Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi (Pria dan Wanita)


BAB I
PENDAHULUAN

I.          LATAR BELAKANG
Sistem reproduksi laki-laki atau sistem kelamin laki-laki terdiri dari sejumlah organ seks yang merupakan bagian dari proses reproduksi manusia. Pada laki-laki, organ-organ reproduksi ini terletak di luar tubuh manusia, sekitar panggul wilayah.
Organ utama pada laki-laki adalah penis dan testis yang memproduksi air mani dan sperma, yang sebagai bagian dari hubungan seks pupuk sebuah ovum dalam wanita tubuh dan ovum dibuahi ( zigot ) secara bertahap berkembang menjadi janin, yang kemudian lahir sebagai anak.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon gondaotr  opin / steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus – hipofisis – adrenal – ovarium.
Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.

II.          TUJUAN
Mengetahui bagian genetalia pria dan wanita
Mengetahui anatomi fisiologi genetalia pria dan wanita
Mengetahui gangguan pada genetalia pria dan wanita
Mengetahui persyarafannya

 
BAB II
PEMBAHASAN

I.          ANATOMI SALURAN REPRODUKSI PRIA
1)   Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari : penis, skrotum (kantung zakar) dan testis (buah zakar).

A.  Penis
       Penis terdiri jaringan kavernosa (erektil) dan dilalui uretra. Ujung penis disebut glans. Glands penis ini mengandung jaringan erektil dan berlanjut ke korpus spongiosum. Glans dilapisi lapisan kulit tipis berlipat, yang dapat ditarik ke proksimal disebut prepusium (kulit luar), prepusium ini dibuang saat dilkukan pembedahaan (sirkumsisi). Penis berfungsi sebagai penetrasi. Penetrasi pada wanita memungkinkan terjadinya deposisi semen dekat serviks uterus.

  Penis terdiri dari:
1.      Akar (menempel pada didnding perut)
2.      Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
3.      Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).
4.      Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di ujung glans penis. Dasar glans penis disebut korona.
5.      Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium) membentang mulai dari korona menutupi glans penis.

  Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:
1.      2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak bersebelahan.
2.      Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra. Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).

B.  Skrotum
       Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh.
       Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang sehinnga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).

C.  Testis
       Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval,agak gepeng dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar 2.5 cm. Testis berada didalam skrotum bersama epididimis yaitu kantung ekstraabdomen tepat dibawah penis. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan.
       Testis menghasilkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) juga hormon testosterone.

  Fungsi testis, terdiri dari :
1.      Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus seminiferus.
2.      Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial.

2)   Struktur dalamnya terdiri dari : vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis.Alat kelamin laki-laki terbagi atas 3 bagian :

A.  Vas deferens
       Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis. Panjangnya 45 cm yang berawal dari ujung bawah epididimis, saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke dalam uretra dan membentuk duktus ejakulatorius. Struktur lainnya (misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama vas deferens dan membentuk korda spermatika.

B.  Uretra
       Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.
  Uretra memiliki 2 fungsi:
1.      Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung kemih
2.      Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.

C.  Kelenjar Prostat
       Kelenjar prostat merupakan organ  dengan sebagian strukturnya merupakan kelenjar dan sebagian lagi otot dengan ukuran sekitar 2,3 x 3,5 x 4,5 cm. Biasanya ukurannya sebesar walnut dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia. Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan mengelilingi bagian tengah dari uretra. Prostat mengeluarkan sekeret cairan yang bercampur secret dari testis, perbesaran prostate akan membendung uretra dan menyebabkan retensi urin.

  Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu:
1.      Lobus posterior
2.      Lobus lateral
3.      Lobus anterior
4.      Lobus medial

  Fungsi Prostat:
       Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm. fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat.

D.  Vesikula seminalis.
       Merupakan sepasang struktur berongga dan berkantung-kantung pada dasar kandung kemih di depan rectum. Masing-masing vesicular memiliki panjang 5 cm dan menempel lebih erat pada kandung kemih daripada pada rectum. Vesikula seminalis memproduksi sekitar 50-60 % dari total volume cairan semen. Komponen penting pada semen yang berasal dari vesukula seminalis adalah fruktosa dan prostaglandin. Cairan lainnya yang membentuk semen berasal dari vas deferens dan dari kelenjar lendir di dalam kepala penis.
  Fungsi Vesika seminalis :
       Mensekresi cairan basa yang mengandung nutrisi yang membentuk sebagian besar cairan semen

3)   Duktus Duktuli

A.  Epididimis
       Merupakan saluran halus yang panjangnya ± 6 m terletak sepanjang atas tepi dan belakang dari testis. Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui duktuli eferentis merupakan bagian dari kaput (kepala) epididimis. Duktus eferentis panjangnya ± 20 cm, berbelok-belok dan membentuk kerucut kecil dan bermuara di duktus epididimis tempat spermatozoa disimpan, masuk ke dalam vas deferens.
       Fungsi dari epididimis yaitu sebagai saluran penhantar testis, mengatur sperma sebelum di ejakulasi, dan memproduksi semen.

B.  Duktus Deferens
       Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus ini berjalan masuk ke dalam rongga perut terus ke kandung kemih, di belakang kandung kemih akhirnya bergabung dengan saluran vesika seminalis dan selanjtnya membentuk ejakulatorius dan bermuara di prostate. Panjang duktus deferens 50-60 cm.

4)   Bangunan Penyokong atau Penyambung

A.  Funikulus Spermatikus
       Bagian penyambung yang berisi duktus seminalis, pembuluh limfe, dan serabut-serabut saraf.

II.          FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PRIA
1)   Hormon pada Laki-laki

A.  FSH (Follicle Stimulating Hormone)
       FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.

B.  LH (Luteinizing Hormone)
       LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron.

C.  Testosteron
       Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
       Testosteron bertanggung jawab dalam perubahan fisik laki-laki terutama organ seks sekundernya.

       Efek hormon testoteron pada pria:
  Sebelum lahir:
1.      Maskulinasi saluran reproduksi dan genital eksterna
2.      Mendorong penurunan testis ke skrotum
  Efek reproduksi
1.      Pertumbuhan dan pematangan organ reproduksi
2.      Penting dalam spermatogenesis

D.  Estrogen
       Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.

E.   Hormon Pertumbuhan
       Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.

2)   Spermatogenesis
       Spermatogenesis adalah perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa. Berlangsung 64 hari. Spermatogonia berkembang menjadi spermatozit primer. Spermatozit primer menjadi spermatozit sekunder.
       Spermatozit sekunder berkembang menjadi spermatid. Tahap akhir spermatogenesis adalah pematangan spermatid menjadi spermatozoa. Ukuran spermatozoa adalah 60 mikron. Spermatozoa terdiri dari kepala, badan dan ekor.

III.          GANGGUAN PADA SISTEM REPRODUKSI PRIA
A.  Gonorrhea & Chlamydia
•         Disebabkan oleh bakteri. Infeksi dimulai beberapa hari sampai beberapa minggu setelah hubungan intim dengan orang yang terjangkit penyakit kelamin ini;
•         Pada pria, penyakit kelamin ini menyebabkan keluarnya cairan dari kemaluan pria. Buang air kecil dapat terasa sakit. Gejala-gejala ini dapat terasa berat atau tidak terasa sama sekali;
•         Penyakit kelamin ini dapat disembuhkan dengan antibiotik bila ditangani secara dini.

B.  Herpes
•         Disebabkan oleh virus, dapat diobati tetapi tidak dapat disembuhkan;
•         Gejala timbul antara 3 sampai 10 hari setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit kelamin  ini;
•         Gejala awal muncul seperti lecet yang kemudian terbuka menjadi lubang kecil dan berair;
•         Dalam 5 sampai 10 hari gejala hilang;
•         Virus menetap dalam tubuh dan dapat timbul lagi sesuatu saat, dan kadang-kadang sering;

C.  Infeksi Jamur
•         Disebabkan oleh jamur;
•         Menyebabkan kegatalan berwarna merah di bawah kulit pria yang tidak disunat;
•         Dapat disembuhkan dengan krim anti jamur.

D.  Syphilis
•         Disebabkan oleh bakteria. Lesi muncul antara 3 minggu sampai 3 bulan setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit kelamin  ini;
•         Luka terlihat seperti lubang pada kulit dengan tepi yang lebih tinggi. Pada umumnya tidak terasa sakit;
•         Luka akan hilang setelah beberapa minggu, tetapi virus akan menetap pada tubuh dan penyakit kelamin ini dapat muncul berupa lecet-lecet pada seluruh tubuh Lecet-lecet ini akan hilang juga, dan virus akan menyerang bagian tubuh lain;
•         Syphilis dapat disembuhkan pada tiap tahapan dengan penicillin;

E.   Bisul Pada Alat Kelamin
•         Disebabkan oleh virus (Virus Human Papilloma atau HPV);
•         Muncul berupa satu atau banyak bisul atau benjolan antara sebulan sampai setahun setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit kelamin tersebut;

F.   Kutu Kelamin
•         Sangat kecil (lebih kecil atau sama dengan 1/8 inch), berwana kelabu kecoklatan, menetap pada rambut kemaluan;
•         Dapat disembuhkan dengan obat cair yang digosokkan pada rambut kelamin.

G.  Kutu di Bawah Kulit
•         Mirip dengan kutu kelamin, tetapi ukurannya lebih kecil dan menetap di bawah kulit;
•         Menyebabkan luka-luka kecil dan gatal di seluruh tubuh;
•         Diobati dengan obat cair yang diusapkan ke seluruh tubuh;
•         Pakaian, seprei dan handuk harus dicuci setelah pengobatan, karena kutu dapat menetap pada kain-kain terebut.

H.  AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) / HIV DISEASE
•         Penyakit kelamin akibat hubungan intim yang paling serius, menyebabkan tidak bekerjanya sistim kekebalan tubuh;
•         Tidak ada gejala yang nyata tanpa penelitian darah;
•         Dapat menyebabkan kematian setelah sepukuh tahun setelah terinfeksi virus HIV, tetapi pengobatan (red : tidak menyebuhkan secara total) telah ditemukan;
•         Disebarkan melalui hubungan intim dan pemakaian jarum suntik secara bersamaan.

IV.          ANATOMI SISTEM REPRODUKSI WANITA
GENITALIA EKSTERNA
A.  Vulva
       Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.

B.  Mons pubis / mons veneris
       Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.

C.  Labia mayora
       Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).

D.  Labia minora
       Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.

E.   Clitoris
       Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.

F.   Vestibulum
       Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.

G.  Introitus / orificium vagina
       Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
       Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.

H.  Vagina
       Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.
       Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).
       Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
       Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.

I.     Perineum
       Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
       Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

 
GENITALIA INTERNA
A.  Uterus
       Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.

B.  Serviks uteri
       Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.

C.  Corpus uteri
       Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
       Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita.

D.  Ligamenta penyangga uterus
       Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.

E.   Vaskularisasi uterus
       Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.

F.   Salping / Tuba Falopii
       Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.
       Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar).

G.  Pars isthmica (proksimal/isthmus)
       Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.

H.  Pars ampularis (medial/ampula)
       Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.

I.     Pars infundibulum (distal)
       Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.

J.     Mesosalping
       Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).

K.  Ovarium
       Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
       Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
       Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

V.          POROS HORMONAL SISTEM REPRODUKSI WANITA
A.  Badan pineal
       Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan suatu penonjolan dari bagian posterior ventrikel III di garis tengah. Terletak di tengah antara 2 hemisfer otak, di depan serebelum pada daerah posterodorsal diensefalon. Memiliki hubungan dengan hipotalamus melalui suatu batang penghubung yang pendek berisi serabut-serabut saraf.
Menurut kepercayaan kuno, dipercaya sebagai “tempat roh”.
Hormon melatonin : mengatur sirkuit foto-neuro-endokrin reproduksi. Tampaknya melatonin menghambat produksi GnRH dari hipotalamus, sehingga menghambat juga sekresi gonadotropin dari hipofisis dan memicu aktifasi pertumbuhan dan sekresi hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini yang menentukan pemicu / onset mulainya fase pubertas.

B.  Hipotalamus
       Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak, di atas hipofisis, di bawah talamus.
Tiap inti merupakan satu berkas badan saraf yang berlanjut ke hipofisis sebgai hipofisis posterior (neurohipofisis).
Menghasilkan hormon-hormon pelepas : GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), TRH (Thyrotropin Releasing Hormone), CRH (Corticotropin Releasing Hormone) , GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone), PRF (Prolactin Releasing Factor). Menghasilkan juga hormon-hormon penghambat : PIF (Prolactin Inhibiting Factor).

C.  Pituitari / hipofisis
       Terletak di dalam sella turcica tulang sphenoid. Menghasilkan hormon-hormon gonadotropin yang bekerja pada kelenjar reproduksi, yaitu perangsang pertumbuhan dan pematangan folikel (FSH – Follicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein (LH – luteinizing hormone).
Selain hormon-hormon gonadotropin, hipofisis menghasilkan juga hormon-hormon metabolisme, pertumbuhan, dan lain-lain.

D.  Ovarium
       Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan dan pengeluaran sel telur (ovum). Selain itu juga berfungsi steroidogenesis, menghasilkan estrogen (dari teka interna folikel) dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormon-hormon gonadotropin.
 
E.   Endometrium
       Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat implantasi hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan endometrium berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian jika tidak ada pembuahan / implantasi, endometrium rontok kembali dan keluar berupa darah / jaringan haid.
       Jika ada pembuahan / implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat konsepsi. Fisiologi endometrium juga dipengaruhi oleh siklus hormon-hormon ovarium.

VI.          HORMON-HORMON REPRODUKSI WANITA
A.  GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)
       Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH / LH ).

B.  FSH (Follicle Stimulating Hormone)
       Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita (pada pria : memicu pematangan sperma di testis).
Pelepasannya periodik / pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif.

C.  LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)
       Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron.
       Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.
(Pada pria : LH memicu sintesis testosteron di sel-sel Leydig testis).

D.  Estrogen
       Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis. Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta.
       Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita.
Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium.
Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks.
Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.
Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara.
Juga mengatur distribusi lemak tubuh.
       Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.

E.   Progesteron
       Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.

F.   HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
       Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml).
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik.
       Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).

G.  LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
       Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
       Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental Lactogen). Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi / pascapersalinan.
       Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea.

VII.          PERSARAFAN PADA SISTEM REPRODUKSI WANITA
Organ genitalia wanita memiliki saraf yang sangat banyak, misalnya klitoris yang memiliki sekitar 8.000 saraf. Ketika terjadi orgasme, maka rangsangan tersebut akan dikirimkan ke saraf belakang. Berikut ini adalah saraf-saraf yang terkait dengan hal tersebut
•         Saraf hipogastrik, membantu mentransmisikan rangsangan dari uterus dan serviks pada wanita dan dari prostat pada pria.
•         Saraf pelvis, berguna untuk mentransmisikan rangsangan dari vagina dan serviks pada wanita dan dari rektum untuk kedua jenis kelamin.
•         Saraf pudendal, berguna untuk mentransmisikan rangsangan dari klitoris pada wanita dan dari skrotum dan penis pada pria.
•         Saraf vagus, berguna untuk mentransmisikan rangsangan dari serviks, uterus, dan vagina pada wanita.
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa saraf vagus turut berperan dalam orgasme, meskipun masih belum diketahui secara jelas mekanismenya. Namun, selama terjadi stimulasi seksual dan orgasme, ada wilayah berbeda yang menerima rangsangan tersebut, satu di otak dan satu lagi di pusat saraf di tulang belakang.

VIII.          GANGGUAN PADA SISTEM REPRODUKSI WANITA
A.  Seriawan, merupakan pertumbuhan berlebih dari semacam bakteri seperti ragi yang menyebabkan gatal pada vagina dan nyeri, sering dengan keluarnya cairan putih. Hal ini dapat ditularkan melalui hubungan seks antara perempuan ( Lesbian ), meskipun seks oral pada Lesbian beresiko rendah.

B.  Bacterial vaginosis (BV), adalah pertumbuhan berlebih dari bakteri vagina yang menyebabkan keluarnya bau, yang sering dialami oleh para lesbian. Kemungkinan disebabkan oleh pewangi pada sabun mandi dan Bath Oil.

C.  Kutil kelamin, adalah benjolan pada vulva yang tidak meninbulkan rasa sakit, di dalam vagina, pada leher rahim atau bulat anus. Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak dengan kutil, misalnya dengan menyentuh, menggosok atau berbagi mainan seks. Hal ini tidak seperti kutil non-genital, seperti di tangan, yang dapat ditransfer ke alat kelamin

D.  Trichomonas vaginalis (TV), mengeluarkan busa pada vagina,menimbulkan rasa gatal dan hanya ditularkan melalui kontak dengan vagina saja, misalnya dengan menyentuh atau berbagi mainan seks.

E.   Herpes bisa menyebabkan luka yang menyakitkan di bagian dalam vulva / vagina atau anus (ini herpes kelamin) atau pada mulut (luka dingin). Herpes dapat ditularkan melalui kontak dengan luka, misalnya dengan menyentuh, cumbuan atau berbagi mainan seks. Oral seks juga dapat menularkan virus Herpes.Bisa menular namun tidak memiliki gejala apapun. Sebuah penelitian di Amerika menemukan bahwa mayoritas wanita yang berhubungan seks dengan perempuan, yang terinfeksi dengan herpes, tidak menyadari infeksi mereka

F.   Kutu pada kemaluan, melekat pada rambut di sekitar kemaluan.Menyebabkan gatal dan kadang-kadang bercak darah dari bekas gigitan. Mereka menyebar melalui kontak kulit.

G.  Chlamydia and gonorrhea, jarang terjadi pada lesbian tetapi penyakit dapat ditularkan melalui berbagi mainan seks atau menggosok vulva bersama-sama. Seringkali tidak ada gejala, meskipun mungkin ada pelepasan. Tanda pertama dari kedua infeksi mungkin nyeri di daerah panggul (pelvic inflammatory disease atau PID). Ada risiko infertilitas bagi perempuan yang memiliki klamidia yang tidak diobati.

H.  Sifilis sangat menular dan kontak kulit selama berhubungan seks dapat menyebarkannya. Sifilis tidak menyebabkan ulkus terasa nyeri (atau chancres) muncul dimana bakteri masuk ke dalam tubuh. Sebuah Cangker pada vagina bisa hampir tidak kentara

I.     Hepatitis mengacu pada infeksi virus yang menyebabkan peradangan hati. Bentuk-bentuk tertentu hepatitis dengan mudah dapat ditularkan dalam hubungan seks – misalnya dengan menyentuh atau berbagi mainan seks. Seringkali tidak ada gejala, walaupun bisa menyebabkan sakit kuning (kulit kuning) atau mual.

J.     Vaginitis
•         Infeksi pada vagina yang biasanya menyebabkan keluarnya cairan dari vagina yang berbau dan menimbulkan ketidaknyamanan;
•         Disebabkan oleh berbagai jenis bakteri (bakteri gonorrhea, chlamydia) atau jamur;
•         Juga dapat disebabkan oleh berbagai bakteri tidak berbahaya yang memang menetap pada vagina;
•         Dapat diselidiki dengan meneliti cairan vagina tersebut dengan mikroskop;
•         Pada umumnya dapat disembuhkan dengan obat yang tepat sesuai dengan penyebabnya.

BAB III
PENUTUP

I.          KESIMPULAN
Anatomi Saluran Reproduksi Laki-Laki
1)   Struktur luar
A. Penis
  Penis terdiri dari:
1.      Akar (menempel pada didnding perut)
2.      Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
3.      Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).
4.      Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih)
5.      Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium)
B. Skrotum
C. Testis
2)   Struktur dalamnya
A.  Vas deferens.
B.  Kelenjar Prostat      .
C.  Vesikula seminalis.
3)   Duktus Duktuli
A.  Epididimis 
B.  Funikulus Spermatikus
C.  Uretra

Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
1)   GENETALIA EKSTERNAL
A.    Vulva
B.     Mons pubis / mons veneris
C.     Labia mayora
D.    Labia minora
E.     Clitoris
F.      Vestibulum
G.    Introitus / orificium vagina
H.    Vagina
I.       Perineum
2)   GENITALIA INTERNA
A.    Uterus
B.     Serviks uteri
C.     Corpus uteri
D.    Ligamenta penyangga uterus
E.     Vaskularisasi uterus
F.      Salping / Tuba Falopii
G.    Pars isthmica (proksimal/isthmus)
H.    Mesosalping
I.       Ovarium
DAFTAR PUSTAKA

1. Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC
2. Scott, J. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika
3. Jarvis, Sarrah. 2011. Ensiklopedi Kesehatan Wanita. Jakarta: Erlangga
4. Heffner, Linda. 2008. Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga
5. Gibson, John. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern Untuk Perawat. Jakarta: EGC

0 Response to "Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi (Pria dan Wanita)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel