau membantu pasien untuk melakukan auskultasi dini atau pergerakan segera dengan cara menggerakkan tubuh, miring kekanan dan miring kekiri atau melakukan aktivitas ruangan misalnya duduk dan makan ditempat tidur.
VII. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : pasien lemah, kesadaran composmentis
Tanda vital
- Tekanan darah : 125 / 80 mmHg
- Nadi : 71x/i
- pernafasan : 19x/i
- Tinggi badan : 152 cm
- Berat badan : 52 Kg
- Temp. : 36 oc
Pemeriksaan head to toe
- Kepala dan rambut
Kepala berbentuk ovale, rambut hitam dan pendek, kulit kepala bersih serta tidak rontok dan tidak ada keluhan sakit kepala.
Wajah : srtuktur wajah lonjong dan warna kulit hitam manis.
- Penginderaan
- Mata
Ketajaman penglihatan baik, tidak ada kelainan, pupil isokor kanan dan kiri pada konjutiva tidak dijumpai anemia sklera tidak ikterus dan tidak memakai alat bantu.
- Hidung
Fungsi pengciuman baik dan dapat membedakan bau-bauan dan tidak dijumpai polip peradangan dan perdarahan.
- Telinga
Tidak ada kelainan, serumen dalam batas normal, tidak dijumpai peradangan dan cairan, fungsi pendengaran baik.
- Pencernaan
- Mulut
Rongga mulut bersih, tidak bau, tidak dijumpai tanda-tanda peradangan dan perdarahan, gigi caries dan tidak dijumpai gigi yang belakang dan fungsi pengecapan baik, dapat membedakan manis, pahit, asam, asin dan pedas.
- Tenggorokan
Pada tenggorokan tidak ada kesulitan menelan dan tidak dijumpai pembesaran tonsil.
- Abdomen
Bentuk abdomen normal/simetris kiri dan kanan, gerakan perut dengan aktivitas pernafasan normal, mengepis pada saat ekspirasi, mengembang bila inspirasi, tidak dijumpai masa integritas kulit terganggu, pada bagian abdomen sebelah kanan bawah, karena terdapat luka operasi dengan panjang 6 cm dab terdapat 6 jahitan, dan pinggir jahitan masih belum menyatu tanda-tanda infeksi tidak ada dolor, rubor, kalor, tumor, fungsiolesa.
- Genitalia
Bersih dan tidak ada kelainan
- Respirasi
- Bentuk dada simestris. Pola nafas dengan warna teatur dan suara nafas vesikuler.
- Dalam perkusi ketok tidak dijumpai nyeri ketok
- Keluhan
Tidak ada keluhan seperti batuk, sesak, nyeri dalam respirasi
- Kardivaskuler
Pada pasien tidak dijumpainyeri dada dengan irama jantung reguler pulsasi kuat, bunyi jantung lup-dup.
- Endokirin
Pada pasien tidak ada dijumapai pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar parotis, tidak ada dijumpai luka ganggren , pus dan bau tubuh klien.
- Persyarafan
Kesadaran pasien composmentis, pada pasien tidak dijumpai meningel sign, nyeri kepala, kejang.
- Muskuloskeltal dan Integumen
- Ektremitas atas dan bawah lengkap, pada ekstremitas kiri atas terpasang infus RL 30 tts/i
- Tidak terdapatnya udem pada ektremitas dan tidak terdapatnya kelainan pada ekstremitas
- Pada integumen kulit lembab dengan turgor kulit bawah dan tidak ada kelainan seperti hiperpigmentasi, keadaan kulit bersih.
Data Laboratorium
Jenis pemeriksaan
|
Hasil pemeriksaan
|
Nilai normal
|
Hb
|
10,4
|
12 – 16 gr%
|
LED
|
35
|
< 10 mm/jam
|
Eritrosit
|
3,52
|
4,5-5,5.1000.000/mm3
|
Leukosit
|
7,9
|
<-10.10000/mm3
|
Trombosit
|
2,22 x 103/mm3
|
150-450.10000/mm3
|
Monosit
|
2
|
2,8 gr%
|
Hematokrit
|
33
|
37-47 gr%
|
Kreatinin
|
1,6
|
0,6-1,6 mg/dl
|
Pengobatan
IVFD RL 20gtt/i
Inj Ketorolak 30 mg/ 8 jam
Inj Ranitidine 1 amp/ 8 jam
Ciprofloxacine tab/ 8 jam
Inj cefotaxime 1gr/ 12 jam
Kesimpulan:
Appendicitis Akut
- ANALISA DATA
No.
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
Data subjektif :
Klien mengatakan nyeri pada luka operasi saat melakukan pergerakan, ekspresi wajah meringis
Data objektif :
- Klien tampak kesakitan,
- Panjang luka 6 cm, terdapat 6 jahitan, skala nyeri 1 – 3 (ringan)
|
Terputusnya inkontinuitas jaringan
↓
Pelepasan mediator nyeri, enzim proteoliti
↓
Rangsangan ujung saraf
↓
Nyeri
↓
Gangguan rasa nyaman
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
|
2.
|
Data subjektif :
Klien mengatakan nyeri pada daerah operasi
Data objektif :
- Luka operasi belum menyatu
- panjang luka 6 cm; terdapat 6 jahitan dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi
|
Tindakan operasi
↓
Luka operasi yang belum menyatu
↓
Port d’entry kuman/bakteri
↓
Resiko tinggi terjadinya infeksi
|
Resiko tinggi terjadinya infeksi
|
3.
|
Data subjektif :
- Klien mengatakan sulit melakukan aktivitas karena adanya bekas operasi
Data objektif :
- Pasien tampak lemah
- Klien dibantu keluarga dan perawat
- daerah operasi tampak basah, luka 6 cm, dan terdapat 6 jahitan.
|
Appendiktomi
↓
Gerak terbatas akibat luka operasi yang masih basah dan nyeri masih dirasakan
↓
Intoleransi aktivitas
|
Intoleransi aktivitas
|
4.
|
Data subjektif :
- Klien mengatakan tidak mengerti cara merawat luka operasi
Data objektif :
- Klien dan keluarga tampak bingung dan selalu bertanya-tanya
|
Kurang informasi
↓
Salah interprestasi
↓
Kurang pengatahuan.
|
Kurang pengetahuan
|
- PRIORITAS MASALAH
- Gangguan rasa nyaman nyeri b/d luka operasi d/d klien mengatakan nyeri pada luka operasi saat melakukan pergerakan, ekspresi wajah meringis, klien tampak kesakitan, panjang luka 6 cm; terdapat 6 jahitan, skala nyeri 1-3 (ringan).
- Resiko tinggi terjadinya infeksi b/d tindakan operasi d/d klien mengatakan nyeri pada daerah operasi, luka operasi belum menyatu, panjang luka 6 cm; terdapat 6 jahitan dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi
- Intoleransi aktivitas b/d appendiktomi d/d klien mengatakan sulit melakukan aktivitas karena adanya bekas operasi, pasien tampak lemah, klien dibantu keluarga dan perawat, daerah operasi tampak basah
- Kurang pengetahuan b/d kurang informasi d/d klien mengatakan tidak mengerti cara merawat luka operasi, klien dan keluarga tampak bingung dan selalu bertanya-tanya
- RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. P Ruangan : Rindu B2
Umur : 56 tahun Dx Medis : Appendicitis akut
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan/ Kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
|
Rasa nyaman terpenuhi
K.h :
- klien mengatakan secara verbal tentang rasa nyaman
- klien dapat istirahat
- ekspresi wajah rileks
|
1. Kaji tingkat nyeri
2. Berikan posisi yang nyaman
3. Jelaskan kepada klien cara penggerakan yang baik
4. Anjurkan pasien untuk teknik relaksasi
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian anlgetik
|
1. Mengetahui tingkat perkembangan nyeri
2. Mengurangi nyeri pada luka operasi
3. Rasa nyaman nyeri dapat berkurang
4. Dapat mengalihkan perhatian pasien
5. Untuk mengurangi rasa nyeri
|
2
|
Resiko tinggi terjadinya infeksi
|
Infeksi tidak terjadi
k.h :
- tanda-tanda infeksi tidak ada
|
1. Awasi tanda-tanda vital
2. Rawat luka dengan teknik steril dan bersih
3. Kaji tanda-tanda infeksi
4. Anjurkan klien mengkonsumsi makanan TKTP
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik
|
1. Mengetahui perubahan keadaan umum
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mengetahui tanda-tanda infeksi
4. Mempercepat penyembuhan luka
5. Mencegah infeksi
|
3
|
Intoleransi aktivitas
|
Pasien dapat melakukan aktivitasnya sendiri
k.h :
- Pasien dapat beraktivitas tanpa bantuan keluarga dan perawat
|
1. bantu pasien untuk melakukan ambulasi diri, mis melatih pergerakan badan secara perlahan dan hati-hati
2. Beri penjelasan tentang pentingnya mobilisasi
3. Bantu pasien untuk melakukan mobilisasi
4. Anjurkan pasien mengkonsumsi diet yang sesuai dengan MB TKTP
|
1. Agar badan pasien tidak kaku dan memperlancar peredaran darah
2. Mengetahui pentingnya mobilisasi untuk dirinya
3. Pasien dapat melakukan mobilisasi
4. Diet yang disajikan merupakan penghasil kalori yang mampu menyembuhkan tenaga bagi pasien
|
4.
|
Kurangnya pengetahuan pasien
|
Pengeahuan pasien dan keluarga terpenuhi tentang perawatan luka
k.h :
- klien dan keluarga mengerti tentang perawatan luka
- klien mampu umengungkapkan secara verbal cara perawatan luka
|
1. Kaji pembahasan aktivitas pasca operasi
2. Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode periodik
3. Diskusikan perawatan termasuk mengganti balutan
|
1. Memberikan informasi untuk merencanakan kembali rutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah
2. Mencegah kelemahan
3. Meningkatkan penyembuhan dan perasaan sehat, mempermudah kembali ke aktivitas normal
|
- CATATAN PERKEMBANGAN
No
|
Tanggal
|
No. Dx
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Tanda tangan
|
1
|
27 Mei 2008
|
I
|
· Pukul 08.30 Wib
Mengkaji skal nyeri pasien; skala nyeri 3
· Pukul 09.30 Wib
Memberikan posisi yang nyaman kepada klien
· Pukul 10.00 Wib
Mengukur vital sign
· Pukul 10.30 Wib
Mengajarkan klilen teknik relaksasi napas dalam
· Puklul 11.00 Wib
Memberi makan klien diet TKTP
|
S : kllien mengatakan rasa nyeri masih ada
O : - Skala nyeri 3
- tanda vital
TD : 110/70 mmHg
RR : 20 x / menit
HR : 80 x / menit
Temp : 370c
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
|
|
2
|
II
|
· Pukul 09.00 Wib
Merawat luka operasi dengan mengganti verband dengan teknik steril
· Pukul 09.15 Wib
Mengkaji tanda-tanda infeksi
· Pukul 12.30 Wib
Memberi diet TKTP
· Pukul 13.15 Wib
Memberi obat antibiotik (ciprofloxacin tab) + Inj ketorolac 1 amp
|
S : klien mengatakan rasa nyeri masih ada
O : - tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
|
||
3.
|
III
|
· Pukul 08.30 Wib
Menganjurkan klien melakukan ambulasi diri dengan menggerakkan tubuh miring kanan dan kiri
· Pukul 09.00 Wib
Menganjurkan klien latihan duduk di tempat tidur
· Pukul 11.05 Wib
Mengajarkan klien teknik relaksasi
· Pukul 12.15 Wib
Memantau keadaan umum pasien; composmentis
· Puklul 13.30 Wib
Membantu pasien dalam mobilisasi
|
S : klien mengatakan sudah bisa duduk
O : klien sudah mulai duduk sendiri
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
|
||
4.
|
IV
|
· Pukul 08.00 Wib
Mendiskusikan perawatan luka termasuk mengganti verband
· Pukul 09.20 Wib
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan luka
· Pukul 12.00 Wib
Memberikan diet TKTP
· Pukul 13.00 Wib
Memberi klien minum obat ciprofloxacine tab
|
S : klien mengatakan sudah mengerti tentang perawatan luka operasi
O : - klien dan keluarga tidak bertanya-tanya lagi tentang perawatan luka operasi
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
|
||
1
|
28 Mei 2008
|
I
|
· Pukul 08.00 Wib
Mengontrol KU pasien; kesadaran composmmentis, lemah
· Pukul 08.50 Wib
Mengkaji skal nyeri pasien; skala nyeri 3
· Pukul 10.00 Wib
Mengukur vital sign ; TD 110/80 mmHg, HR 80x/i, RR 24x/i, Temp 37oC
· Pukul 11.00 Wib
Menganjurkan pasien untuk istirahat
· Puklul 12.30 Wib
Mengajarkan teknik relaksasi
· Pukul 14.00 Wib
Memberikan Inj. Ketorolac 1 amp.
|
S : kllien mengatakan rasa nyeri mulai berkurang
O : klien tampak lebih tenang
A : masalah keperawatan sebagian teratasi
P : lanjutkan intervensi
|
|
2
|
II
|
· Pukul 08.30 Wib
Mengkaji tanda-tanda infeksi
· Pukul 09.00 Wib
Merawat luka operasi dengan mengganti verband
· Pukul 10.30 Wib
Megontrol keadaan umum pasien
· Pukul 14.00 Wib
Memberi obat antibiotik (ciprofloxacin tab) + Inj ranitidine 1 amp.
|
S : klien mengatakan luka daerah operasi masih belum sembuh
O : - tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
- luka operasi belum menyatu
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
|
||
1.
|
29 Mei 2008
|
III
|
· Pukul 08.00 Wib
Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
· Pukul 09.00 Wib
Menganjurkan klien melakukan latihan pergerakan tahap demi tahap sesuai kemampuan dimulai dengan pergerakan ringan
· Pukul 11.00 Wib
Mengukur vital sign
· Pukul 12.30 Wib
Memberikan penkes tentang pentingnya pergerakan
· Pukul 13.00 Wib
Memberikan obat Ciprofloxacine tab.
|
S : klien mengatakan belum dapat melakukan aktivitas secara mandiri
O : klien tampak dibantu dalam melakukan aktivitas
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
|
|
2.
|
IV
|
· Pukul 08.00 Wib
Mengkaji tingkat aktivitas pasien
· Pukul 11.00 Wib
Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang perawatan luka operasi dengan menjelaskan kembali
· Pukul 12.00 Wib
Memberikan diet TKTP
· Pukul 13.00 Wib
Menginjeksi Cefotaxime 1 gr, Ketorolac 1 amp
|
S : klien mengatakan sudah mengerti tentang perawatan luka operasi
O : - klien dan keluarga tidak bertanya-tanya lagi tentang perawatanluka operasi
A : Masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
|
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, 2000, Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC
Corwin J, Elizabeth, 2000, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta : EGC
Doengoes, 2000, Rencana asuhan Keperawatan, edisi 3, Jakarta : EGC
Engram, B, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarata : EGC
Ester, M, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Media Aesculapis
0 Response to "Asuhan Keperawata Pada Pasien Appendik"
Post a Comment