ASUHAN KEPERAWATAN KONJUNGTIVITIS

BAB I
LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian
             Konjungtiva adalah selaput lendir yang melapisi sisi dalam kelopak mata,serta      menutupi bagian depan sklera.
             Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakkan   dan       eksudat serta mata nampak merah sehingga sering disebut mata merah.           
                     ( Evelyn C.Pearce, Anattomi Fisiologi Untuk Paramedis, 1979; 321 )

B. Anatomi dan Fisiologi
              Mata adalah Organ penglihatan yang merupakan suatustruktur yang sangat         khusus dan kompleks,menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral.
              Bola mata ini berbentuk lonjong dan mempunyai garis menengah kira-kira 2 ½      cm,bagian depannya bening, dan terdiri dari tiga lapisan yaitu :   
     1. Lapisan luar yang disebut Fibrus yang merupakan lapisan penyangga.
     2. Lapisan tengah yang disebut Vaskulosa okuli yang terbagi atas tiga bagian :
         a. Koroid yang fungsinya memberikan nutrisi pada tunika.
         b. Korpus siliaris yang fungsinya untuk terjadinya akomodasi pada proses pengli –
             hatan.
         c. Iris merupakan bagian terdepan tunika vaskulosa okuli dan berwarna karena me –
            ngandung pigment,berbentuk bulat dan di tengahnya terletak pupil yang berguna
            untuk mengatur cahaya yang masuk ke mata.
      3. Tunika nervosa yang merupakan lapisan terdalam bola mata dan disebut Retina.
          yang dibagi tiga bagian :
          a. Pars optika retina
          b. Pars siliaris
          c. Pars iridika.   
       Mata berfungsi sebagai indra penglihatan yang menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina dengan perantaraan serabut-serabut  nervus optikus dan menghantarkan rangsangan ini kepusat penglihatan pada otak untuk ditafsisrkan.
Ada tujuh saraf otak yang memiliki hubungan dengan mata yaitu:
·         Saraf otak ke II yaitu untuk penlihatan
·         Saraf otak ke III,IV dan VI yaitu untuk pergerakan mata
·         Saraf otak ke III yaitu  untuk reaksi pupil dan pengangkatan kelopak mata.
·         Saraf otak ke VII yaitu untuk penutupan kelopak mata
      Bola mata dan struktur yang berhubungan dilindungi dan dilingkupui dalam tulang berongga bulat yang dinamakan orbita dan bola mata ini dilindungi dan dialasi oleh lemak yang terletak di belakang bola mata. Orbita merupakan rongga berpotensi untuk terkumpulnya cairan,darah dan udara karena letak anatomisnya yang dekat dengan sinus dan pembuluh darah, sehingga darah dan pembuluh darah yang mensuplai nutrisi dan mentransmisi impuls ke otak juga berada dalam orbita tersebut.    
       
C. Etiologi   
    Konjungtivitis dapat disebakan oleh berbagai hal :
·                   Infeksi  ( bakteri, klamidia, virus, jamur dan parasit )
·         Imunologis ( alergi )
·         Iritatif  ( bahan kimia, suhu, listrik dan radiasi )
·         Bisa berhubungan dengan penyakit sistemik.

D. Patofisiologi
             Perubahan fisik pada konjungtiva akan meganggu fungsi organ mata tersebut sehingga menyebabkan penglihatan kurang normal, kebanyakan  konjungtivitis dapat menular dengan cepat  dan berkembang pada organ mata.
Konjungtiva sangat rentan terhadap infeksi karena selalu terpajan pada benda-benda di lingkungan  termasuk tangan manusia.


E. Manifestasi klinis atau gejala
·         Hyperemia  ( kemerahan )
·         Edema
·         Terjadi pengeluaran mata berlebihan
·         Gatal dan rasa terbakar
·         Terasa seperti ada benda asing
·         Cairan purulen yang berlebihan
·         Kelopak mata bengkak dan sukar di buka
·         Penglihatan  kadang-kadang kabur
·         Tidak tahan cahaya (fotofobia)

F. Pemeriksaan diagnostik
a.       Pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru yang akan menunjukkan diplokok di dalam sel leukosit dan dengan pewarnaan gram terlihat diplokok gram negatif intra dan ekstra seluler.
b.       Pemeriksaan sitologi akan ditemukan sel raksasa dengan pewarnaan giemsa, kultur virus dan sel inklusi intranuklear.
c.       Pemeriksaan sekret akan ditemukan sel-sel eosinofil
                        ( Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Jilid I, 1999: 51 - 54 )

G. Penatalaksanaan
    Konjungtivitis ini biasanya hilang sendiri tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat meliputi antibiotka sistemik atau topikal,bahan anti inflamasi,irigasi mata,pembersihan kelopak mata atau kompres hangat.
                             ( Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol.3, hal. 1991 )





H. Komplikasi
1.       Perforasi kornea dan endoftalmitis
2.       Septikemia atau meningitis
3.       Neuralgia, katarak, glaukoma, kelumpuhan saraf dan kebutaan
4.       Parut kornea
                                      ( Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, 2001; 52 - 54 )


BAB   II
ASUHAN   KEPERAWATAN
1. Pengkajian
-          Riwayat perjalanan penyakit       
·         Insiden penyakitnya
·         Rentang waktu penyakitnya
-          Neuron sensori yang berhubungan dengan perasaan pasien   
·         Pemeriksaan fisik mata
·         Pergerakan mata
·         Ketajaman penglihatan
·         Lapang pandang
-          Riwayat psikososial
·         Aktifitas pasien
·         Lingkungan pasien
·         Pekerjaan penderita
-          Status mental
·         Cemas,gelisah atau penderitaan
·         pengetahuan
·         usaha – usaha yang di lakukan pada kondisinya

2. Diagnosa Keperawatan
    1. Kurangnya penglihatan b/d kelopak mata bengkak d/d mata merah dan tidak tahan
        pada cahaya.
    2. Potensial infeksi dan penyabaran infeksi b/d kerusakan jaringan mata yang diaki –
        batkan oleh infeksi  d/d  gatal,mata merah dan rasa terbakar.
    3. Citra tubuh atau harga diri menurun  b/d  mata bengkak dan pengeluaran cairan yang
        berlebihan  d/d  penderita tidak beraktifitas dan sosial kurang.
    4. Kurang pengetahuan tentang kondisinya  b/d  kurang mengenal sumber informasi
        d/d   Komplikasi penyakitnya  dan kebersihan kurang.
3. Perencanaan
    Dx. 1 : Kurangnya penglihatan penderita
    Tujuan : Agar penderita dapat melihat dengan jelas dan nyaman .   
    Kriteria hasil : Penderita bebas dari gejala gangguan penglihatan

Intervensi
Rasionalisasi
1. Pemeriksaan fisik mata




2. Berikan tindakan kenyamanan (mis; kompres air hangat)

3. Anjurkan pasien untuk tidak memakai zat-zat kimia (mis; merokok)

4. Kolaborasi tentang pemberian obat sesuai dengan indikasi
1. Dengan pemeriksaan dapat
    mengetahui penyebab penyakitnya
    sehingga cepat menanggulangi
    penyakit tersebut.

2. Dapat meminimalkan kebutuhan dan
    mengurangi rasa nyeri

3. Dengan asap rokok dapat
    menambahkan gejala-gejala penyakit
    yang diderita

4. Dengan pemberian obat yang benar
   dapat mempercepat penyembuhan
    penyakit penderita dan pencegahan
    komplikasi.








    Dx. 2 : Potensial infeksi dan penyebaran infeksi  b/d  kerusakan jaringan pada kelopak mata
                d/d  gatal,rasa terbakar dan tidak tahan pada cahaya.
      Tujuan : Untuk mencegah resiko tinggi pada penderita dan komplikasi lainnya.
      Kriteria hasil : Dapat meningkatkan penyembuhan dengan cepat dan tepat waktu.

Intervensi
Rasionalisasi
1.       Identifikasi tanda/gejala yang di derita dalam memerlukan upaya evaluasi medis

2.       Tekankan pada pasien untuk tidak menyentuh atau menggaruk mata disaat gatal atau nyeri.

3.       Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum mengobati mata.

4.       Tunjukkan teknik yang tepat untuk mmembersihkan mata dari dalam ke luar dengan tissu basah atau bola kapas.
1.       Dengan mengetahui tanda/gejala dan penanganan secara dini akan dapat mencegah terjadinya komplikasi serius.

2.       Untuk mencegah kontaminasi dan bertambahnya kerusakan jaringan pada kelopak mata.

3.       Untuk menurunkan jumlah bakteri dan bertambahnya infeksi pada area mata.

4.       Teknik aseptik yang benar akan menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.








    Dx.3 : Citra tubuh / harga diri menurun   b/d  mata bengkak dan pengeluaran cairan purulen
               d/d  kegelisahan dan ketakutan.
    Tujuan : Memulihkan rasa kepercayaan diri pasien.
    Kriteria hasil: Penderita dapat bersosialisasi dengan lingkungannya.

Intervensi
Rasionalisasi
1.       Buat hubungan teraupetik dengan pasien


2.       Beri respon terhadap kenyataan bila pasien membuat pernyatan tak realistis dan hindari perdebatan.

3.       Beri motivasi untuk berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya.
1. Dengan membantu pasien secara teraupetik akan dapat mulai percaya diri dan perilaku yang baru.

2. Dengan pasien mencurahkan segala sesuatu aspek situasi yang di deritanya akan mengurangi ketidak percaya diri dan depresi.
3. Agar pola pikir pasien dengan dirinya dapat berubah sehingga kepercayaan tentang dirinya tumbuh kembali







DAFTAR PUSTAKA

            Brunner & Suddarth Edisi 8, Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 3, Penerbit          Buku     Kedokteran, EGC, 2001

            Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 1, Media           Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 2001

            Evelin C. Pearce, Anatomi & Fisiologi Untuk Paramedis, PT. Gramedia            Jakarta,            1979


            Drs. H. Syaifuddin, B.Ac, Anatomi Fisiologi, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran,             EGC,    2001

0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN KONJUNGTIVITIS"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel