Asuhan Keperawatan Hischprung

BAB I
LANDASAN TEORITIS

  1. Defenisi

Hischprung adalah anomali congenital yang mengakibatkan obstruksi mekanik karena ketidakadekuatan motilitas sebagian dari usus (Donna L Wong 2004 ,507).
Hischprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan fase usus tersering pada neonatus , kebanyakan terjadi pada bayi atern dengan berat lahir > 3 kg  ( Mansjoer Arif 2000 ; 380 )
Hischprung disebut juga congenitals aganglionosis atau megacolon yaitu tidak adanya sel ganglion dalam rectum dan sebagian tidak ada dalam kolon . ( suridi , Yuliani 2005; 220 )
Hischprung disebabkan oleh tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari dari pleksus aurbach di colon , sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah colon sigmoid dan terjadi hipertropi serta distensi yang lebih proksimal ( ilmu kesehatan anak FKUI 1985 ; 1134 )

  1. Klasifikasi

Berdasarkan panjang segmen yang terkena Hischsprung dapat  dibedakan menjadi 2 type yaitu
  1. Hischsprung segmen pendek
Segmen aganglionik mulai dari anus sampai sigmoid merupakan 70% dari kasus hisprung lebih sering ditemukan pada anak laki- laki dari pada perempuan.
  1. Hischsprung segmen pajang
      Kelainan ini dapat melebihi sigmoid bahwa dapat mengenai seluruh kolon             /usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak lelaki maupun            perempuan
  1. Anatomi Fisiologi
Saluran gastrointestinal adalah jalur yang berjalan dari mulut melalui esofagus ke lambung dan usus sampai  anus. Usus terdiri dari usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri dari 3 kolon bagian anatomik ;bagian atas (duodenum), bagian tengah (yuyenum), bagian bawah (illeum). Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen , segmen transulisum yang menunjang dari abdomen atas dan kiri dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen bagian ujung dan usus besar terdiri dari 2 bagian kolon sigmoid dan rectum, Rektum terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.

  1. Etiologi
  • Sering terjadi pada anak dengan down syndrome
  • Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagall eksistensi kraniokaudal pada nyenterik dan submukosa dinding plexus.

  1. Pathofisiologi

      USUS BESAR
                                                                  Megacolon
                                                                  Tinja dan gas tertahan;dilatasi
                                                                  Sel ganglion ada (fungsi normal)


                                                      Region aganglionic


                             Kontraksi yang tonus dan tidak adekuatnya peristaltic
 
     Obstruksi partial                                                     Pelebaran segmen proksimal


Konstipasi kronik                                                  Obstruksi komplit pada usus             
                                                                                   
  1. Manifestasi Klinis
  • Kegagalan lewatnya mekonium dalam 24 jam pertama kehidup
  • Konstipasi kronik mulai bulan pertama kehidupan dengan terlihat tinja separti pita
  • Obstruksi usus dalam periode neonatal.
  • Nyeri abdomen dan distensi
  • Gangguan pertumbuhan
             ( Suriadi , 2005; 222)

  1. Komplikasi
  • Enterokilitis
  • Gawat pernafasan
  • Abses perikolon
  • Perforasi
  • Septikimia
  • Inkontensia
            ( Arif Mansjoer ,2000 ; 381)

  1. Pemeriksaan Diagnostik

  • Pemeriksaan colok anus yaitu jari akan merasakan jepitan, dan pada waktu di tarik keluar udara dan mekonium yang menyemprot.
  • Foto polos abdomen telihat usus melebar dan terdapat obstruksi rendah
  • Enema barium , terlihat daerah transisi pada bagian proksimal dan melebar gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian yang menyempit , enterokolitis pada segmen yang melebar , retensi setelah 24 – 28 jam.
  • Pemeriksaan patologi anatomi dengan biopsi isap mukosa dan submukosa tidak di jumpainya sel ganglion meissuer di sertai penebalan serabut saraf,
  • Manometri anorektal mencatat respon refluks sfingter internal dan eksternal.

  1. Penatalaksanaan

  • Medik
  • Hanya dengan operasi , bila belum dapat di lakukan operasi, biasanya di pasang pipa rectum dengan tanpa di lakukan pembilasan dengan air garam secara teratur.
  • Terapi konservatif pada neonatus dengan obstruksi usus yaitu dengan pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
  • Tindakan bedah defentif di lakukan dengan mereksesi bagian usus yang ganglionic dan membuat anastomosis , prosedurnya adalah duhamel, sweson, dan rehbein.

  • Keperawatan
    • Perawatan yang di lakukan adalah melakukan spuling dengan air garam fisiologis hangat dan setiap hari dan mempertahankan kesehatan pasien dengan memberi makanan yang cukup bergizi dan mencegah terjadinya infeksi.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

  1. PENGKAJIAN
  • Riwayat pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama setelah lahir
  • Kaji tinta seperti pita dan bau busuk.
  • Kaji status hidrasi dan nutrisi umum
  • Kaji status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada bagian  proksimal karena obstruksi.
  • Kaji psikososial keluarga
  • Observasi manifestasi penyakit hirschprung.

Masa kanak-kanak
  • Konstipasi
  • Feces berbau menyengat
  • Distensi abdomen
  • Masa fekal akan berubah
  • Anak biasanya mempunyai nafsu makan dan pertumbuhan yang buruk.

  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Konstipasi b/d obstruksi karena gangguan aganglion pada usus
  2. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d intake yang kurang , mual dan muntah.
  3. Gangguan integritas kulit b/d colostomy dan perbaikan pembedahan.
  4. Resiko infeksi b/d prosedur pembedahan dan adanya insisi
  5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d pembedahan gastrointestinal
  6. Nyeri b/d insisi pembedahan
      ( Suriadi & Rita Yuliani, 2006;222-223 )



  1. PERENCANAAN
Dx 1  :
Konstipasi b/d obstruksi karena aganglion pada usus
Tujuan           : Pengeluaran tinja lembek dan tanpa retensi.
Intervensi      :
  • Kaji fungsi usus dan karakteristik tinja
  • Berikan Polyethylene glycol
  • Obsevasi tanda-tanda vital dan bising usus setiap 2 jam sekali
  • Observasi pengeluaran feces per rectal ; bentuk ,konsistensi, jumlah
  • Observasi intake yang mempengeruhi pola dan konsisitensi feces
  • Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk menjalankan diet yang telah dianjurkan
Rasionalisasi :
  • Untuk mengetahui adanya gerakan peristaltic usus
  • Untuk melarutkan dan mengencerkan usus
  • Untuk mengetahui kelainan yang bakal terjadi pada pasien
  • Pasien dapat melakukan eliminasi dengan normal
  • Adanya peningkatan pola eliminasi yang lebih baik
  • Agar pola eliminasi pasien berjalan dengan baik

Dx 2  :
Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d intake yang kurang , mual dan muntah
Tujuan     : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang                                            ditandai dengan mukosa lembek, berat jenis urine normal, sodium,                                       potassium dan bokarbonat dalam batas normal         
Intervensi :
  • Monitor elektrolit sesuai program dan berat badan jenis volume
  • Berikan asupan cairan yang adekuat pada pasien
  • Kaji ststus dehidrasi sebelum dan sesudah pembedahan dengan mengkaji turgor kulit dan membran adekuat
  • Indentifikasi rencana untuk meningkat / mempertahankan keseimbangan cairasn yang optimal mis: jadwal masukan cairan.
  • Observasi adanya peningkatan mual dan muntah serta antisipasi devisit cairan tubuh dengan segera

Rasionalisasi :
  • Memberi informasi keseimbangan cairan elektrolit
  • Untuk memenuhi cairan dan keseimbangan cairan elektrolit dalam tubuh
  • Untuk mengetahui output dan input cairan
  • Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakkeseimbangan kesempatan berhasil
  • Untuk mengetahui tanda-tanda bahaya serta komplikasi kekurangan cairan
Dx 3 :
Gangguan integritas kulit b/d colostomy dan perbaikan pembedahan.
Tujuan         : Mempertahankan keutuhan kulit disekelilingi area                                         pembedahan.
Intervensi    :
  • Kaji area insisi pembedahan, kemerahan, bengkak dan drainage
  • Kaji warna stoma ( area kulit ) , pendarahan dan kerusakan sekeliling area insisi pembedahan
  • Ganti balutan sesuai kebutuhan , gunakan teknik antiseptif
  • Irigasi luka sesuai indikasi , gunakan cairan garam larutan hidrogen peroksida atau larutean antibiotik.
  • Obsevasi tanda-tanda infeksi di daerah luka

Rasionalisasi:
  • Mengidentifikasi keutuhan kulit disekeliling area pembedahan
  • Memberikan intervensi tepat waktu untuk mencegah komplikasi yang serius
  • Sejumlah besar drainage serosa menuntut penggantian dengan sering untuk menurukan iritasi kulit dan potensial infeksi
  • Untuk mengobati infeksi praoperasi/ kontaminasi intraoperasi.
  • Untuk mengetahui kelainan dan penanganan lebih cepat

Dx 4 :
Resiko infeksi b/d pembedahan dan adanya insisi
Tujuan               : Mencegah infeksi pembedahan dan insisi
      Intervensi         :
  • Monitor tanda-tanda vital dan perhatikan adanya demam , kemerahan , bengkak.
  • Anjurkan pasien dan keluarga untuk higiene personal.
  • Pertahankan perawatan luka aseptik
  • Menganjurkan pasien dan pada keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
  • Kolaborasi tentang pemberian Obat Antibiotik

Rasionalisasi :
  • Mengidentifikasi adanya infeksi
  • Untuk mencegah masuknya kuman dan memberi rasa nyaman pada pasien
  • Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan
  • Untuk menguatkan daya tahan tubuh dan kecepatan proses penyembuhan pasien
  • Untuk membunuh kuman dan mempercepat proses penyembuhan

Dx.5:
      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d pembedahan gastrointestinal.
      Tujuan         : Memberikan status nutrisi  yang adekuat.

            Intervensi    :

  • Puasakan anak hingga bising usus (+) dan ada buang gas (flatus)
  • Pemberian cairan melalui intravena sesuai instruksi atau program terapi
  • Ajurkan pasien dan pada keluarga untuk makan dalam porsi kecil dan sering
  • Timbang berat badan tiap hari

Rasionalisasi :
  • Untuk mengetahui fisiologis usus
  • Memenuhi kebutuhan elektrolit
  • Untuk memenuhi nutrisi dan mencegah rasa mual pasien
  • Mengetahui adanya perubahan berat badan memberikan informasi tentang kebutuhan diet
  • Memberikan rasa control pada pasien dan kesempatan untuk memilih makanan yang diinginkan / dinikmati dapat meningkatkan masukan.

Dx .6 :
      Nyeri b/d insisi pembedahan
      Tujuan      : Memberikan kontrol nyeri yang  adekuat.

      Intervensi :
  • Kaji skala nyeri
  • Memberikan analgesik sesuai instruksi
  • Dorong penggunaan teknik relaksasi
  • Batasi kunjungan pada rungan pasien
  • Berikan rasa nyaman;reposisi (sentuhan,pijit punggung

Rasionalisasi :
  • Mengidentifikasi nyeri pada anak
  • Untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan istirahat
  • Memberikan pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian , sehingga menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan.
  • Agar pasien aman dan nyaman
  • Untuk memberikan rasa nyaman secara psikologis

Evaluasi :
  • Pengeluaran tinja lembek tanpa resistensi
  • Hidrasi bagi anak adekuat
  • Tidak ada kerusakan jaringan pada area stoma
  • Tanda –tanda infeksi tidak ada
  • Kebutuhan nutrisi terpenuhi
  • Nyeri berkurang.

0 Response to "Asuhan Keperawatan Hischprung"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel