ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN COMBUSTIO (LUKA BAKAR)

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Landasan Teoritis
    1. Defenisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frostbite). Luka bakar dapat mengakibatkan kematian. (Arief Mansjoer, Jilid 2, hal 365)
Luka bakar adalah suatu bentuk cedera traumatik yang disebabkan oleh panas, listrik, kimiawi atau agens radioaktif. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1912)

  1. Anatomi Fisiologi
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga, lubang-lubang masuk.
Lapisan kulit:
  1. Lapisan epidermis
Lapisan ini terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale. Stratum korneum (lapisan tanuk) adalah lapisan yang paling luas. Stratum lusidum berada di bawah lapisan korneum dan merupakan lapisan sel-sel gepeng. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena danya proses miosis. Stratum basal terdiri atas sel-sel berbentuk kobus dan merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Lapisan ini terdiri dari sel-sel yang berbentuk kolumner dan sel-sel pembentuk melanin.

  1. Lapisan dermis
Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini dibagi menjadi dua yaitu pars papilare yaitu bagian yang menonjol berisi ujung-ujung serabut saraf dan pembuluh darah dan pars retikulare yang di bawahnya menonjol ke arah subkutan.

  1. Lapisan subkutis
Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak di dalamnya. Lapisan sel-sel lemak berfungsi sebagai cadangan makanan.

Fungsi Kulit
  1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap pajanan sinar matahari dengan meniadakan tanning.

  1. Fungsi absorpsi
Kulit yang sehat, tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat. Akan tetapi cairan yang mudah mengup lebih mudah diserap dan juga yang larut dalam lemak. Kemampuan absorpi kulit dipengaruhi oleh tebal atau tipisnya kulit, hidrasi dan kelembaban. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar.



  1. Fungsi ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh. Kelenjar lemak pada fetus, atas pengaruh hormon androgen dari ibunya, memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion pada waktu lahir dan juga memakan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.

  1. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan sub kutis. Rangsangan panas diperankan oleh ruffini dan dingin diperankan oleh badan-badan krause yang terletak di dermis.

  1. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara peningkatan panas dan kehilangan panas. Mekanisme termoregulasi utama adalah hipotalamus. Kulit mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah, sehingga panas dihilangkan dari tubuh, bila suhu tubuh turun panas diubah sampai suhu mendekati normal.

  1. Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melarosames) menentukan warna kulit, ras maupun individu. Melanosum dibentuk oleh otot golgi dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan oksigen.



  1. Fungsi keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai tiga jenis sel utama, yaitu keratinosit, sel longerhans, dan melanosit. Proses keralinosit berlangsung normal selama kira-kira 14 – 2 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis – fisiologik.

  1. Fungsi pembentukan Vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi – kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistematik masih tetap diperlukan.

  1. Patofisiologi (Perjalanan Penyakit)
Luka bakar
Perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melalui konduksi atau radiasi
Kerusakan / gangguan integritas kulit dan kematian sel
Peningkatan permeabilitas kapiler

     Sistem saraf pusat      sistem kardiovaskuler         Sistem sirkulasi
                    ↓                                        ↓                                        ↓
          Hipopolemik              Kekurangan cairan           Kerusakan kulit

  1. Etiologi (Penyebab)
Luka bakar juga dapat diklasifikasikan berdasarkan pada agen dan penyebab cedera:
  • Termal (cedera terbakar, kontak dan kobaran api)
  • Listrik
  • Kimia
  • Radiasi
Luas dan kedalaman luka bakar berhubungan dengan intensitas dan durasi dari pemajanan terhadap agen penyebab. (Hudak & Gallo, 1996: 542)

  1. Kedalaman Luka Bakar
    1. Derajat 1 (luka bakar superfisial)
Luka bakarnya hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai dengan kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5 – 7 hari.
  1. Derajat 2 (luka bakar dermis)
Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan folikel rambut. Dengan adanya sisa sel epitel sehat ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 10 – 21 hari. Luka bakar derajat 2 dibedakan menjadi:
  • Derajat 2 dangkal, kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10 – 14 hari.
  • Derajat 2 dalam, kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih 1 bulan.
  1. Derajat 3
Luka bakar ini meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutis atau organ yang lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit.




  1. Klasifikasi Luka Bakar
    1. Berat / kritis bila:
      • Derajat 2 dengan luas lebih dari 25%
      • Derajat 3 dengan luas lebih dari 10% atau terdapat di muka, kaki dan tangan
      • Luka bakar disertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas, atau fraktur
      • Luka bakar akibat listrik
    2. Sedang bila:
      • Derajat 2 dengan luas 15 – 25%
      • Derajat 3 dengan luas kurang dari 10%, kecuali muka, kaki dan tangan
    3. Ringan bila:
      • Derajat 2 dengan luas kurang dari 15%
      • Derajat 3 kurang dari 2%

Luas Luka Bakar
  • Perhitungan luas luka bakar antara lain berdasarkan rule of nine dari Wallace yaitu:
    • Kepala dan leher 9%
    • Ekstremitas atas 2 x 9% (kiri dan kanan)
    • Paha dan betis kaki 4 x 9% (kiri dan kanan)
    • Dada, perut, punggung, bokong 4 x 9%
    • Perineum dan genitalia 1%
  • Rumus tersebut tidak digunakan pada anak bayi karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Luas telapak tangan dianggap 1%.
(Mansjoer Arif, 2000: 367 – 368)

  1. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan luka bakr adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya, dan pembatasn pembentukan jaringan parut.
Pada saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan korban dari sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air. Pada trauma bahan kimia, siram kulit dengan air mengalir. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus walau api telah dipadamkan. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu, merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit sangat bermanfaat. Tindakan ini tidak dianjurkan pada luka bakar > 10% karena akan terjadi hipertemia yang menyebabkan cardiac arrest.
Tindakan selanjutnya adalah:
  • Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi
  • Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistimatis untuk menentukan adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan.
  • Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan secara intravena.
  • Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan melakukan debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung larutan antiseptik.
  • Berikan antibiotik topikal pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka.
  • Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kering dan steril.
  • Berikan serum anti – tetanus / toksoid yaitu ATS 3000 unit pada orang dewasa dan separuhnya pada anak-anak.

Indikasi rawat inap:
1)   Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar > 10% pada anak atau 15% pada orang dewasa.
  • Terancam edema laring akibat terhirupnya asap dan udara hangat.
  • Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajh, mata, tangan, kaki atau perineum.

Perawatan:
  1. Nutrisi diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500 – 3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.
    1. Perawatan lokal dapat secara terbuka atau tertutup.
    2. Antibiotik topikal diganti satu kali dalam satu hari, didahului hidroterapi untuk mengangkat sisa-sisa krim antibiotik sebelumnya.
    3. Rehabilitasi termasuk latihan pernafasan dan pergerakan otot dan sendi.
    4. Usahakan tak da gangguan dalam penyembuhan.
    5. Usahakan mempertahankan fungsi sendi-sendi.
    6. Aturlah proses maturasi sehingga tercapai tanpa ada proses kontraksi yang akan mengganggu fungsi.
    7. Antibiotik sistematik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi.
    8. Suplementasi vitamin yang dapat diberikan yaitu vitamin A 10.000 unit per minggu, vitamin C 500 mg dan sulfas ferosus 500 mg.


Tindakan bedah
Esakaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari eskor. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan bebas.
Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensil.
(Mansjoer Arif, 2000: 368 – 370)

  1. Komplikasi
Komplikasi utama berkenaan denagn cedera luka bakar luas adlah septikemia, kontraktur, jaringan parut hipertonik, defisit kalori – protein dan kegagalan kardiopulmonal dan ginjal dan gangguan adaptasi psikologi luka bakar. (Engram Barbara, 1999: 743)

II.    Pengkajian

  1. Aktivitas / Istirahat
Tanda       :  Penurunan kekuatan, tahanan
                     Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
                     Gangguan masa otot, perubahan tonus

  1. Sirkulasi
Tanda       :  Hipotensi (syok)
                     Penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera, kulit putih dan dingin, takikardia, disritmia, pembentukan edema jaringan

  1. Integritas ego
Gejala       :  Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan
Tanda       :  Asitas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah

  1. Eliminasi
Tanda       :  Haluaran urine menurun / tak ada selama fase darurat
                     Warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi miologlobin
                     Mengindikasikan kerusakan otot dalam diuresis

  1. Makanan / cairan
Tanda       :  Edema jaringan umum
                     Anoreksia, mul / muntah

  1. Neurosensori
Gejala       :  Area kebas, kesemutan
Tanda       :  Perubahan orientasi, afek, perilaku
                     Penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera extremitas

  1. Nyeri / kenyamanan
Gejala       :  Derajat pertama secara extrem sensitif untuk disentuh
                     Derajat kedua sangat nyeri
                     Derajat ketiga tidak nyeri

  1. Pernafasan
Gejala       :  Terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama
Tanda       :  Sesak, batuk, mengi, partikel karbon dalam sputum

Diagnosa Keperawatan

Dx I
Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas, tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkial.

Kriteria hasil:
Menunjukkan bunyi nafas jelas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal bebas dispnea / sianosis.

Intervensi
Rasional
·     Ambil riwayat cedera, perhatikan adanya kondisi pernafasan sebelumnya, riwayat merokok

·     Kali refleks gangguan menelan: perhatikan pengaliran air liur, ketidakmampuan menelan, serak, batuk mengi
·     Auskultasi paru, perhatikan stidor, mengi / gemericik, penurunan bunyi nafas, batuk rejan
·        Penyebab lama terpajan, terjadi dalam ruang tertutup atau terbuka mengindikasikan cedera inhalasi
·        Dugaan cedera inhalasi



·        Obstruksi jalan nafas / distres pernafasan dapat terjadi sangat cepat

Dx II
Nyeri b/d kerusakan kulit / jaringan, pembentukan edema manipulasi jaringan cedera.

Kriteria hasil:
  • Nyeri berkurang
  • Ekspresi wajah / postur tubuh rileks
Intervensi
Rasional
·     Tutup luka sesegera mungkin kecuali perawtan luka bakar metode pemajanan pada udara terbuka
·     Ubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif sesuai indikasi
·     Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi / karakter dan interaksi (0 – 10)
·        Suhu berubah dan gerakan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan ujung saraf
·        Gerakan dan latihan menurunkan kekakuan sendi dan kelelahn otot
·        Nyeri selalu ada pada derajat beratnya, tetapi paling berat selama penggantian balutan dan debridomen

Dx III
Kerusakan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskuler, nyeri / tak nyaman, penurunan kekuatan.

Kriteria hasil:
  • Keinginan berpartisipasi dalam aktivitas
  • Tak ada kontraktur
Intervensi
Rasional
·     Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan atau belat

·     Lakukan rehabilitasi pada penerimaan
·     Lakukan latihan gerak secara konsisten, diawali dengan pasif dan aktif
·        Meningkatkan posisi fungsional pada ekstremitas dan mencegah kontraktur
·        Menyadari kemungkinan adanya penyembuhan
·        Mencegah secara progresif mengencangkan jaringan parut dan kontraktur
Dx IV
Gangguan perubahan citra tubuh b/d kecacatan, nyeri.

Kriteria hasil:
  • Penerimaan situasi diri
  • Rencana untuk masa depan

Intervensi
Rasional
·     Kaji makna kehilangan / perubahan pada pasien / orang terdekat
·     Terima dan akui ekspresi frustasi, ketergantungan, marah, kedukaan dan kemarahan

·     Bersikap realistis dan positif selama pengobatan
·        Episode trumatik mengakibatkan perubahan tiba-tiba
·        Penerimaan perasaan sebagai respon normal terhadap ap yang terjadi membantu perbaikan
·        Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dan perawat


Dx V
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermatobolik.

Kriteria hasil:
Menunjukkan pemasukan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik dibuktikan oleh berat badan stabil / massa otot terukur, keseimbangn nitrogen positif dan regenerasi jaringan.


Intervensi
Rasional
·     Auskultasi bising usus, perhatikan hipoaktif / tak ada bunyi


·     Berikan makan dan makanan kecil sedikit dan sering

·     Awasi massa otot / lemak, subkutan sesuai indikasi
·        Ileus sering berhubungan dengan periode pasca luka bakar tetapi biasanya dalam 36 – 48 jam dimana makanan oral dapat dimulai
·        Membantu mencegah distensi gaster / ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan
·        Mungkin berguna dalam memperkirakan perbaikan tubuh / kehilangan dan keefektifan terapi


Dx VI
Kerusakan integritas kulit b/d trauma, kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit.

Kriteria hasil:
  • Menunjukkan regenerasi jaringan
  • Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.

Intervensi
Rasional
·     Kaji / catat ukuran, warna kedalaman luka perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka

·     Pertahankan balutan di atas area graft baru dan / atau susu donor sesuai indikasi contoh: berlubang, petroleum, tak berperekat



·     Evaluasi warna sisi graft dan donor perhatikan adanya / tak adanya penyembuhan
·        Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada area graft
·        Area mungkin ditutupi oleh bahan dengan permukaan tembus pandang tak reaktif (antara balutan graft dan bagian luarnya) untuk menghilangkan robekan dari epitel baru / melindungi jaringan sembuh
·        Mengevaluasi keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi




BAB II
TINJAUAN KASUS

A.   Pengkajian

I.     Identitas

  1. Identitas pasien
Nama                                        :  Ny. N
Umur                                         :  40 tahun
Jenis kelamin                          :  Perempuan
Status perkawinan                 :  Kawin
Agama                                      :  Islam
Suku                                         :  Jawa
Bahasa                                     :  Indonesia
Pendidikan                               :  SMA
Pekerjaan                                 :  IRT
Alamat                                       :  Jl. Pala Simalingkar Medan
Tanggal masuk                        :  21 Mei 2008
Tanggal pengkajian                :  29 November 2008
Nomor register                         :  21 45 77
Ruang                                       :  RB2 Bedah Plastik
Diagnosa medis                      :  Flame Burn Grade III, 56%

  1. Penanggung jawab
Nama                                        :  Tn.
Umur                                         :  42 tahun
Pendidikan                               :  SMA
Alamat                                       :  Jl. Pala Simalingkar Medan
Hubungan dengan pasien    :  Suami


  1. Keluhan utama
Os merasakan sakit / nyeri pada daerah extremitas atas dan extremitas bawah.

II.    Alasan Ke Rumah Sakit

Pada tnggal 21 Mei 2008 pasien mengalami luka bakar yang disebabkan oleh api kompor jam 18.00 WIB, pasien dibawa ke Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik denagn keadaan daerah kepala, leher, ekstremitas atas, pada dan betis, dada, perut dan punggung.

  1. Riwayat kesehatan sekarang
Disebabkan oleh benada yang menghasilkan panas (api kompor) sehingga pasien mengalami luka bakar pada daerah kepala, leher, ekstremitas atas, dada, perut, punggung, paha dan betis.
Pasien masih merasakan nyeri sehingga wajah pasien kadang tampak meringis menahan kesakitan. Hal ini dialami pasien pada bagian kepala dan leher, dada, perut, punggung, paha dan betis dengan skala 5 – 6 (nyeri sedang). Dan rasa sakit ini kadang-kadang dirasakan oleh pasien pada saat dilakukan perawatan luka.

  1. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengalami luka bakar yang disebabkan oleh api kompor pada daerah kepala dan leher (9%), ekstremitas atas (18%), paha dan betis (18%), dada, perut, punggung (27%). Klien mengalami luka bakar seluas 72%.





  1. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien tidak pernah mengalami sakit yang serius.


Keterangan:
                  :  Laki-laki meninggal


                  :  Perempuan meninggal

                  :  Laki-laki


                  :  Perempuan


                  :  Klien

                  :  Tinggal serumah
  1. Riwayat psikologis
Pasien kelihatan cemas dan sedih akan kesembuhan penyakitnya dan pasien juga merasa malu karena sebagian tubuhnya dan wajahnya cacat.

  1. Riwayat sosial
Hubungan dengan keluarga kurang baik dan tidak harmonis. Hubungan dengan orang pasien lain baik. Perhatin terhadap orang lain juga baik ini dibuktikan pasien dapat bergaul dengan pasien lain dan perawat. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia.

  1. Riwayat spritual
Pasien adalah penganut agama Islam. Pasien melaksanakan ibadahnya di tempat tidur.

III.  Pemeriksaan Fisik

  1. Tanda-tanda vital
  2. Keadaan umum :  lemah
  3. Kesadaran :  compos mentis
  4. Tekanan darah :  120/80 mmHg
  5. Denyut nadi :  76 x/I
  6. Pernafasan :  24 x/I
  7. Temperatur :  350C
  8. Tinggi badan :  153 cm
  9. Berat badan :  35 kg
  10. Penampilan :  Kurang bersih
  11. Ciri-ciri tubuh : Kulit putih


  1. Pemeriksaan head to toe
    1. Kepala
Bentuk oval, ukuran simetris kanan dan kiri, posisi normal, kulit kepala bersih dan rambut berwarna hitam namin botak.
  1. Mata
Sklera tidak ikterus, conjungtiva baik dan tidak ada tanda-tnda anemia. Pupil tidak dapat digerakkan. Posisi bola mata simetris dan pasien tidak ada menggunakan alat bantu.
  1. Hidung
Bentuk dan posisi simetris kanan dan kiri. Tidak ada benda asing tetapi terdapat sekret. Fungsi penciuman baik, masih bisa membedakan jeruk dan alkohol. Tidak ada peradangan, perdarahan dan tidak terdapat polip.
  1. Telinga / pendengaran
Bentuk dan posisi simetris, fungsi pendengaran baik tanpa harus mengulangi pertanyaan. Tidak ada serumen atau cairn, tidak ada tanda-tanda peradangan, perdarahan dan pasien tidak memakai alat bantu.
  1. Mulut
Bentuk bibir tidak simetris dan tidak ditemukan perdarahan dan peradangan. Gigi tidak ebrsih, jumlah gigi 32 buah, terdapat karang gigi / caries. Tidak ada gigi palsu, lidah dalam keadaan tidak bersih. Tonsil tidak ada membangkak. Fungsi pengecapan baik dapat membedakan rasa.
  1. Leher
Kelenjar getah bening dan tiroid tidak membesar, vena jugularis tidak meninggi.
  1. Thorax
Bentuk thoraks simetris antara kanan dan kiri. Pernafasan teratur irama reguler dan ada batuk.
  1. Jantung
Frekuensi 76 x/menit, irama teratur, nyeri dada tidak ada.
  1. Abdomen
Kulit turgor abdomen baik, nyeri tekan tidak ada, hepar tidak membengkak, lien tidak teraba, peristaltik usus baik.
  1. Sirkulasi
Adanya rasa nyeri pada lokasi luka bakar. Nyeri timbul terutama pada saat pasien dibersihkan (ganti verban), pasien selalu meringis dan menarik nafas. Keadaan luka bakar pada daerah dada dan punggung (18%), leher (29%), kedua lengan (18%), paha dan betis (18%). Jadi semua sekitar 56%,. Derajat tiga, skala nyeri 6.
  1. Genitalia
Tidak dijumpai adanya kelainan.
  1. Ekstremitas
Ekstremitas atas:
  • Tangan kanan terpasang infus RL selang-seling dextrose 5% 20 tetes/menit
  • Tidak dijumpai adanya oedem
  • Kekuatan otot-otot: tidak dapat digerakkan karena tangan kanan dan kiri terdapat luka bakar
Ekstremitas bawah:
  • Tidak terdapat oedem, tidak ada rentang gerak
  • Kekuatan otot-otot lemah
    1. Kulit
Sebelum penulis melakukan pengkajian kulit pasien bagian wajah, dada dan tangan kedalaman / ketebalan luka bakar derajat III (72%), kepala dan leher 89%, ekstremitas atas 18%, paha dan betis 18%, dada dan perut punggung 27%. Pada saat penulis melakukan pengkajian tanggal 29 November 2008, kulit bagian leher tinggal 2%, ekstremitas atas 18%, paha, betis dan kaki 18%, dada, punggung 18%. Daerah luka bakar masih kelihatan merah, melepuh dan belum kering.

  1. Kebiasaan sehari-hari
No
Kebutuhan
Kebiasaan sehari-hari
Sebelum masuk RS
Sesudah masuk RS
1
Nutrisi
·     Pola makan
·     Nafsu makan
·     Jenis makan
·     3x sehari
·     Normal / baik
·     Nasi putih
·     3x sehari
·     Meningkat
·     MB TKTP
2
Minuman
·     Jenis minuman
·     Banyaknya
·     Air putih

·     2000 – 2500 vcc
·     Air putih

·     2500 – 4000 cc
3
Tidur / istirahat
·     Tidur siang
·     Tidur malam
·     Kesulitan waktu tidur
·     Tidak pernah
·     7 – 8 jam/hari
·     Tidak ada
·     1 jam/hari
·     4 – 5 jam/hari
·     Nyeri pada luka bakar
4
Eliminasi BAK
·     Frekuensi


·     Banyaknya

·     Warna
·     Kelainan dan bau
·     4 – 5 x/hari


·     ± 500 – 1000 cc/hari
·     Kuning jernih
·     Khas
·     Klien memakai kateter
·     ± 2000 – 3000 cc/hari
·     Kuning
·     Khas
5
Eliminasi BAB
·     Frekuensi
·     Warna
·     Bau
·     1x x/hari
·     Kuning
·     Khas
·     1 x/3 hari
·     Coklat
·     Khas dan menyengat
6
Personal hygiene
·     Mandi
·     Gosok gigi

·     Potong kuku
·     Cuci rambut
·     2 –3 x/hari
·     2 – 3 x/hari

·     1 x/seminggu
·     3x sehari
·     1 x/hari dilap
·     3 x/seminggu dengan kasa
·     2 x seminggu
·     Tidak pernah
7
Rekreasi
·     Nonton tv
·     Mendengarkan musik
·     Olah raga
·     Setiap hari
·     Pernah

·     3 x/seminggu
·     Tidak pernah
·     Tidak pernah

·     Tidak pernah


IV.  Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 29 November 2008
Pemeriksaan laboratorium
Jenis pemeriksaan
Hasil pemeriksaan
Standar normal
Golongan darah
O
-
Hb
12 gr%
11 – 13 gr%
Leukosit
5,00.103 mm3
5,5 – 6,5.103 mm3
Trombosit
120.000.103 mm3
160 – 450.103 mm3
Faal hati


Albumin
2,5
3,7 – 5,1
Faal ginjal


Natrium
135
135 – 155
Kalium
3,59
3,6 – 5,5
Chlorida
102
96 - 106



V.   Penatalaksanaan

Therapi medis
  • Ciprofloxacin 2 x 500 mg
  • Metronidazole 3 x 500 mg
  • As- mefenamat 3 x 500 mg
  • Ranitidine tab 3 x 1

Perawatan:
  • Diet MB TKTP
  • Tindakan keperawatan




















Analisa Data

No
Data
Etiologi
Masalah
1
DS:
Klien mengatakan nyeri pada leher, ekstremitas atas dan bawah.
Skala nyeri 6

DO:
Klien tampak lemah dan meringis kesakitan.
TD: 120/80 mmHg
RR: 24 x/I
Temp: 36,50C
Nadi: 76 x/I
Kerusakan kulit jaringan
Gangguan rasa nyeri
2
DS:
Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari mis: BAB, BAK

DO:
·     Klien bedrest total
·     Ekstremitas atas dan bawah tidak dapat digerakkan
·     Terpasang kateter
Adanya luka pada ekstremitas atas, bawah
Gangguan pola aktivitas
3
DS:
Pasien mengatakan badannya berair dan lengket

DO:
Tampak luka bakar yang masih lembab yaitu lengan, perut, paha
Adanya luka bakar
Kerusakan integritas kulit
4
DS:
Pasien mengatakan ada perubahan dalam dirinya

DO:
Bagian tubuh pasien terdapat luka bakar ± 56% dan luka mengenai dermis
Perubahan bentuk tubuh
Gangguan konsep diri


Prioritas Masalah

  1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan kulit atau jaringan d/d pasien mengatakan nyeri pada muka ekstremitas atas dan bawah, skala: 4 – 6, klien tampak lemah dan meringis kesakitan, TD: 120/80 mmHg, RR: 24 x/I, Temp: 36,50C, Nadi: 76 x/i.
  2. Gangguan pola aktivitas sehari-hari b/d adanya luka pada ekstremitas atas, bawah d/d klien bedrest total, ekstremitas atas bawah tidak dapat digerakkan, klien terpasang kateter.
  3. Kerusakan integritas kulit b/d adanya luka bakar (combutio) d/d tampak luka bakar yang masih lembab yaitu lengan, perut, paha.
  4. Gangguan konsep diri b/d perubahan bentuk tubuh d/d bagian tubuh pasien terdapat luka bakar ± 56% dan luka mengenai dermis.




Rencana Asuhan Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Tindakan Keperawatan
Intervensi
Rasionalisasi
1
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan kulit atau jaringan d/d klien mengatakan nyeri pada ekstremitas atas dan bawah
·     Rasa nyeri berkurang
·     Klien tidak meringis kesakitan
·     Klien dapat beristirahat
·     Kaji tingkat nyeri






·     Kaji tanda-tanda vital klien





·     Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik
·    Dengan mengkaji tingkat nyeri klien, kita dapat mengetahui kesembuhan luka klien
·    Dengan mengkaji tanda-tanda vital klien, perawat dapat mengetahui keadaan umum klien
·    Diharapkan rasa nyeri klien berkurang
2
Gangguan pola aktivitas b/d adanya luka pada ekstremitas atas dan bawah d/d klien bedrest total, ekstremitas atas dan bawah tidak dapat digerakkan, klien terpasang kateter
·     Pola aktivitas dapat dipenuhi dengan kriteria hasil: personal hygiene terpenuhi
·     Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
·     Lakukan latihan gerakan secara berkala
·     Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemenuhan nutrisi dan obat
·    Agar kebutuhan dan personal hygiene klien terpenuhi
·    Untuk mencegah jaringan tidak kontraktur

·    Dengan gizi yang cukup, dan pemberian obat yang teratur, kemungkinan penyembuhan jaringan cepat
3
Kerusakan integritas kulit b/d adanya luka bakar (combotio) d/d tampak luka bakar yang masih lebar
·     Area kulit tidak ada trauma
·     Luka sembuh tanpa bukti-bukti kerusakan atau inflamasi
·     Mempertahan kan suhu kamar, tetap dingin (250C)

·     Hindari dari benda-benda yang memperlama penyembuhan mis: selimut, benda-benda tajam

·     Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian krim silversulfadi zian dan supratur
·    Agar luka cepat kering dan tidak lembab / basah
·    Mempercepat penyembuhan dan mencegah infeksi nosokomial yang memperparah luka
·    Mempercepat pengeringan luka
4
Gangguan konsep diri b/d perubahan bentuk tubuh d/d bagian tubuh pasien terdapat luka bakar ± 56% dan luka mengenai dermis
·     Penerimaan situasi diri
·     Rencana untuk masa depan
·     Kaji makna kehilangan/ perubahan pada pasien/ orang dekat

·     Berikan dukungan positif tentang keadaannya di masa yang akan datang

·     Beri penjelasan tentang keadaan pasien saat sembuh dan dukungan rohani
·    Episode traumatik mengakibat kan perubahan tiba-tiba
·    Agar klien dapat menerima keadaan dirinya di masa yang akan datang
·    Agar klien menerima dirinya dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan nya secara baik dan mensyukuri keadaannya sekarang


























Catatan Perkembangan

Nama       :  Ny. N                                Ruangan             :  RB2
Umur        :  40 tahun                          Diagnosa medis :  Flame Burn Grade III
No
Hari/Tgl
Dx
Jam
Implementasi
Evaluasi
1
Kamis,
30 Nop 08
I
08.00

08.15

08.30
·     Mengkaji  tingkat skala nyeri
·     Mengukur tanda-tanda vital sign
·     Berkolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat oral
S:
Pasien mengatakan  nyeri pada daerah luka

O:
Px tampak meringis

A:
Masalah belum teratasi

P:
Rencana tindakan dilanjutkan


II
11.30




16.00
·     Membantu px melakukan mobilisasi / latihan gerak secara berkala
·     Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari / personal hygienenya
S:
Pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari

O:
Klien bed rest total

A:
Masalah belum teratasi

P:
Rencana tindakan dilanjutkan


III
10.00




10.00




11.00

11.15
·     Melakukan perawatan luka dengan cara mengganti perban prinsip steril
·     Melakukan perawatan kulit dengan memberikan krim Silfersulfadizion
·     Mempertahankan suhu kamar 250C
·     Menghindari pasien dari benda-benda yang memperlambat penyembuhan seperti selimut
S:
Pasien mengatakan lukanya sudah mulai kering

O:
Tempat-tempat luka pada pasien tampak mulai kering

A:
Gangguan integritas kulit teratasi sebahagian

P:
Rencana tindakan dilanjutkan


IV
17.00




18.30




19.00
·     Mengajak px bercerita untuk mengetahui makna kehilangan baginya
·     Memberikan dukungan positif tentang keadaannya di masa depan
·     Memberikan penjelasan tentang keadaan px saat sembuh dan dukungan rohani
S:
Px mengatakan perasaannya kini lebih tenang dan mau menerima perubahan fisiknya

O:
Px tampak lebih tenang

A:
Masalah sebagian teratasi

P:
Rencana tindakan dilabjutkan
2
Jumat
31 Nop 08
I
08.00

08.15

08.30
·     Mengkaji tingkat skala nyeri
·     Mengukur tanda-tanda vital sign
·     Berkolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian oral
S:
Px mengatakan nyeri pada daerah luka.

O:
Px tampak meringis kesakitan

A:
Masalah belum teratasi

P:
Rencana tindakan dilanjutkan


II
11.30




16.00
·     Membantu px melakukan mobilisasi / latihan gerak secara berkala
·     Membantu px dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari / personal hygiene
S:
Px mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari

O:
Klien bed rest total

A:
Masalah belum teratasi

P:
Rencana tindakan dilanjutkan


III
10.00




10.00




11.00

11.15
·     Melakukan perawatan luka dengan cara mengganti perban prinsip steril
·     Melakukan perawatan kulit dengan memberikan krim Silfersulfadizion
·     Mempertahankan suhu kamar 250C
·     Menghindari px dari benda-benda yang memperlambat penyembuhan seperti selimut
S:
Px mengatakan lukanya sudah mulai kering

O:
Tempat-tempat luka pada px tampak mulai kering

A:
Gangguan integritas kulit teratasi sebahagian
P:
Rencana tindakan dilanjutkan


IV
17.00




18.30




19.00
·     Mengajak px bercerita untuk mengetahui makna kehilangan baginya
·     Memberikan dukungan positif tentang keadaannya di masa depan
·     Memberikan penjelasan tentang keadaan px saat sembuh dan dukungan rohani
S:
Px mengatakan perasaannya kini lebih tenang dan mau menerima perubahan fisiknya

O:
Px tampak lebih tenang

A:
Masalah sebagian teratasi

P:
Rencana tindakan dilanjutkan
3
Sabtu
I
08.00

08.15

08.30
·     Mengkaji tingkat skala nyeri
·     Mengukur tanda-tanda vital sign
·     Berkolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian oral
S:
Px mengatakan nyeri pada daerah luka.

O:
Px tampak meringis kesakitan
A:
Masalah belum teratasi

P:
Rencana tindakan dilanjutkan


II
11.30




16.00
·     Membantu px melakukan mobilisasi / latihan gerak secara berkala
·     Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari / personal hygienenya
S:
Px mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari

O:
Klien bed rest total

A:
Masalah belum teratasi

P:
Rencana tindakan dilanjutkan


III
10.00




10.00




11.00

11.15
·     Melakukan perawatan luka dengan cara mengganti perban prinsip steril
·     Melakukan perawatan kulit dengan memberikan krim Silfersulfadizion
·     Mempertahankan suhu kamar 250C
·     Menghindari px dari benda-benda yang memperlambat penyembuhan seperti selimut
S:
Px mengatakan lukanya sudah mulai kering

O:
Tempat-tempat luka pada pasien tampak mulai kering

A:
Gangguan integritas kulit teratasi sebahagian

P:
Rencana tindakan dilanjutkan


IV
17.00




18.30




19.00
·     Mengajak px bercerita untuk mengetahui makna kehilangan baginya
·     Memberikan dukungan positif tentang keadaannya di masa depan
·     Memberikan penjelasan tentang keadaan px saat sembuh dan dukungan rohani
S:
Px mengatakan perasaannya kini lebih tenang dan mau menerima perubahan fisiknya

O:
Px tampak lebih tenang

A:
Masalah sebagian teratasi

P:
Rencana tindakan dilanjutkan

BAB III
PEMBAHASAN

            Setelah penulis menguraikan tinjauan teoritis mengenai luka bakar, kemudian menerapkannya langsung dalam asuhan keperawatan pada Ny. N dengan luka bakar derajat III di ruang RB2 RSUP HajiAdam Malik Medan, maka hal ini penulis akan membahas beberapa hal baik yang mendukung / menghambat proses perawatan serta mencari alternatif pemecahan masalah agar tindakan keperawatan selanjutnya dapat lebih terarah dan mencapai tujuan semaksimal mungkin sehingga proses keperawatan dalam pelaksanaannya tidak mengalami hambatan.
            Dalam menerapkan askep pada luka bakar, penulis menemukan beberapa kesenjangan antara landasan teoritis dengan tinjauan kasus dan akan dibahas sesuai dengan proses keperawatan yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

  1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian teoritis yang di dapat adalah riwayat kesehatan yang meliputi penggambaran lengkap tentang masalah integumen termasuk kerusakan jaringan kulit, nyeri pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Data juga dikumpulkan mengenai durasi, intensitas masalah dan penyebab serta penanganan.

  1. Analisa Data / Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teoritis diagnosa keperawatan ada 6 yaitu:
  • Resiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi trakeobrokial.
  • Nyeri b/d kerusakan kulit / jaringan, pembentukan edema manipulasi jaringan cedera.
  • Kerusakan mobilitas fisik b/d gangguan neuro muskuler, nyeri / tak nyaman, penurunan kekuatan.
  • Gangguan perubahan citra tubuh b/d kecacatan, nyeri.
  • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik.
  • Kerusakan integritas kulit b/d trauma, kerusakan permukaan kulit karena dekstruksi lapisan kulit.

Sedangkan diagnosa yang ditemukan pada kasus ada 4 yaitu:
1)   Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan kulit atau jaringan d/d klien mengatakan nyeri pada leher, ekstremitas atas dan bawah dengan skala nyeri 6, klien tampak lemah dan meringis kesakitan.
  • Gangguan pola aktivitas b/d adanya luka pada ekstremitas atas dan bawah d/d klien bed rest total, ekstremitas atas dan bawah tidak dapat digerakkan, terpasang kateter.
  • Kerusakan integritas b/d adanya luka bakar (combotio) d/d tampak luka bakar yang masih lembab yaitu lengan, perut, paha, seluruh badan klien berair dan lengket.
  • Gangguan konsep diri b/d perubahan bentuk tubuh d/d klien mengatakan adanya perubahan dalam dirinya, bagian tubuh klien terdapat luka bakar ± 56% dan luka mengenai dermis.
Diagnosa keperawatan yang ada pada kasus hampir bersamaan dengan diagnosa keperawatan pada teoritis. Meski tidak sama diagnosa yang ada di teori muncul pada kasus yang ada dan terdapat juga diagnosa keperawatan yang muncul di teori melainkan di kasus muncul yaitu:
  • Diagnosa keperawatan 5 pada teori: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolisme. Hal ini tidak ditemukan pada kasus karena klien tidak menunjukkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, justru klien mengalami peningkatan nutrisi.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ada di kasus tetapi tidak ada di teori adalah:
  • Diagnosa keperawatan 2 pada kasus; Gangguan pola aktivitas b/d adanya luka pada ekstremitas atas dan bawah d/d klien bed rest total, ekstremitas atas dan bawah tidak dapat digerakkan, terpasang kateter.

  1. Perencanaan / Intervensi
Penulis merencanakan intervensi keperawatan dengan rumusan diagnosa keperawatan pada kasus antara lain:
  • Diagnosa Keperawatan 1
    • Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien (skala nyeri 5 – 6)
    • Kaji tanda-tanda vital klien
    • Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik.

  • Diagnosa Keperawatan 2
  • Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
  • Lakukan latihan gerakan secara berkala
  • Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemenuhan nutrisi dan obat

  • Diagnosa Keperawatan 3
  • Mempertahankan suhu kamar, tetap dingin (250C)
  • Hindari dari benda-benda yang memperlama penyembuhan mis: selimut, benda-benda tajam
  • Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian krim Silfersulfadizion dan supratul

  • Diagnosa Keperawatan 4
  • Kaji makna kehilangan / perubahan pada pasien
  • Berikan dukungan positif tentang keadaannya di masa yang akan datang
  • Beri penjelasan tentang keadaan pasien saat sembuh dan dukungan rohani

  1. Implementasi
Dalam pelaksanaan seluruh intervensi dapat dilaksanakan dengan baik dikarenakan adanya kerja sama yang baik antara perawat dan klien serta tim dokter.

  1. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui keberhasilan untuk mencapai tujuan yang dilakukan secara terus menerus. Dalam hal ini penulis menjelaskan bahwa dari 4 diagnosa keperawatan yang ada, 2 diagnosa keperawatan yang masalahnya sebagian teratasi dan 2 diagnosa keperawatan belum teratasi.
Diagnosa keperawatan:
  1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d kerusakan kulit atau jaringan d/d pasien mengatakan nyeri pada muka, ekstremitas atas dan bawah, skala 4 – 6, klien tampak lemah dan meringis kesakitan, TD: 120.80 mmHg, RR: 24 x/I, Temp: 36,50C, Nadi: 76 x/i.
Masalah pada diagnosa ini belum teratasi. Dikatakan masalah teratasi apabila mencapai kategori:
  • Nyeri berkurang
  • Klien tidak meringis kesakitan dan tampak tenang
  • Skala nyeri < 4

  1. Gangguan pola aktifitas sehari-hari b/d adanya luka pada ekstremitas atas, bawah d/d klien bed rest total, ekstremitas atas dan bawah tidak dapat digerakkan, klien terpasang kateter.
Masalah pada diagnosa ini belum teratasi. Dikatakan masalah teratasi apabila mencapai kategori:
  • Klien dapat melakukan aktifitas sehari-hari
  • Ekstremitas dapat digerakkan

  1. Kerusakan integritas kulit b/d adanya luka bakar (combutio) d/d tampak luka bakar yang masih lembab yaitu lengan, perut, paha.
Masalah pada diagnosa ini sebagian teratasi. Dikatakan masalah teratasi apabila mencapai kategori:
  • Luka sembuh tanpa bukti-bukti kerusakan atu inflamasi
  • Area kulit tidak trauma

  1. Gangguan konsep diri b/d perumahan bentuk tubuh d/d bagian tubuh pasien terdapat luka bakar ± 56% dan luka mengenai dermis.
Masalah pada diagnosa ini sebagian teratasi. Masalah teratasi apabila mencapai kategori:
  • Klien dapat menerima situasi dengan keadaan dirinya yang sekarang.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan
Dari pembahasan kasus penulis dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
  1. Dari tahap pengkajian yang dilakukan penulis adalah melakukan pengumpulan data, pemeriksaan fisik, anamnese, fisiologi dan sosial inprehensif dan menyeluruh.
  2. Pada rumusan diagnosa keperawatan yang ada pada teori dan kasus ditemukan perbedaan yaitu pada diagnosa keperawatan di teori tidak ditemukan pada kasus ada satu diagnosa keperawatan dan pada kasus ditemukan diagnosa keperawatan baru tetapi tidak ada pada teori ada satu diagnosa keperawatan.
  3. Pada perencanaan atau intervensi semua diagnosa keperawatan telah dibuat perenacanaannya sesuai dengan kebutuhan Tn. G
  4. Pada pelaksanaan tindakan keperawatan seluruh intervensi dapat dilaksanakan dengan baik, dengan kerja sama klien dan perawat.
  5. Pada tahap evaluasi hasil, pada prinsipnya keempat (4) diagnosa keperawatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan tindakan keperawatan dimana 2 diagnosa keperawatan masalahnya sebagian teratasi dan 2 belum teratasi.

  1. Saran
  1. Pada pihak klien dan keluarga
  • Agar klien sebelum pulang ke rumah klien diajarkan untuk melakukan latihan rentang gerak yang berguna untuk mencegah kekakuan pada sendi dan otot.
  • Agar klien mamakan dan meminum obat secara teratur.

  1. Pada perawat
  • Agar lebih meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya tentang luka bakar dan melaksanakan intervensi keperawatan sesuai dengan kebutuhan kolien.
  • Diharapkan kepada perawat supaya dapat bekerja dan melakukan segala tindakan keperawatan yang baik dan benar terutama dalam merawat pasien luka bakar, perawat dituntut kecakapannya dalam melakukan proses perawatan luka dan pengobatannya.
  • Agar perawat memberikan penkes (pendidikan kesehatan) ketika klien akan pulang.

  1. Pihak RS
  • Agar lebih mengarahkan pada tim medis untuk melanjutkan intervensi keperawatan pada klien sehingga tercapai tujuan pemulihan kesehatan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, EGC, Jakarta.
Brunner and Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta.
Marylinn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Syarifuddin, 1999, Anatomi Fisiologi Untuk Perawat, EGC, Jakarta.

0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN COMBUSTIO (LUKA BAKAR)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel