Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah

BAB I
LANDASAN TEORITIS

  1. Konsep Dasar
    1. Pengertian
            Berat badan lahir rendah adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram.
(Ilmu Kesehatan Anak 3 hal 1051 tahun 1989)
            BBLR dapat digolongkan menjadi 2 bagian yaitu:
  1. Prematuritas murni
      Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKBSMK).

  1. Dismaturitas
      Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
(Ilmu Kesehatan Anak 3 hal 1052 tahun 1989)

  1. Etiologi
            Penyebab bayi berat badan lahir rendah adalah:
  • Faktor ibu
    • Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum, perdarahan, perdarahan ante partum, trauma fisik dan psikologis, penyakit lainnya adalah nefritis akut, DM, infeksi akut atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.
  • Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu di bawah 20 tahun dan pada multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat kejadian terendah adalah pada ibu antara usia 26 – 35 tahun.

  • Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keagaan gizi yang kurang baik dan pengawasan ante natal yang kurang.

  • Kebiasaan
Perokok, peminum atau narkotik, pekerjaan yang melelahkan.

  • Faktor janin
  • Hydramion (kehamilan ganda) umumnya akan mengakibatkan lahir bayi BBLR
  • Kelainan kromosom
  • Cacat bawaan

  • Faktor lingkungan
1)   Meliputi tempat tinggal
2)   Radiasi
3)   Zat-zat racun
(Ilmu Kesehatan Anak 3 hal 1052 tahun 1989)




  1. Karakteristik Klinis
  • Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang 35 cm
  • Masa gestasi kurang dari 37 minggu
  • Kepala relatif lebih besar dari pada badannya
  • Kulitnya tipis transparan
  • Lanugo banyak terutama di daerah kuduk
  • Lemak subcutan kurang
  • Osifikasi tengkorak sedikit
  • Ubun-ubun dan sutura lebar
  • Genetalia imatur
  • Pembuluh darah kulit banyak terlihat
  • Rambut biasanya tipis, halus
  • Tulang rawan dan daun telinga imature
  • Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belum terbentuk dengan baik
  • Pergerakan kurang dan masih lemah
  • Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun
  • Pernafasan belum teratur dan sering terdapat opnoe
  • Refleks mengisap dan menelan belum sempurna
(Ilmu Kesehatan Anak 3 hal 1053 tahun 1989)

  1. Pemeriksaan Diagnostik
            Pilihan tes dan hasil yang diharapkan tergantung pada adanya masalah dan komplikasi sekunder.
  • Jumlah darah lengkap: untuk mengetahui adanya penurunan Hb
  • Dekrostik: untuk mengatakan hipoglikemia
  • Gas darah arteri: untuk mengetahui adanya sepsis dan kesulitan nafas yang lama
  • Urinalisis: untuk mendeteksi adanya cedera ginjal
  • Klinites: mengetahui adaya gula dalam darah
  • Punksi lumbal: untuk mengetahui adanya meningitis
(Doenges, Edisi 2 hal 635 tahun 1999)

  1. Penatalaksanaan
            Perawatan bayi ini hampir sama dengan bayi normal. Akan tetapi harus khusus diperhatikan.
  • Pengaturan suhu lingkungan
Bayi berat lahir rendah mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di lingkungan yang dingin. Oleh karena itu bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur.
Bayi berat badan di bawah 2 kg: 350C
Bayi berat badan 2 kg – 2,5 kg: 340C
Suhu inkubator diturunkan 10C setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24 – 270C.

  • Makanan bayi berat badan lahir rendah
      Umumnya bayi prematur belum sempurna reflek menghisap dan batuknya , kapasitas lambung masih kecil, dan daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang, maka makanan diberikan dengan pipet sedikit-sedikit namun lebih sering. Yang harus diperhatikan adalah terhadap kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi. Prinsip pemberian minum ialah early feeding yaitu minuman sesudah bayi berumur 2 jam untuk mencegah turunnya berat badan yang lebih dari 10%.
Banyaknya cairan yang diberikan 60 ml / kg BB / hari dan dinaikkan setiap hari 200 ml / BB pada akhir minggu kedua.
  • Bila perlu pemberian O2
  • Pencegahan infeksi
    • Diadakan pemisahan antara bayi yang kena infeksi dengan bayi yang tidak kena infeksi
    • Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
    • Membersihkan tempat tidur bayi segera sesudah tidak dipakai lagi
    • Membersihkan ruangan pada waktu-waktu tertentu
    • Setiap bayi mempunyai perlengkapan tersendiri
(Prawirohardjo, hal 7287 tahun 1999)

  1. Asuhan Keperawatan
    1. Pengkajian
Sirkulasi
  • Nadi apihal mungkin cepat atau tidak teratur

Neurosensori
  • Tubuh panjang, kurus, lemas dan perut agak gendut
  • Kepala relatif lebih besar dari pada badan
  • Sutura mungkin mudah digerakkan
  • Fontanel mungkin besar atau terbuka lebar
  • Edema kelopak mata umum terjadi
  • Mata mungkin merapat (tergantung pada usia gestasi)
  • Koordinasi reflek untuk mengisap, menelan dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32
  • Komponen pertama dari reflek moro (ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan) tampak pada gestasi minggu ke 28
Pernapasan
  • Apgar skore mungkin rendah
  • Pernapasan mungkin dangkal, tidak teratur
  • Mengorok, pernapasan cuping hidung
  • Berbagai derajat sianosis mungkin ada

Keamanan
  • Garis telapak tangan mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak tangan
  • Kuku mungkin pendek
  • Ekstremitas tampak udema
  • Lanugo terdistribusi secara luas di seluruh tubuh
  • Kulit kemerahan atau tembus pandang
  • Suhu berfluktasi dengan mudah
  • Pada wajah mungkin terdapat kaput suksedaneum

Makanan / cairan
  • Berat badan kurang dari 2500 gr

Seksualitas
  • Pada wanita: labio minora lebih besar dari labia mayora dengan klitoris menonjol
  • Pada pria: testis mungkin belum turun

  1. Diagnosa Keperawatan
    1. Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan
    2. Resiko tinggi terhadap ketidak efektifan termoregulasi yang berhubungan dengan stress dingin dengan mekanisme regulasi suhu imatur
    3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kehilangan air dan pergantian nutrisi tidak adekuat
    4. Resiko tinggi terhadap kerusakan sistem saraf pusat berhubungan dengan hipoksia jaringan
    5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kapasitas lambung kecil
    6. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d kulit tipis
(Doenges, Edisi 2 hal 836 tahun 1999)

  1. Rencana Keperawatan
DX I
Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas pusat pernapasan.

Tujuan:
Mempertahankan pola nafas periodik dengan kriteria: frekuensi pernapasan 30 – 40 x/i, HR: 140 x/i, membran mukosamerah mudah.

Intervensi:
  • Kaji frekuensi pernapasan
  • Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan
  • Posisi kepala dalam inkubator agak ditinggikan
  • Berikan oksigen sesuai indikasi

Rasionalisasi:
  • Membantu dan membedakan periode perputaran pernapasan normal
  • Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan nafas
  • Dapat menurunkan kejadian apnoe
  • Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan fungsi pernapasan

DX II
Resiko tinggi terhadap ketidak efektifan termoregulasi yang b/d stress dingin dan mekanisme regulasi suhu imatur.

Tujuan:
Bayi mempertahankan suhu normal dengan kriteria suhu 36,50C – 370C.

Intervensi:
  • Tempatkan bayi dalam inkubator
  • Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah
  • Pantau suhu bayi bila keluar dari inkubator
  • Perhatikan frekuensi dan jumlah masukan makanan

Rasionalisasi
  • Mempertahankan lingkungan termonetral, membantu mencegah stres dingin
  • Menurunkan kehilangan panas melalui evaporasi
  • Untuk mencegah stres dingin
  • Pemberian makanan buruk bisa terjadi pada bayi dengan ketidakstabilan suhu

DX III
Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kehilangan air dan pergantian nutrisi tidak adekuat.
Tujuan:
Bebas dari tanda-tanda dehidrasi dengan kriteria bayi menunjukkan penambahan berat badan 20 – 30 gr / hr, turgor kulit kembali dalam 2 detik.

Intervensi:
  • Evaluasi turgor kulit, membran mukosa
  • Pantau berat jenis urine setiap selesai berkemih
  • Dapatkan seri berat badan setiap hari dengan menggunakan skala sama dan pada waktu yang sama
  • Pantau tekanan darah

Rasionalisasi:
  • Kehilangan cairan yang minimal dapat dengan cepat menimbulkan dehidrasi terlihat oleh turgor kulit yang buruk, membran mucosa kering
  • Kadar lebih besar dari 1,013 menandakan ketidak cukupan masukan cairan dan dehidrasi
  • Ketidak adekuatan penambahan berat badan dapat dihubungkan dengan ketidak seimbangan air
  • Kehilangan 25% volume darah mengakibatkan syok

DX IV
Resiko tinggi terhadap kerusakan sistem saraf pusat b/d hipoksia jaringan.

Tujuan:
Mempertahankan homeostatis dengan kriteria bebas dari kejang dan tanda-tanda kerusakan ssp.

Intervensi:
  • Kaji upaya pernapasan
  • Ukur lingkar kepala sesuai indikasi
  • Berikan suplemen oksigen
  • Observasi adanya perilaku yang menandakan hipokalsemia, mis: kejang

Rasionalisasi:
  • Distres pernapasan dan hipoxia mempengaruhi fungsi serebral
  • Membantu mendeteksi kemungkinan hidrocepalus
  • Hipoksemia meningkatkan resiko kelemahan atau kerusakan ssp yang permanen
  • Hipokalsemia dapat menyebabkan apnoe dan kejang

DX V
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kapasitas lambung kecil.

Tujuan:
Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan BB dalam kurva normal dengan kriteria penambahan BB 20 – 30 gr / h.

Intervensi:
  • Kaji maturitas refleks berkenan dengan pemberian makan
  • Mulai pemberian makan sementara atau dengan menggunakan selang sesuai indikasi
  • Berikan ASI / PASI dengan perlahan-lahan selama 20 menit pada kecepatan 1 ml / mt

  • Catat pertumbuhan dengan membuat pengukuran BB tiap hari
  • Perhatikan adanya diare atau muntah

Rasionalisasi:
  • Menentukan metoda pemberian makan yang tepat untuk bayi
  • Memberikan makan melalui selang mungkin perlu untuk pemberian nutrisi yang adekuat pada bayi
  • Pemasukan makanan ke dalam lambung yang terlalu cepat dapat menyebabkan respon balik pada bayi
  • Pertumbuhan dan peningkatan BB adalah kriteria untuk kebutuhan kalori, untuk menentukan frekuensi pemberian makan
  • Menandakan kerusakan pada lambung

DX VI
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d kulit tipis.

Tujuan:
Mempertahankan kulit utuh.

Intervensi:
  • Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan atau tekanan
  • Berikan perawatan bibir dengan menggunakan salep

Rasionalisasi:
  • Mengidentifikasi area potensial kerusakan dermal
  • Membantu mencegah kekeringan dan pecah-pecah pada bibir
(Doengoes edisi 2 hal 363 tahun 1999)


BAB II
LAPORAN KASUS

  1. Identitas
Nama                                              :  By Sri Wahyuni
Jenis kelamin                                :  ♀
Tempat / tanggal lahir                  :  Medan, 3 – 1 – 2008
Usia                                                 :  10 hr
Nama ayah                                    :  Tn. R
Nama ibu                                        :  Ny. S
Pekerjaan ayah                             :  Pegawai swasta
Pekerjaan ibu                                :  IRT
Pendidikan ayah                           :  S1 Ekonomi
Pendidikan ibu                              :  D1 Komputer
Agama                                            :  Islam
Alamat                                             :  Jl. Datuk Kabu Psr II Denai
Tanggal masuk                              :  26 – 1 – 2008
No RM                                             :  34.32.14
Tanggal pengkajian                      :  4 – 2 – 2008

  1. Riwayat Kehamilan Ibu
    • Periksa hamil :  1 x 2 minggu
    • Imunisasi :  1 x
    • Penyakit yang diderita :  tidak ada

  • Riwayat Kelahiran
  • Dilahirkan di :  RS Malahayati
  • BB lahir :  1900 gr
  • PB lahir :  38 cm
  • Ditolong oleh :  Dr Spesialis Kebidanan
  • Cara bayi dilahirkan :  melalui sc dengan indikasi ketuban pecah dini
  • APGAR score :  bayi lahir tidak segera menangis dengan Apgar score 56:6
  • Kelainan bawaan :  -
  • Imunisasi yang didapat :  -

  1. Kedudukan Anak Dalam Keluarga
G:I             P:I       AB:O

  1. Kebutuhan Dasar
    1. Nutrisi
      1. Makanan: diet ASI + PASI
      2. Minuman
        • Jenis minuman: ASI + PASI
        • Banyak: 23 cc / 2 jam
      3. Makanan tambahan tidak ada

  1. Eliminasi
    1. BAB
  • Frekuensi :  1x / hari
  • Konsistensi :  lembek
  • Warna :  kuning
  • Baunya :  khas

  1. BAK
  • Frekuensi :  10 x / hari
  • Warna :  jernih
  • Jumlah :  -
    1. Istirahat tidur
  • Frekuensi tidur:
  • Jumlah jam tidur / hari: 20 jam
  • Gangguan tidur: haus, BAK, BAB
  • Tidur sendiri dalam inkubator

  1. Kebersihan diri
Bayi dilap 1x / hari yaitu pada pagi hari mengggunakan air hangat.

  1. Pemeriksaan Fisik
    1. Keadaan umum: sedikit lemas
Suhu: 36,80C
Nadi: 142 x/i
RR: 55 x/i

  1. Kepala
  • Bentuk kepala: lonjong
  • Lingkar kepala: 29 cm
  • Ubun-ubun besar: terbuka rata
  • Keadaan rambut: lebat
  • Warna rambut: hitam
           
  1. Mata
  • Tidak dijumpai adanya kelainan pada mata
  • Pupil sama antara kiri dan kanan, sklera putih tidak ikterus

  1. Hidung
Tidak dijumpai adanya kelainan pada hidung dan dalam keadaan bersih pada hidung terdapat secret tapi dalam batas normal.
  1. Mulut
Bentuk normal, tidak ada kelainan, bibir warna merah muda.

  1. Telinga
Letak telinga simetris, telinga tampak bersih, fungsi pendengaran sudah mulai berfungsi.

  1. Dada
    1. Bentuk penampilan
  • Gerakan pernafasan :  dangkal
  • Putting susu :  belum sempurna bentuknya
  • Lingkar dada :  22 cm

  1. Paru-paru
  • Jumlah pernafasan :  55 x/i
  • Irama : 
  • Kedalaman : 
  • Bunyi nafas :  vesikuler
  • Pernafasan cuping hidung : terkadang

  1. Jantung
  • Pembesaran : 
  • Bunyi : 
  • Frekuensi : 142 x/i
  • Irama :  -

  1. Abdomen
  • Bentuk : 
  • Pembesaran : 
  • Bising usus :  (+)

  1. Genetalia
  • Mabia mayora lebih besar dari labio minora
  • Lubang uretra: ada (+)
  • Lubang vagina: ada (+)

  1. Anus: (+)

  1. Ekstremitas
  • Bentuk: panjang
  • Pergerakan: aktif
  • Jumlah jari kaki dan tangan: 20 ruas
  • Warna kuku: merah

  1. Refleks-refleks
  • Moro:
  • Menghisap: (+) tapi sedikit lemah
  • Menelan: (+)
  • Rooling:

  1. Interaksi sosial
  • Respon ibu: ibu setiap hari mengunjungi anaknya
  • Respon ayah: ayah setiap hari mengunjunginya
  • Interaksi dengan keluarga lain / saudara sekandung: baik

  • Ringkasan Riwayat Keperawatan
  • Pasien masih dirawat di inkubator

ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Masalah
1
DS:
Ibunya mengatakan tidak mau mengisap ASInya

DO:
·         Bayi minum dengan melalui botol susu
·         BB: 1900 gr
·         Reflek mengisap ASI mash sedikit lemah
Usia dan berat badan ekstrem
Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2
DS:
Ibunya mengatakan bayi tidak tahan dikeluarkan dari inkubator

DO:
·         Suhu tubuh 36,80C
·         Lapisan lemak tipis, epidermis tipis, pembuluh darah dekat pada permukaan kulit
·         Bayi masih dirawat dalam inkubator
Pusat pengaturan suhu tubuh belum sempurna
Resiko tinggi terhadap penurunan suhu tubuh
3
DS: -

DO:
·         Pernafasan bayi 60 x/i
·         Sesak (+), retraksi (+)
·         Pemakaian alat bantu nafas (+)
Imaturitas pusat pernafasan
Pola nafas tidak efektif



DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas pusat pernafasan d/d pernafasan bayi 60 x/I, sesak (+), retraksi (+), pemakaian alat bantu nafas (+).
  2. Resiko tinggi terhadap penurunan suhu tubuh b/d pusat pengaturan suhu tubuh belum sempurna d/d suhu tubuh 36,80C, lapisan lemak tipis, epidermis tipis pembuluh darah dekat pada permukaan kulit, bayi masih dirawat di dalam inkubator.
  3. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d usia dan berat badan ekstrim d/d ibunya mengatakan tidak mau mengisap ASInya. Bayi minum melalui botol susu, BB: 1900 gr, reflek mengisap masih sedikit lemah.













RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama    :  By Sri Wahyuni                             Dx Medis       :
Umur     :                                                           Ruangan       :
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
DX I
Pola nafas kembali efektif dengan kriteria hasil RR: 30 – 40 x/I, sesak (-)
·     Tempatkan bayi pada posisi hiperekstensi
·     Monitor pernafasan bayi
·     Kolaborasi dengan pemberian O2
·     Dapat menurunkan kejadian apnoe
·     Membantu membedakan periode pernafasan normal
·     Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan fungsi pernafasan
2
DX II
Suhu tubuh tetap dalam keadaan normal dengan kriteria hasil suhu 36,50C – 370C, bebas dari stress dingin dan tanda-tanda hipotermi
·     Monitor vital sign
·     Letakkan bayi dalam inkubator dengan suhu 350C
·     Bungkus bayi bila di luar inkubator
·     Ganti pakaian bila basah
·     Dapat mengetahui fungsi fisiologis dari sistem tubuh yang vital sehingga memudahkan intervensi
·     Meletakkan bayi dalam inkubator dengan suhu tubuh bayi tetap normal
·     Membungkus bayi di luar inkubator diharapkan tubuh dalam keadaan hangat
·     Dengan mengganti pakaian bayi bila basah akan dapat menurunkan kehilangan panas
3
DX III
Mempertahan kan pertumbuhan dan peningkatan BB dalam kurva normal dengan kriteria peningkatan BB 20 – 30 gr / hr
Refleks mengisap kuat
·     Kaji maturitas reflek berkenaan dengan pemberian makan
·     Masukkan ASI / PASI dengan perlahan-lahan
·     Penuhi kebutuhan menghisap bayi dengan menggunakan botol susu
·     Catat pertumbuhan dan penimbangan BB setiap hari
·     Dapat menentukan metode pemberian makan yang tepat pada bayi
·     Pemasukan makanan ke dalam lambung terlalu cepat dapat menyebabkan respon baik dengan regurgitasi
·     Untuk menentukan kebutuhan kalori dan pertambahan BB / hari




CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN

Nama                                                             Dx Medis
Umur                                                              Ruangan
No
Tgl/Hr
Jam
DX
Implementasi
Evaluasi
1
5/2/08
Selasa
15.00
I
·   Mengatur posisi bayi pada posisi hiperektensi
·   Mengkaji pernapasan bayi RR: 55 x/I, sesak (+)
·   Memberikan O2 ½ lt/I melalui hidung
S: -

O:  RR: 55 x/I, sesak berkurang

A:  Masalah sebagian teratasi

P:  Intervensi dilanjutkan



II
·   Memonitor vital sign Temp: 36,50C, RR: 55 x/I, HR: 140 x/i
·   Meletakkan bayi dalam inkubator dengan suhu 350C
·   Mengganti popok bayi yang basah
S: -

O:  Suhu tubuh 36,50C

A:  Masalah teratasi

P:  Intervensi dilanjutkan



III
·   Menilai kesiapan bayi untuk menyusui
·   Memberikan susu / PASI sebanyak 20 cc
·   Menimbang BB 1900 gr
S:  -

O:  BB 1900 gr, bayi masih malas minum ASI nya

A:  Masalah belum teratasi

P:  Intervensi dilanjutkan

6/2/08

I
·   Mengatur posisi bayi, posisi hiper ektensi
·   Mengkaji pernapasan bayi RR: 54 x/I, sesak (-)
·   Memberikan O2 ½ liter /i
S:  -

O:  RR: 54 x/I, sesak (-)

A:  Masalah teratasi

P:  Intervnsi dilanjutkan



II
·   Monitor vital sign, Temp: 36,80C, RR: 54 x/I, HR: 150 x/i
·   Meletakkan bayi dalam inkubator
·   Mengganti popok bayi yang basah
S:  -

O:  Suhu 36,80C

A:  Masalah teratasi

P:  Intervensi dilanjutkan



III
·   Menilai kesiapan bayi menyusui
·   Memberikan susu / PASI: 20 cc
·   Menimbang BB, BB: 1900 gr
S:  -

O:  Bayi masih malas minum ASI

A:  Masalah belum teratasi

P:  Intervensi dilanjutkan


DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marilynn, Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran, 1999.
Juall Lynda, Diagnosa Keperawatan, Edisi VIII, Penerbit EGC, Jakarta.
Mochtar Rustam, Prof, Dr, Sinopsis Obstetri, Edisi II, Penerbit EGC, Jakarta, 1990.
Ilmu Kesehatan Anak III, Penerbit EGC, 1989.
Tucker Martin Susan, Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Penerbit Buku Kedokteran, 1992.

0 Response to "Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel