ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS


DEFINISI
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar fungsi hepar.
Ada tiga tipe sirosis hepatis :
  1. Sirosis Portal Laennac
-      Disebabkan oleh alkoholisme dan malnutrisi
-      Pada tahap awal sirosis ini hepar membesar dan mengeras.  Namun pada tahap akhir hepar mengecil dan nodular.
  1. Sirosis Pascanekrotik
-      Terjadi nekrosis yang berat karena hepatotoksin biasanya berasal dari hepatitis virus.
-      Hepar mengecil dengan banyak nodul dan jaringan fibrosa
  1. Sirosis Bilier
-      Dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati disekitar saluran empedu.
-      Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi.

PATOFISIOLOGI
- Sirosis adalah tahap akhir pada beberapa tipe gangguan hepar-      Hepar sirosis biasanya mempunyai konsistensi nodular, dengan pita-pita fibrosis (jaringan parut) dan area kecil jaringan regenerasi.  Disini terjadi kerusakan luas hepatosit.
-      Perubahan pada arsitektur hepar ini mengubah aliran pada sistem vaskuler dan limfatik serta saluran duktus empedu.
-      Eksaserbasi periodik ditandai dengan stasis empedu, mencetuskan ikterik.
-      Hipertensi portal terjadi pada sirosis hepar karena vena portal menerima darah dari usus dan limfa menyebabkan :
§  Peningkatan retrograd pada tahanan tekanan dan pembesaran oesofagus, umbilikus dan vena rektus superior yang dapat menyebabkan perdarahan varises.
§  Asites, akibat perpindahan osmotik atau hidrostatik yang menimbulkan akumulasi cairan pada peritoneum.
§  Pembersihan tidak lengkap sisa-sisa metabolik protein menimbulkan peningkatan kadar amonia dalam darah, sehingga menimbulkan ensefalopati hepatik. ( Pada keadaan normal, amonia terbentuk dalam usus dari pemecahan protein oleh bakteri yang terdapat dalam usus.  Amonia ini dibawa ke hepar melalui sirkulasi portal.  Oleh hepar, amonia diubah menjadi urea.  Pada kegagalan hepar, amonia meningkat dalam darah.
-      Berlanjutnya proses karena ketidaktahuan penyebab atau penyalahgunaan alkohol biasanya mengakibatkan kematian karena ensefalopati hepatik, infeksi bakteri, peritonitis,hepatoma.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 1. Bilirubin terkonjugasi dan tak terkonjugasi meningkat2. Urobilinogen urine meningkat3. Masa protrombin memanjang4. Trombosit, eritrosit, leukosit menurun5. Hipokalemia6. Hiponatremia7. Enzim-enzim ALT (SGPT), AST (SGOT), alkalin fosfatase meningkat8. CT Scan : informasi tentang besar hati dan aliran darah hepatik serta obstruksi aliran tersebut. 

TINDAKAN MEDIS
-  Tidak ada terapi spesifik untuk sirosis.  Tindakan medis diarahkan pada faktor-faktor penyebab, seperti menangani alkoholisme, malnutrisi, obstruksi bilier, toksin, masalah jantung dan sebagainya.
-  Tindakan medis yang lain disesuaikan pada tanda-tanda yang timbul misalnya :
1.    Antihistamin untuk pruritus
2.    Kalium untuk hipokalemia
3.    Diuretik untuk edema
4.    Vitamin seperti asam folat, thiamin, vitamin K dan sebagainya.
5.    Tindakan menghentikan perdarahan : lavase lambung, terapi farmakologis : vasopresin +dektrose 120-200 m/iv; injeksi skleroterapi (sodium morrhuate 5 ml) dengan menggunakan endoskopik serat optik dimasukkan ke dalam oesofagus, setelah ditemukan lokasi perdarahan disuntikkan pada varises (sebelumnya diberi sedatif ringan/anestesi lokal); Tamponade balon (sengstakenblakemore) dengan 3 lumen dan 2 balon dimana satu lumen untuk mengosongkan lambung, lumen ke 2 untuk mengembungkan balon di oesofagus, lumen ke 3 untuk menggembungkan balon ditempat pertemuan kardiaoesofagus; pembedahan (ligasi dan pirau)




ASUHAN KEPEERAWATAN
PENGKAJIAN
Data Subjektif :§  Keluhan : anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen.
§  Kulit, selaput lendir, sklera : kekuning-kuningan, gatal, urine berwarna kuning tua dan berbuih.
§  Kebiasaan : merokok, minum alkohol, obat-obat terlarang, dan sebagainya
§  Seksualitas : impoten, libido menurun, menstruasi menghilang.
Data Objektif :§  Tanda vital tekanan darah menunjukkan tekanan darah ortostatik.
§  Kulit dan sklera : ikterik, petekie, hematoma, luka bekas garukan, spider angioma, eritema palmar, dilatasi pembuluh darah bagian atas dan bawah tubuh, edema, ginekomastia.
§  Abdomen : gerakan peristaltik (auskultasi), distensi abdomen, nyeri tekan, pembesaran hepar dan limpa, asites, dilatasi vena pada abdomen (kaput medusae)
§  Neuromuskular : pengecilan otot-otot, koordinasi berkurang, tremor, perubahan orientasi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
 1. Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan keterbatasan ekspansi   dada  karena hidrotoraks dan asites.2. Keletihan yang berhubungan dengan metabolisme tubuh meningkat, sehingga    produk energi kurang, anemia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.3. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan retensi cairan karena aldosteron meningkat,dan tekanan osmotik koloid menurun.4. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan fisiologis, seperti ikterik, asites, edema,ginekomastia, dan sebagainya.5. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan pruritus, nyeri dan kelelahan.6. Potensial trauma yang berhubungan dengan perubahan orientasi (pasien dapat jatuh dari tempat tidur).7. Potensial infeksi yang berhubungan dengan perubahan metabolisme protein, fungsi fagosit hepar lumpuh, kurangnya leukosit (akibat splenomegali).8. Potensial gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pruritus.INTERVENSI KEPERAWATAN§  Bantuan Pernapasan
-      Posisi fowler dapat membantu ekspansi dada.
-      Pasien diberanikan bernafas dalam-dalam untuk mencegah stasis sekresi pada saluran pernapasan.
-      Kadang-kadang dokter melakukan torakosentesis untuk mengurangi hidrotoraks.
§  Pengendalian kelelahan
-      Ambulasi diperbolehkan pada batas kemampuan pasien.
-      Ketika pasien merasa lelah, ia harus berbaring.
-      Pasien yang mengalami hidrotoraks, asites, dan edema perlu dibantu untuk mobilisasi di tempat tidur. Pasien ini condong mengalami dekubitus sehingga memerlukan mobilisasi tiap 2-3 jam. Bagian-bagian tubuh yang rawan untuk dekubitus perlu diolesi losion kulit.
§  Pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit
-      Untuk menangani hipokalemia, dokter dapat memberi obat kalium per oral. Kalium serum harus dipantau karena pasien dapat dengan cepat mengalami hiperkalemia.
-      Asites dan edema diatasi dengan mengurangi asupan garam, perbanyak istirahat.  Jika tindakan ini tidak menolong, dokter dapat memberi obat diuretik.  Pemberian diuretik harus hati-hati karena pengeluaran cairan (urine) 500 ml lebih dari asupannya dapat mencetuskan oliguria dan uremia akibat pengurangan cairan secara mendadak.
-      Jumlah cairan yang diperbolehkan harus dibagi untuk keperluan dalam 24 jam.  Berat badan pasien diukur tiap hari pada waktu dan dengan timbangan yang sama.  Bagi pasien yang tidak dapat berjalan atau berdiri, lingkaran abdomen dapat diukur.
§  Pencegahan infeksi
-      Mencuci tangan dengan benar
-      Mencegah kontak pasien dengan individu yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas.
-      Perhatikan teknik asepsis ketika melaksanakan perasat invasif.
-      Segera lapor ke dokter jika ada peningkatan temperatur.
§  Pencegahan trauma dan perdarahan.
-      Pantau urine dan feses
-      Ketika memandikan pasien atau menggantikan pakaiannya, periksa kulit untuk adanya petekie dan hematoma.
-      Periksa mulut dan gusi
-      Tanda vital tiap 4 jam.
-      Pantau masa protrombin dan trombosit.
-      Hindari pemberian obat-obatan intramuskular atau subkutan.
-      Gunakan jarum yang paling halus jika harus memberi injeksi.
-      Beri tekanan pada bekas suntikan intramuskuler atau intravena selama 5 menit dan 10 menit untuk fungsi arterial.
-      Beri vitamin K yang dipesan dokter.
-      Untuk hiegene oral, gunakan sikat gigi yang lembut atau kassa.
-      Jelaskan pada pasien untuk tidak mengejan keras ketika defekasi, batuk atau bersin terlalu keras.
-      Hindari makanan yang dapat merangsang mukosa.
-      Bantu pasien agar dia tidak jatuh.
-      Perhatikan lantai basah, licin atau barang-barang yang dapat menyebabkan pasien jatuh.
§  Pemeliharaan keseimbangan nutrisi
-      Jelaskan pembatasan diet; ingat bahwa natrium dan cairan dibatasi.Beritahu pasien makanan yang diizinkan.  Bila kadar amonia pasien meningkat (normal : darah lengkap :70-200 µg/dl; plasma 56-150 µg/dl, protein/makanan tinggi amonia juga akan dibatasi.
-      Pantau masukan dan haluaran; timbang berat badan setiap hari
-      Anjurkan makan sedikit dan sering untuk menjamin nutrisi adekuat
-      Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang diinginkan sesuai izin.
-      Hiegene oral dan ventilasi kamar yang baik dapat membuat pasien merasa segar dan mau makan.
§  Perawatan Kulit
-      Pasien yang sangat lemah untuk mengubah posisi di tempat tidur perlu dibantu mengubah posisinya tiap2-3 jam.
-      Bagian tubuh yang rawan mengalami dekubitus perlu dioles dengan losion kulit setiap mengubah posisi pasien.
§  Penyuluhan Pasien
-      Pencegahan kerusakan lebih lanjut pada hepar dengan menghindari minuman keras seperti alkohol serta obat-obat yang tidak diresepkan dokter.
-      Pembatasan diet
-      Cara membagi cairan yang diperbolehkan untuk kebutuhan selama 24 jam
-      Tindakan pencegahan terhadap adanya kemungkinan trauma dan perdarahan
-      Kegiatan sehari-hari dan istirahat
-      Tanda yang harus diwaspadai dan segera dilaporkan ke dokter :
a.    Perdarahan gusi, kulit, urine dan kotoran
b.    Ukuran lingkaran abdomen bertambah
c.    Berat badan bertambah
d.    Edema kedua tungkai bertambah



DAFTAR PUSTAKA 
Baradewo dkk.2008.Seri Asuhan Keperawatan. Klien Gangguan Hati.EGC. Jakarta
Ester M.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Pendekatan Gastrointestinal. EG. JakartaPrice dan Wilson.Patofisiologi.EGC.JakartaSmeltzer dan Bare.2002. Keperawatan Medikal Bedah.Terjemahan. EGC. Jakarta

0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel