ASUHAN KEPERAWATAN KANKER/KARSINOMA KOLOREKTAL

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER/KARSINOMA  KOLOREKTAL

GAMBARAN
Kanker kolorektal merupakan penyebab kematian kedua setelah kanker paru-paru di Amerika Serikat.  Satu kanker kolon dan rektal terdeteksi dan diobati pada tahap terlokalisasi awal, maka terdapat angka bertahan hidup 5 tahun sebesar 80-90%. (Monica Ester,2002 : 133)
Insidensinya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip.Distribusi tempat kanker pada keseluruhan kolon.


ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah terindentifikasi yaitu :
  • Usia lebih dari 40 tahun
  • Darah dalam feses
  • Adanya polip kolon
  • Riwayat keluarga dengan kanker kolon
  • Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
  • Diet tinggi lemak, protein hewani olahan yang rendah serat.

PATOFISIOLOGIS
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya.  Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering ke hati).

MANIFESTASI KLINIS
  • Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi.
  • Perubahan kebiasaan defekasi (paling menonjol)
  • Pasase darah dalam feses (gejala paling umum kedua)
  • Anemia yang tidak diketahui penyebabnya
  • Anoreksia
  • Penurunan berat badan
  • Keletihan
  • Lesi sebelah kanan : nyeri dangkal abdomen dan melena
  • Lesi sebelah kiri : obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses.
  • Lesi rektal : evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
(Smeltzer dan Bare,2002:1126)

EVALUASI DIAGNOSTIK
  • Sigmoidoskopi
  • Kolonoskopi
  • Enema barium


PENTAHAPAN KANKER KOLOREKTAL
Metode pentahapan kanker kolorektal dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi Duke :
  • Kelas A : tumur dibatasi pada mukosa dan submukosa
  • Kelas B : penetrasi melalui dinding usus
  • Kelas C : invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional
  • Kelas D : metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas

PEMERIKSAAN ANTIGEN KARSINOEMBRIONIK
  • Antigen Karsinoembrionik (CEA) adalah suatu antigen yang terlihat dalam jaringan hidup. Ia sebenarnya berasal dari pasien-pasien dengan kanker kolon, tapi juga terlihat pada pasien-pasien dengan kolitis ulseratif, cirhosis, dan bentuk-bentuk lain dari kanker dan pada perokok yang kronis.
  • Test CEA tidak bermanfaat sebagai skrinning untuk kanker kolon, namun bermanfaat sebagai suatu indikator bagi efek-efek terapi yang diberikan.  Misalnya penurunan kadar CEA akan menunjukkan efektifitas dari terapi.  Suatu peningkatan kadar CEA atau kadar yang tinggi terus-menerus akan meunjukkan kekambuhan atau penyebaran tumor.

PENATALAKSANAAN MEDIS
  • Gejala obstruksi usus : cairan IV dan pengisapan nasogastrik
  • Perdarahan yang bermakna : terapi komponen darah
  • Pilihan terapi : kemoterapi, radiasi atau imunoterapi

PENATALAKSANAAN BEDAH
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
  • Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah, dan nodus limfatik.
  • Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal).
  • Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum reseksi)
  • Kolostomi permanen  atau ileostomi( untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi).

DIVERSI FEKAL UNTUK KANKER KOLON DAN REKTUM
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang sepertiga pasien kanker kolorektal.  Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah.  Stoma ini dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen.

PENGKAJIAN
Subjektif :
  • Perasaan lelah, nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, durasi, berhubungan dengan makan dan defekasi), pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses mencakup adanya darah atau mukus.
  • Informasi tambahan mencakup riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal, riwayat keluarga dari penyakit kolorektal, terapi obat saat ini.
  • Kebiasaan diet mencakup masukan lemak dan atau serat serta konsumsi alkohol.
  • Riwayat penurunan berat badan
Objektif : auskultasi abdomen terhadap bising usus dan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi dan massa padat.  Spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
  • Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
  • Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
  • Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia
  • Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan mual dan anoreksia
  • Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
  • Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
  • Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan, dan perawatan diri setelah pulang
  • Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan stoma dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostoma)
  • Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi.

Masalah kolaborasi/komplikasi potensial
  • Infeksi intraperitoneal
  • Obstruksi usus besar komplit
  • Perdarahan gastrointestinal
  • Perforasi usus
  • Peritonitis/abses/sepsis

INTERVENSI KEPERAWATAN PRA OPERATIF
  • Mempertahankan eliminasi
Frekuensi dan konsistensi defekasi dipantau.  Laksatif dan enema diberikan sesuai resep.  Pasien yang menunjukkan tanda perkembangan ke arah obstruksi total disiapkan untuk menjalani pembedahan
  • Menghilangkan nyeri
Analgesik diberikan sesuai resep.  Lingkungan dibuat kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan lampu, mematikan TV atau radio, dan membatasi pengunjung dan telepon bila diinginkan pasien.  Tindakan kenyamanan tambahan ditawarkan : perubahan posisi, gosokan punggung dan tehnik relaksasi.
  • Meningkatkan toleransi aktivitas
Toleransi aktifitas pasien dikaji.  Aktivitas dirubah dan dijadwalkan .  Terapi komponen darah diberikan sesuai resep.
  • Memberikan tindakan nutrisional
Diet rendah residu untuk beberapa hari disusul dengan diet cair pada sehari sebelum operasi. Pemberian nutrisi parenteral total pada beberapa pasien. Penimbangan berat badan harian.
  • Mempertahankan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Masukan dan haluaran, mencakup muntah diukur dan dicatat. Masukan makanan oral dan cairan pasien dibatasi untuk mencegah muntah.  Antiemetik diberikan sesuai resep.  Cairan penuh atau jernih dapat ditoleransi atau pasien dipuasakan.  Pasang selang NGT pada pre operarif. Dapat dipasang kateter indwelling untuk pemantauan haluaran setiap jam. Terapi cairan IV bila haluaran kurang 30 ml/jam. Pantau kadar elektrolit serum.  Tanda vital dikaji. Status hidrasi dikaji ( penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, urin pekat, peningkatan BJ urine)

  • Menurunkan Ansietas
Tingkat ansietas pasien dikaji.  Upaya pendukung : pemberian privasi, meluangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan, kesedihan dan pertanyaan yang diajukan pasien, pertemuan dengan anggota rohaniawan bila diinginkan.  Untuk meningkatkan kenyamanan : utamakan relaksasi dan perilaku empati.  Kebutuhan dan keinginan pasien akan informasi dikaji dan digunakan sebagi pedoman pengajaran.
  • Mencegah Infeksi
Pemberian antibiotik seperti kanamisin sulfat, eritromisin, neomisin sesuai resep via ora untuk mengurangi kandungan bakteri kolon dan melunakkan serta menurunkan bulk dari isis kolon.  Usus dapat dibersihkan dengan laksatif, enema atau irigasi kolonis.
  • Pendidikan Pasien Preoperatif
Pengetahuan pasien saat ini tentang diagnosis, prognosis, prosedur bedah dan tingkat fungsi yang diinginkan pada pasca operatif harus dikaji.Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan fisik untuk pembedahan, penampilan dan perawatan yang diharapkan dari luka pascaoperatif, teknik perawatan ostomi, pembatasan diet, kontrol nyeri dan penatalaksanaan obat.

INTERVENSI KEPERAWATAN PASCAOPERATIF
  • Perawatan luka
Luka abdomen diperiksa dengan sering selama 24 jam pertama untuk meyakinkan bahwa luka sembuh tanpa komplikasi.  Balutan diganti sesuai kebutuhan.  Pasien dibantu untuk membebat insisi abdomen selama batuk dan nafas dalam untuk mengurangi tegangan pada tepi insisi. Suhu, nadi dan frekuensi pernapasan dipantau. Stoma diperiksa terhadap pembengkakan (stoma sehat : merah jambu, edema ringan akibat manipulasi bedah adalah normal, rembesan berjumlah sedikit adalah normal). Kulit peristoma dibersihkan dengan perlahan dan dikeringkan untuk mencegah iritasi.  Barier pelindung kulit harus diberikan sebelum melekatkan kantung drainase.  Apabila malignasi telah diangkat dengan rute perineal, luka diobservasi dengan cermat untuk tanda hemoragi.  Luka ini dapat mengandung drain atau tampon yang diangkat secara bertahap.  Mungkin terdapar jaringan yang terkelupas selama beberapa minggu.  Proses ini dipercepat dengan irigasi mekanis luka atau rendam duduk yang dilakukan dua atau tiga kali sehari.
  • Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
Pasien dipualngkan dari rumah sakit diberikan informasi khusus, individual sesuai kebutuhan mereka, tentang perawatan ostomi dan komplikasi yang harus diobservasi.  Instruksi diet penting untuk membantu pasien mengidentifikasi dan menghindari makanan pengiritasi yang dapat menyebabkan diare atau konstipasi. Pasien diajarkan tentang obat yang diresepkan. Tindakan (irigasi, pembersihan luka) dan penggantian balutan ditinjau ulang, dan keluarga didorong untuk berpartisipasi. Pasien memerlukan pengarahan khusus tentang kapan mereka harus menghubungi dokter.
  • Citra tubuh positif
Pasien didorong untuk mengungkapkan perasaan dan masalah yang dialami serta mendiskusikan tentang pembedahan dan stoma (bila telah dibuat).  Perawatan kolostomi harus dipelajari dan pasien harus mulai merencanakan untuk memasukkan perawatan stoma dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan pendukung dan sikap dari pihak perawat penting dalam meningkatkan adaptasi pasien terhadap perubahan yang terjadi akibat pembedahan.
  • Pemantauan dan Penatalaksanaan Komplikasi
Kondisi pasien diobservasi terhadap gejala komplikasi.  Pengkajian yang sering terhadap abdomen, termasuk penurunan atau perubahan bising usus dan peningkatan lingkar abdomen harus dilakukan.  Pasien perlu disiapkan untuk menjalani pembedahan darurat.  Tanda vital dipantau akan adanya peningkatan atau penurunan nadi dan pernapasan, penurunan tekanan darah, serta perdarahan rektal yang menunjukkan adanya hemoragi.  Terapi komponen darah diberikan sesuai ketentuan.  Adanya perubahan tiba-tiba pada nyeri abdomen harus dilaporkan karena ini dapat menunjukkan perforasi.  Peningkatan jumlah sel darah putih, suhu dan atau gejala syok dilaporkan karena dapat menunjukkan sepsis.  Antibiotik diberikan sesuai pesanan. 


DAFTAR PUSTAKA

Ester M.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Pendekatan Gastrointestinal. EG. Jakarta
Long B.C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Yayasan IAPK. Padjajaran. Bandung.
Smeltzer dan Bare.2002. Keperawatan Medikal Bedah.Terjemahan. EGC. Jakarta

0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN KANKER/KARSINOMA KOLOREKTAL"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel