ASUHAN KEPERAWATAN LARINGITIS

BAB  I
LANDASAN   TEORITIS

1.      Defenisi         
          Laringitis  merupakan inflamasi laring yang terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara,pemajanan terhadap debu, bahan kimia, asap dan polutan lainnya atau sebagai bagian dari infeksi saluran napas atas.
( Suddarth & Brunner, KMB Vol.I, edisi 8, 2001 )

2.      Pembagian  Laringitis           
      Laringitis terbagi tiga bagian yaitu :
a.       Laringitis  Akut
b.      Laringitis  Kronik
c.       Laringitis  Tuberkulosis

      2. a.  Laringitis  Akut  adalah  merupakan lanjutan dari rinofaringitis akut atau      manifestasi dari radang saluran napas atas. Dan  pada anak dapat menimbulkan sumbatan jalan napas dengan cepat karena rima glotisnya  relatif lebih sempit.
2.b. Laringitis  Kronik adalah  merupakan inflamsi yang menahun dan yang disebabkan oleh non spesifik dan spesifik.
2. c. Laringitis  Tuberkulosis  adalah  merupakan inflamasi laring yang di sebabkan oleh tuberculosis paru yang setelah di obati tuberculosis paru sembuh namun laringitis tuberkulosisnya menetap.

3.      Anatomi fisiologi
       Laring  ( tenggorok ) terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkan di Kolumna vertebra. Berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrae servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya. Laring terdiri dari kepingan tulang rawan yang di ikat oleh ligamen dan membran. Yang terbesar diantarannya ialah tulang rawan tiroid dan disebelah depannya terdapat benjolan subkutan yang dikenal sebagai jakun.
         Terkait dipuncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis yang berupa katup tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu menelan.Laring dilapisi oleh jenis selaput lendir yang sama dengan di dalam trakea kecuali pita suara,yang terdapat disebelah dalam laring dan dapat ditegangkan atau di kendorkan . dengan demikian sela-sela antara pita-pita atau rimaglotis berubah-ubah sewaktu bernapas dan berbicara.
         Karena  getaran pita suara yang disebabkan udara yang melalui glotis maka suara dihasilkan. ( Evelin C.Pearce,Anatomi fisiologi,PT Gramedia, Jakarta,1999 ).

4.      Etiologi
§  Bakteri : bakteri Haemophilus influenzae,stafilokok,streptokok dan pneumokok dan virus. ( laringitis akut )
§  Non spesifik  : rangsangan fisik oleh penyalah gunaan suara,rangsangan kimia,  asap rokok. ( faktor eksogen ), bentuk tubuh , kelainan metabolic (faktor endogen) dan  Spesifik ; tuberculosis dan sifilis. ( Laringitis kronik ).
§  Tuberkulosis paru yang menetap.

5.      Patofisiologi
               Hampir semua penyebab inflamasi adalah virus dan laringitis biasanya disertai rhinitis atau nasofaring.Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defesiensi diet,malnutrisi,dan tidak ada imunitas.Laringitis umumnya terjadi pada musim dingin dan mudah di tularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat.Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran napas bagian atas.Hal ini akan mengkibatkan iritasi mukosa saluran napas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran napas.Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa mengakibatkan iritasi pada laring.Sehingga memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut.Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.

      6.   Manifestasi  Klinis
Ø  Laringitis akut dan  Laringitis kronik
Demam malaise,gejala rinofaringitis,suara parau sampai afoni.nyeri ketika menelan atau berbicara,rasa kering ditenggorokan,batuk kering yang kelamaan disertai dahak kental,gejala sumbatan laring sampai sianosis.dan pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis,membengkak,terutama diatas dan dibawah pita suara. Biasanya tidak terbatas dilaring juga ada tanda radang akut dihidung sinus paranasal atau paru.               

Ø  Laringitis tuberculosis.
            Demam,keringat malam, penurunan berat badan, rasa kering, batuk produktif,hemoptisis,nyeri menelan yang lebih hebat bila dibandingkan dengan nyeri karena radang lainnya,keadaan umum buruk dan dapat timbul sumbatan jalan napas karena edema,tuberkuloma atau paralysis pita suara.

   Ada 4 stadium yang terlihat pada laringoskop :
     1. Stadium infiltrasi; dimana mukosa laring membengkak,hiperemis bagian posterior,dan pucat serta terbentuk tuberkel didaerah submukosa dan tampak bintik kebiruan.
2.       Stadium ulserasi; dimana ulkus membesar,dangkal,dasarnya ditutupi perkijuan dan terasa nyeri.
3.       Stadium perikondritis; dimana ulkus makin dalam mengenai kartilago laring,kartilago aritenoid,dan epiglotis.dan terbentuk nanah yang berbau sampai sekuester.
4.       Stadium pembentuk tumor; dimana terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior,pita suara dan subglotik.

7.  Pemeriksaan  penunjang
      Pemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang lama  atau sering residif.
     Pemeriksaan laboratorium basil tahan asam dari sputum atau bilasan lambung, foto toraks menunjukkan tanda proses spesifik paru ,laringoskopi langsung atau tak langsung.




8.  Penatalaksanaan
   Istrahat bicara dan bersuara,menghirup uap lembab,dan menghindari iritasi pada laring dan faring.untuk terapi medika mentosa diberikan antibiotic dan diberikan kortiko steroid untuk mengatasi edema.
            Pemberian obat anti tuberculosis primer dan sekunder dan traekeostomi bila timbul sumbatan jalan napas.

























BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

1.   PENGKAJIAN
Ø  Riwayat kesehatan pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda dan gejala sakit kepala, sakit tenggorok, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, rasa tidak nyaman dan kelebihan.
Ø  Pemeriksaan Fisik
Inspeksi menunjukkan pembengkakan, lesi atau asimetris, hidung juga perdarahan atau rebas, dan palpasi terhadap nyeri tekan yang menunjukkan inflamasi.

2.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
      1.   In efektif bersihan jalan napas b/d sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi.
      2.   Nyeri b/d iritasi jalan napas atau sekunder akibat infeksi.
      3.   Kerusakan komunikasi verbal b/d iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.

3.   PERENCANAAN
      Dx.            1         : In efektif bersihan jalan napas b/d sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi.
      Tujuan       :  Pemeliharaan potensi jalan napas dan pembersihan jalan napas.

Intervensi
Rasionalisasi
§  Meningkatkan masukan cairan ,  melembabkan lingkungan atau menghirup uap.



§  Pasien  diinstruksikan tentang posisi yang nyaman dan terbaik



§  Kolaborasi  dalam pemberian obat sesuai indikasi; mukolitik, ekspektoran , bronkodilator dan analgesic.





§  Dengan meningkatkan masukan cairan ,  melembabkan udara lingkungan atau menghirup uap dapat mengecerkan sekresi dan mengurangi inflamasi membrane mukosa.
§  Dengan posisi yang terbaik bagi pasien sinus yang akan tergantung pada letak dapat meningkatkan drainase dari infeksi.
§  Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret, analgesick diberikan untuk memperbiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati karena dapat menurunkan upaya batuk atau menekan pernafasan.



      Dx.2          : Nyeri b/d iritasi jalan napas atau sekunder akibat infeksi
     
      Tujuan       : agar rasa nyeri dapat berkurang

                                      
Intervensi
Rasionalisasi
§  Tentukan karskteristik nyeri  /  intensitas nyeri  mis : tajam,  konstan,  ditusuk-tusuk.
§  Pemberian anastesi topical serta kumur air hangat.


§  Menyarankan   pasien  untuk istrahat



§  Pasien di instruksikan tentang hygiene umum pada mulut dan hidung


§  Nyeri biasanya ada dalam beberapa skala.

§  Dengan pemberian anastesi topical dapat menghilangkan sakit ditenggorokkan.

§  Pasien istrahat akan membantu menghilangkan  rasa tidak nyaman umum atau demam yang menyertai banyak gangguan jalan napas atas.

§  Dengan teknik hygiene umum pada mulut membantu menghilangkan rasa tidak nyaman setempat untuk pencegahan penyebaran infeksi.



        Dx.3        : Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi jalan         
                          Napas atas sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.


         Tujuan    : Agar cara berkomunikasi lebih efektif dan terpelihara.




Intervensi
Rasionalisasi
§  Pasien di instruksikan untuk tidak mencoba  berbicara,  serta menghindari pembicaraan sedapat mungkin dan berkomunikasi dengan cara menuliskan bila memungkinkan .

§  Berikan pilihan cara komunikasi yang lain seperti papan dan pencil.



§  Berikan komunikasi non verbal,  contoh sentuhan dan gerak fisik,antisipasi kebutuhan



§  Regangan pita suara lebih lanjut dapat menghambat pulihnya suara dengan sempurna.




§  Cara komunikasi yang lain dapat mengistirahatkan  laring untuk berkomunikasi secara verbal sehingga dapat meminimalkan penggunaan pita suara.
§  Sentuhan di yakini untuk memberikan peristiwa kompleks biokimia dengan kemungkinan pengeluaran endokirin yang menurunkan   ansietas.









DAFTAR   PUSTAKA


               Brunner & Suddarth, edisi 8 vol. 1. Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakata,
                                                                        2001.


               Arif Mansjoer, edisi 3 , jilid 1, Kapita selekta Kedokteran, Media Aesculapius,
                                                                 FKUI, 2001.


                Pearce C. Evelin, Anatomi fisiologi untuk paraamedis, Jakarta, PT Gramedia
                                             Pustaka Utama  1999.



                http//www.google.Askep laringitis.com.id

0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN LARINGITIS"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel