ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN PREMATUR
BAB I
LANDASAN
TEORITIS
A.KONSEP DASAR
1. Defenisi
Persalinan adalah suatu proses pergerakan keluar
janin,plasenta dan membaran dari rahim
melalui jalan lahir.(keperawatan maternitas, 2005 ;245).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat sshidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.(Kapita
selekta kedokteran,2001;291)
Persalinan prematur adalah persalinan saat kehamilan
28-36 minggu dengan berat janin antara 500-1000 gram.(kapita selekta
kedokteran,2001;291)
Persalinan prematur adalah seatu persalinan yang terjadi
sebelum usia kehamilan mencapai 37
minggu.(keperawatan maternitas,2005;245)
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi
setelah janin mencapai periode viabilitas atau sekitar 20 minggu gestasi tetapi
sebelum selesai minggu ke 37 (Marlyn E. Dungus, 2001 : 249).
Persalinan prematur adalah kelahiran bayi disaat
kehamilan kurang dari 259 hari yang di hitung dari hari terakhir haid ibu.
(Firmansyah 2006).
Menurut WHO, bayi prematur adalah
bayi hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid
terakhir).(WHO).
Bayi prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berumur
kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram adalah bayi premetur.
(Surasmi Asrini, hal. 31).
2. Etiologi
Penyebab persalinan prematur adalah :
1. Faktor ibu
o
Toksemia gravidarum yaitu : preeklamsi dan eklampsi
o
Kelainan bentuk uterus
o
Tumor (misalnya : mioma uteri, sistoma)
o
Ibu yang menderita penyakit : tipus abdominalis, penyakit
jantung, hipertensi, Diabetes Melitus
o
Trauma pada masa kehamilan
o
Usia ibu pada waktu hamil (20 tahun atau 35 tahun)
o
Plasenta adalah plasenta previa
2. Faktor janin
o
Kehamilan ganda
o
Ketuban pecah dini
o
Cacat bawaan
o
Insufisiensi plasenta
3. Faktor plasenta
o
Plasenta previa
o
Sulusio plasenta
3. Patofisiologi
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur. Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin, menyebabkan kelahira yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang menyebabkan resiko cidera pada janin.Sedangkan padaibu, resiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkanansietasdan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah, aliran darah ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan intoleransi aktifitas yang menimbulkan kontraksi uterus, sehingga menyebabkan persalinan prematur. Akibat dari persalinan prematur berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin, menyebabkan kelahira yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang menyebabkan resiko cidera pada janin.Sedangkan padaibu, resiko tinggi pada kesehatan yang menyebabkanansietasdan kurangnya informasi tentang kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga kesehatan saat kehamilan.
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari persalina prematur adalah :
Ø Umur
kehamilan sama atau kurang dari 37 minggu
Ø Berat
badan kurang dari 2500 gram
Ø Panjang
badan ≤ 46 cm
Ø Kuku
panjangnya belum melewati ujung jari
Ø Batas
dahi dan rambut kepala tidak jelas
Ø Lingkar
kepala ≤ 33 cm
Ø Lingkar
dada ≤ 30 cm
Ø Rambut
lanugo masih banyak
Ø Jaringan
lemak subkutis tipis atau kurang
Ø Tulang
rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
Ø Tumit
mengkilat, telapak kaki halus
Ø Alat
kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang
Ø Testis
belum turun kedalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia
minor belum tertutup oleh labia mayor
Ø Fungsi
saraf yang kurang matang mengakibatkan refleks isap, menelan dan batuk masih
lemah atau tidak efektif dan fungsinya lemah
( Surasmi Asrining, dkk, 2003 : 32-33)
5.
Komplikasi
Adapun
komplikasi dari persalinan prematur adalah:
·
Pendarahan plasenta dengan pembentukan prostaglandin dan
mungkin induksi stress.
·
Janin mati, kelainan konsepsi atau kelainan kongenital
·
KPD, infeksi lain, bakteriuri, kolonisasi genital
(infeksi akan membentuk sitokin dan pelepasan lemak bioaktif yang nantinya
membentuk prostaglandin)
·
Plasentasi
yang kurang baik
·
Distensi uterus (hidramnion dan gamelli) oligohidramnion
·
Riwayat pernah melahirkan prematur atau keguguran
·
Kelainan serviks yang inkompeten atau yang pendek
·
Penyakit
ibu yang berat
·
Kurang
gizi mengakibatkan anemia, kekurangan Zn, dan asam folat
·
Penambahan berat yang kurang saat hamil
·
Anomali
uterus atau fibroid
6. Pemeriksaan Diagnostik
v USG :
pengkajian gestasi (berat badan janin 500 - 2499 gram)
v Test
nitrazin : menetukan KPD
v Jumlah
leukosit : peningkatan menandakan adanya infeksi
v Urinalisis
dan kultur : mengesampikan ISK
v Kultur
vaginal, reagent plasma cepat (RPC) : mengidentifikasi infeksi
v Amnion
sentesis : rasiolestin terhadap spingomielin (L/S) mengidentifikasi fosfat
tigliseron (P6) untuk maturitas paru ajnin atau infeksi amniotic
v Pemantauan
elektronik : memfalidasi aktivitas uterus/status janin
(Syaifuddin,
Abdul Bari, 2002)
7. Penatalaksanaan Medis
Penanganan untuk menghentikan persalinan prematur atau
terapi inhibisi merupakan indikasi bila :
1)
Selaput ketuban utuh
2)
Tidak terdapat kontra indikasi janin maupun maternal
3)
Berat janin 500 – 2499 gram
4)
Paru dan janin immaturre
5)
Kemajuan dilatasi serviks dan intabilitas uterus
v Terapi
ini meliputi tirah baring dengan posisi kiri lateral. Pemberian sedatif hidran
dan pemberian obat-obatan tukolitik seperti : terbulatin dan rutrodin dan
magnesium sulfat
v Ibu dan
janin dimonitor dengan ketat kerena obat-obatan tersebut dapat menyebabkan
palpitsi, takikardi, dispnoe, tremor, sakit kepala, edema pulmonal
v Bila
bersalin tidak dapat diselamatkan, lakukan persiapan untuk kelahiran
v Pemberian
glukokortikoid meningkat maturitas membran paru preterm.
8. Pencegahan Kejadian Persalinan Prematur atau
PBLR
Secara luas perlu dilakukan upaya menurunkan kejadian
persalinan preterm atau BBLR ( Hamilton Mary Persis, 1995 : 181) :
a.
Pendidikan masyarakat meliputi : media yang ada tentang
bahaya dan kerugian kelahiran pretterm atau BBLR.
-
Masyarakat diharapkan dapat menghindari faktor resiko
adalah menjarangkan kelahiran 2 atau 3 tahun.
-
menunda kehamilan
yang kurang 20 tahun dan diatas 35 tahun.
b.
Mengusahakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan
antenatal yang baik
c.
Mengusahakan makan lebih banyak pada masa hamil agar
menghindarkan kekurangan gizi dan anemia, menghindarkan kerja berat selama
hamil.
(Hamilton Mary
Persis, 1995 ; 181)
BAB
II
ASUHAN
KEPERAWATAN
B.
Pengkajian
Adapun pengkajian pada persalinan prematur
adalah:
I.Pengkajian
dasar data klien
·
Identitas
ego
Perasaan kegagalan pada kejadian hidup, ekspresi malu / rasa malu, ekspresi
/ manifestasi dari ansietas dan / atau takut
·
Nyeri
/ ketidaknyamanan
Tidak ada nyeri
·
Keamanan
Dapat terlihat
pada pecah ketuban selama trimester ke II
·
Seksualitas
Riwayat
berulang, relatif tanpa rasa sakit, berdarah, kehilangan janin, trimester ke II
(aborsi habitual)
Pemendekan, penonjolan dan dilatasi prematur dari serviks selama kehamilan.
Trauma servikal dihubungkan dengan kelahiran sebelumnya dengan dilatasi dan
kuretase, konisasi kauterisasi atau laserasi servikal.
Pemeriksaan vagina steril menunjukkan dilatasi, penonjolan serviks
Membran mungkin terasa atau terlihat menonjol melewati tulang servikal.
·
Interaksi
sosial
Memikirkan
tentang respon orang lain.
·
Penyuluhan
/ pembelajaran
Melaporkan kejadian sebelumnya dari aborsi spontan
·
Pemeriksaan
diagnostik
Diagnosis
biasanya dibuat berdasarkan riwayat aborsi trimester kedua berulang sesuai
ultra sonografi. Mulai pada gestasi 6 – 8 dapat mendeteksi pemendekan –
servikal dan dilatasi prematur serta membantu mediagnosis khususnya pada wanita
tanpa riwayat jelas disfungsi servikal. Tes ferm dan / atau nitrazin mendeteksi
adanya cairan amnion, menandakan pecah ketuban.
II.
Diagnosa
Keperawatan
I.
Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan persalinan
disfungsional
II.
Koping tidak efektif yang berhubungan dengan persalinan
yang lama, nyeri dan keletihan
III.
Ansietas yang berhubungan dengan tidak adanya kemajuan,
perasaan gagal dan kebutuhan akan induksi persalinan
IV.
Nyeri yang berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus
V.
Resiko tinggi cedera janin yang berhubungan dengan
hipoksia
(Bobak, Laudermik Jensen, hal 814, 1996)
DX I
Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan persalinan disfungsional
Tujuan: Mempertahankan kehamilan sedikitnya sampai kondisi yang menunjukkan
matutitas bayi.
Hasil yang diharapkan:
Pola persalinan akan adekuat untuk menghasilkan dilatasi dan kelahiran akan
dicapai tanpa komplikasi maternal.
Intervensi:
·
Kaji
frekuensi kontraksi uterus
·
Dorong klien melakukan ambulasi atau mengubah posisi
·
Anjurkan
pasien berkemih setiap 1 sampai 2 jam
·
Pantau kemajuan dilatasi serviks dan pendataran
·
Beri
oksitoksin sesuai program
·
Pantau
masukan dan haluaran
·
Kaji
adanya dehidrasi
Rasionalisasi:
·
Dengan
secara dini mengenal pola disfungsi persalinan,
·
komplikasi dapat
dicegah,
·
kegiatan akan menstimulasi aktivitas uterus dan pola
persalinan yang normal
·
untuk mengetahui perkembangan kehamilan
·
untuk memperkuat His
·
untuk mengantisipasi tenaga ibu
·
mempertahankan kondisi seara normal
DX II
Koping tidak
efektif yang berhubungan dengan persalinan yang lama, nyeri dan keletihan.
Tujuan:
Mendukung pasien dalam mempertahankan kopingnya.
Hasil yang
diharapkan:
Tekhnik koping
yang efektif akan diidentifikasikan dan digunakan oleh pasien.
Intervensi:
·
Anjurkan
relaksasi dan perubahan posisi
·
Beri informasi faktual tentang apa yang terjadi
·
Tawarkan tindakan untuk mengupayakan kenyamanan seperti
masase dan penggunaan selimut hangat
·
Beri
informasi tentang kenyataan nyeri
Rasionalisasi:
·
Relaksasi
dan penurunan tingkat kecemasan memfasilitasi koping yang positif terhadap
situasi tersebut
·
Pemberian informasi dan dukungan dapat meningkatkan
koping
·
Agar pasien
·
Agar pasien siap mental dalam proses persalinan.
DX III
Ansietas yang
berhubungan dengan tidak adanya kemajuan, perasaan gagal dan kebutuhan akan
induksi persalinan
Tujuan:
Menugkapkan pemahaman situasi individu dan kemungkinan hasil akhir.
Hasil yang
diharapkan:
Rasa cemas akan
berkurang atau diatasi pasien akan mengungkapkan perasaan rapuh dan
berpartisipasi dalam kemajuan pengambilan keputusan.
Intervensi:
·
Beri
dorongan, tetap menginformasikan kemajuan
·
Beri
informasi tentang prosedur
·
Dorong
klien untuk mengungkapkan perasaannya
·
Beri
pilihan perawatan bila memungkinkan
·
Dengarkan
komentar pasien yang mungkin menunjukkan kehilangan harga diri
Rasionalisasi:
·
Tindakan
menenangkan dan memberi iformasi dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan
pemahaman.
·
Hal ini bisa
meningkatkan perasaan pasien dalam mengontrol situasi
·
Membantu menurunkan ansietas dan merangsang identifikasi
perilaku koping
·
Membantu pasien dalam mempertahankan koping
DX IV
Nyeri yang berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus.
Tujuan: agar nyeri berkurang dan terkontrol
Hasil yang diharapkan:
Nyeri klien akan diatasi atau ditangani dengan efektif.
Intervensi:
·
Anjurkan
klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi
·
Tinjau
kembali tekhnik pernafasan
·
Anjurkan
perubahan posisi
·
Lakukan
tindakan untuk mengupayakan kenyamanan
·
Upayakan
lingkungan yang tenang
·
Beri
obat nyeri sesuai program
Rasionalisa
- Membantu pasien lebih nyaman dan nyeri hilang
- Untuk mengetahui perkembangan daya tahan paisien
- Membantu pasien menghilangkan nyeri dan rasa nyaman
- Membantu pasien mengontrol rasa nyeri
- Untuk menciptakan rasa nyaman
DX V
Resiko tinggi
cedera janin yang berhubungan dengan hipoksia.
Tujuan:Agar cedera tidak terjadi.
Hasil yang
diharapkan:
Status janin
yang meragukan tidak akan terjadi atau akan diatasi dan bayi akan lahir dengan
selamat.
Intervensi:
·
Kaji
reaksi denyut jantung janin (DJJ) terhadap kontraksi untuk mendeteksi
deselerasi atau bradikardia
·
Jika
status janin meragukan, atur posisi pasien miring ke samping, menghentikan
pemberian oksitoksin, meningkatkan iv rumatan, mulai memberi oksigen dan
memberi tahu dokter
·
Awasi
perubahan tanda-tanda vital
·
Perhatikan
tempat bayi
Rasionalisasi:
·
Pengkajian akan menentukan kesejahteraan janin, hipoksia
dicegah atau diatasi
akan lebih baik jika di berikan sumber untuk intervensi yang terkait
ReplyDelete