ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LUKA BAKAR
BAB
I
KONSEP
DASAR
1. Defenisi
Luka bakar adalah kelainan kulit
yang disebabkan oleh agens ternal,
kimia, listrik atau radioaktif.
(Donna
L. Wong, 2003, hal 682)
Luka bakar adalah luka yang
disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi,
juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost bite).
(Arief Mansjoer, 2000, hal 365)
Kriteria keparahan luka bakar:
1) Luka bakar
minor
Ø Luka
bakar ketebalan parsial dengan luas kurang dari 10% area permukaan tubuh (body
surfase area / BSA)
Ø Luka
bakar ketebalan penuh dengan luas kurang dari 2% BSA
2) Luka bakar
sedang
Ø Luka
bakar ketebalan parsial 15% sampai 25% BSA
Ø Luka
bakar ketebalan penuh kurang dari 10% BSA, kecuali pada anak kecil dan bila
luka bakar mengenai area kritis, seperti wajah, tangan, kaki, genetik.
3) Luka bakar
mayor atau kritis
Ø Luka
bakar yang terkomplikasi dengan cedera saluran pernapasan
Ø Luka
bakar ketebalan parsial 25% BSA atau lebih
Ø Luka
bakar wajah, tangan, kaki atau genetalia meskipun luka bakar tersebut tampak
seperti luka bakar ketebalan persial
Ø Luka
bakar ketebalan penuh 10% BSA atau lebih terjadi pada anak yang berusia kurang
dari 2 tahun kecuali luka bakar tersebut sangat kecil dan sangat superficial
(luka bakar dengan luas 20% BSA atau lebih dianggap kritis pada anak-anak yang
berusia kurang dari 2 tahun)
Ø Luka bakar listrik yang
menembus
Ø Luka bakar kimia dalam
Ø Kerusakan saluran
pernafasan
Ø Luka bakar yang
terkomplikasi
Ø Luka
bakar yang terkomplikasi dengan penyakit seperti kegemukan, diabetes, epilepsy,
serta penyakit jantung dan ginjal
2. Anatomi
Fisiologi
Kulit menutupi dan melindungi
permukaan tubuh dan bersambung dengan selaput lendir yang melapisi
rongga-rongga dan lubang masuk.
Kulit dibagi
menjadi dua lapisan:
1)
Epidermis
Tersusun
atas epithelium berlapis dan terdiri atas sejumlah lapisan sel yang tersusun
atas dua lapisan yang jelas tampak: selapis lapisan tanduk dan selapis zona
germinalis.
Lapisan tanduk terletak paling luar dan tersusun atas
tiga lapisan sel yang membentuk epidermis:
Ø Stratum
korneum: selnya tipis, datar, seperti sisik dan terus-menerus dilepaskan
Ø Stratum
lusidum: selnya mempunyai batas tegas tetapi tidak ada intinya
Ø Stratum
granulosum: selapis sel yang tampak berisi inti dan juga granulosum
2)
Korium
atau dermis
Tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang
elastic pada permukaan dermis tersusun popil - popil kecil yang berisi ranting
- ranting pembuluh darah.
Secara fisiologis fungsi kulit ada 4:
1)
Kulit
sebagai organ pengatur panas
Kulit adalah organ utama yang berurutan dengan pelepasan
panas dari tubuh. Banyak panas juga hilang melalui paru-paru dan sebagian kecil
melalui feses dan urine.
2)
Kulit
sebagai indra peraba
Di dalam kulit terdapat tempat-tempat tertentu, yaitu tempat perabaan:
beberapa sensitive (peka) terhadap dingin, beberapa terhadap panas dan lain
lagi terhadap sakit.
3)
Kulit
sebagai tempat penyimpanan
Kulit dan jaringan di bawahnya bekerja sebagai tempat penyimpanan air.
Jaringan adiposa di bawah kulit merupakan tempat penyimpanan lemak yang utama pada
tubuh.
4)
Kulit
sebagai perlindungan
3. Etiologi
Ø Thermal: air panas, api,
panas permukaan
Ø Kimia: asam, alkali dan
lainnya
Ø Radiasi:
terapi dan sinar ultra violet
Ø Elektrik
(Arief
Mansjoer, hal 365, 2000)
4. Patofisiologi
Cedera termis menyebabkan gangguan
keseimbangan cairan elektrolit sampai syok, yang dapat menimbulkan asidosis,
nekrosis tubular akut dan disfungsi serebral. Kondisi-kondisi ini dapat
dijumpai pada fase awal / akut / syok yang biasanya berlangsung sampai 72 jam
pertama dengan kehilangan kulit yang memiliki fungsi sebagai barier (sawor),
luka sangat mudah terinfeksi. Selain itu dengan kehilangan kulit-kulit luas,
terjadi penguapan cairan tubuh yang berlebihan. Penguapan cairan ini disertai
pengeluaran protein dan energi, sehingga terjadi gangguan metabolisme.
Jaringan
nekrosis yang ada melepas toksik (burn toxic, suatu lipid protein kompleks)
yang dapat menimbulkan sisi bahkan sepsis yang menyebabkan disfungsi dan
kegagalan fungsi organ-organ tubuh seperti hepar dan paru-paru (ARDS) yang berakhir
dengan kematian.
Reaksi
inflamasi yang berkepanjangan akibat luka bakar menyebabkan kerapuhan jaringan
dan struktur-struktur fungsional. Kondisi ini menyebabkan timbulnya parut yang
tidak beraturan (hi pertrofik), kontraktur, deformitas sendi dan sebagainya.
5. Manifestasi
Klinis
Respon lokal
terhadap luka bakar tergantung pada dalamnya kerusakan kulit:
Ø Luka bakar derajat satu
Epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan sebagian dermis turut cedera.
Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak merah dan kering seperti luka bakar
matahari atau mengalami lepuh stulloe
Ø Luka bakar serajat dua
Meliputi destruksi epidermis serta lapisan atau epidermis
dan cedera pada bagian dermis yang lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri,
tampak merah dan mengalami eksudasi cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar
diikuti oleh pengisian kembali kapiler: folikel rambut masih utuh.
Ø Luka bakar derajat tiga
Meliputi destruksi total epidermis serta dermis dan pada
sebagian kasus, jaringan yang berada di bawahnya. Warna luka bakar sangat
bervariasi mulai dari warna putih hingga merah, coklat atau hitam. Daerah yang
terbakar tidak terasa nyeri karena serabut-serabut syarafnya hancur. Luka bakar
tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar keringat turut
hancur.
(Brunner
and Suddart, hal 1916, 2001)
6. Komplikasi
Ada dua jenis
komplikasi yang dapat terjadi:
a.
Pada fase darurat / resusitasi luka bakar
Ø Gagal respirasi yang akut
Ø Syok artikulasi
Ø GGA
Ø Ileus paralitik
Ø Ulkus curing
b.
Pada
fase akut luka bakar
Ø Gagal jantung kongestif
atau edema pulmoner
Ø Sepsis
Ø Gagal nafas akut
Ø ARDS
Ø Kerusakan visceral
(Brunner
and Suddarth, hal 1925 dan 1943, 2001)
7. Pemeriksaan
Diagnostik
Ø Hitung
darah lengkap: peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan
dengan perpindahan / kehilangan cairan. Selanjutnya menurunkan Ht dan SDM dapat
terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap endothelium pembuluh
darah
Ø SDP:
leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka dan
respons inflamasi terhadap cedera
Ø GDA:
dasar penting untuk keunggulan cedera
inhalasi. Penurunan PaO2 / peningkatan PaCO2 mungkin terlihat pada retensi
karbon monoksida. Asidosis dapat terjadi sehubungan dengan penurunan fungsi
ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi pernapasan
Ø COH bg (karbon
hemoglobin): peningkatan kadar lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon
monoksida / cedera inhalasi
Ø Elektrolit
serum: kalsium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan /
kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal; hipokaloma dapat terjadi bila mulai
diuresis; magnesium mungkin menurun. Natrium pada awal mungkin menurun pada
kehilangan air; hiponatremia dapat terjadi selanjutnya saat terjadi konservasi
ginjal
Ø Natrium
urine random: lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan resusitasi
cairan; kurang dari 10 mEq/L menduga ketidak adekuatan resusitasi cairan
Ø Glukosa
serum: peninggalan menunjukkan respons stress
Ø Albumin
serum: rasio albumin / globulin mungkin terbaik sehubungan dengan kehilangan
protein pada edema cairan
Ø FKG:
tanda iskemia miokardiol / disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik
Ø Fotografi
luka bakar: memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya
(Marilynn
E. Doenges, hal 807, 1999)
8. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan luka bakar adalah
penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi mengurangi rasa sakit,
pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya, dan
pembatasan pembentukan jaringan parut.
Pada saat
kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan korban dari sumber
utama. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air. Pada trauma bahan
kimia, siram kulit dengan air mengalir. Proses koagulasi protein sel di
jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus waau api sudah dipadamkan,
sehingga destruksi tetap meluas. Proses tersebut dihentikan dengan mendinginkan
daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh
karena itu, merendam bagian yang terbakar selama 15 menit pertama sangat
bermanfaat. Tindakan ini tidak dianjurkan pada luka bakar lebih dari 10% karena
akan terjadi hipotermia yang menyebabkan cardias arrest.
Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut:
1)
Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan napas,
pernafasan dan sirkulasi yaitu:
Ø Periksa jalan napas
Ø Bila
dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas dengan pembersihan jalan nafas
(suction) bila perlu lakukan trake ostomi / indukasi
Ø Berikan O2
Ø Pasang iv
line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok
Ø Pasang
kateter buil-buil untuk pemantauan diuresis
Ø Pasang
pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik
Ø Pasang
pemantau tekanan vena sentral (central venous pressure / CVP) untuk pemantauan
sirkulasi darah, pada luka bakar ekstensif (> 40%)
2)
Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara
sistematis untuk menentukan adanya cederinhalasi. Luas dan derajat luka bakar.
Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi dapat
ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat dua atau tiga
dengan luas > 25%, atau pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan
bila masukan oral dapat menggantikan parenteral. Dua cara yang lazim digunakan
untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar yaitu:
a.
Cara Evans, untuk menghitung kebutuhan cairan pada hari
pertama hitunglah:
Ø Berat
badan (kg) x % luka bakar x 1 cc NaCl (1)
Ø Berat
badan (kg) x % luka bakar x 1 cc larutan koloid (2)
Ø 2000 cc glukosa 5% (3)
Separoh dari jumlah (1), (2), (3), diberikan dalam 8 jam
pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian cairan lakukan perhitungan
diuresis.
b.
Cara
Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah
kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus = % luka bakar x BB
(kg) x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit
yaitu ringer laktat karena terjadi hiponatremia. Untuk hari kedua diberikan
setengah dari jumlah pemberian hari pertama.
3)
Berikan
analgesik
4)
Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil.
Pencucian luka dilakukan dengan melakukan debridement dan memandikan pasien
menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung larutan antiseptic. Antiseptik local yang dapat
dipakau yaitu betadine atau nitras argent 95%
5)
Berikan antibiotic topical pasca pencucian luka dengan
tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka
6)
Balut luka dengan menggunakan kassa gulung dan steril
7)
Berikan serum anti tetanus / toksoid yaitu ATS 3000 unit
pada orang dewasa dan separuh pada anak-anak
(Arief
Mansjoer, hal 368 – 369, 2000)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian awal
a.
Kaji
status pernapasan
b.
Kaji
luas cedera luka bakar
c.
Kaji
kedalaman cedera luka bakar
Ø Luka
bakar superficial (derajat pertama) di epidermis
·
Permukaan
merah kering
·
Pucat jika ditekan dan kembali normal jika tekanan dilepas
·
Nyeri
Ø Luka
bakar ketebalan penuh (derajat ketiga)
·
Liat
kasar
·
Permukaan
kusam, kering
·
Cokelat, cokelat kemerahan, merah atau hitam
·
Tidak
pucat jika ditekan
·
Nyeri bervariasi, sering kali nyeri hebat
d.
Kaji adanya bukti-bukti cedera penyerta
Ø Periksa
mata untuk mengetahui ada tidaknya cedera atau iritasi
Ø Periksa
nasafaring untuk mengetahui ada tidaknya oedema atau kemerahan
Ø Periksa adanya rambut
hangus termasuk rambut hidung
e.
Kaji adanya cedera lain (mis: memar, fraktur, cedera
internal)
Ø Observasi
adanya bukti-bukti distress pernapasan
Ø Kaji kebutuhan terhadap
obat nyeri
Ø Timbang BB
anak pada saat masuk rumah sakit (ukur tanda-tanda vital)
Ø Kaji tingkat kesadaran
Ø Dapatkan riwayat yang
berkaitan cedera luka bakar terutama waktu cedera, sifat agens penyebab kebakaran,
durasi kontak, apakah cedera terjadi di area tertutup obat yang diberikan
Ø Dapatkan
riwayat yang berkaitan dengan kondisi sebelum terbakar, berat badan, penyakit
yang ada sebelumnya, adanya alergi, imunisasi tetanus.
Ø Bahan
dalam prosedur diagnostik dan pengujian, mis: jumlah darah, urinalisis kultur
luka bakar, hemotokrif
Pengkajian
terus-menerus:
Ø Pantau
tanda-tanda vital, (tekanan darah, Polsi RR, ukur masukan dan haluaran)
Ø Pantau
infuse intravena, observasi adanya bukti-bukti hidrasi berlebihan
Ø Kaji
sirkulasi pada area perifer dari luka bakar
Ø Kaji
adanya bukti pemulihan, stabilitasi penutup sementara / graft kulit, infeksi
Ø Observasi
adanya bukti komplikasi pneumoni, sepsis luka, ukur curing disfungsi sistem
syaraf hipertensi.
2. Diagnosa
Keperawatan
a.
Defisit
cairan elektrolit
b.
Gangguan
pertukaran gas E, A
c.
Infeksi bersihan jalan nafas E – A
d.
Perubahan
perfungsi jaringan perifer
e.
Hipotermia
E – A
f.
Resiko
terhadap infeksi
g.
Kerusakan
mobilitas fisik
3. Perencanaan
Dan Implementasi
Dx
I
Defisit cairan yang b/d peningkatan kebocoran kapiler dan
perpindahan banyak dari nitra vaskuler intertisial E.
Tujuan:
Pemulihan cairan optimal dan keseimbangan elektrolit
serta perfusi organ vital.
Kriteria
hasil:
Ø Tanda
vital px dalam batas normal
Ø Tidak terjadi stomosis
Ø Px tenang dan tidak gelisah
Ø Produksi urin > 30 ml/i
Intervensi:
Ø Pantau data vital dengan
setiap 2 jam
Ø Dapatkan
BB px saat masuk, timbang px setiap hari
Ø Pantau
dan catat masukan dan keluaran cairan
Dx II
Gangguan resistensi cairan yang adekuat keseimbangan cairan
diperkirakan tercapai dalam 24 – 36 jam
Tujuan:
Pemeliharaan
O2 yang adekuat.
Kriteria
hasil:
Ø Frekuensi
nafas dalam batas normal 12 - 18 x/i
Ø Hasil
pemeriksaan analisis gas darah dalam batas normal
Ø Tidak terjadi sianosis
Intervensi:
Ø Kaji terhadap sters (gawat)
napas
Ø Pantau
AGN, kadar karbo ka hemoglobin
Ø Berikan
terapi O2 sesuai pesanan / instruksi dokter
Ø Baringkan
px dalam posisi semi fowler bila mungkin
Dx III
Infektif bersihan jalan nafas yang ederma trakea,
pelepasan
Tujuan:
Mempertahankan posisi jalan nafas dan bersihan jalan
nafas adekuat.
Kriteria
hasil:
Ø Frekuensi
hasil nafas px dalam baris normal
Ø Jalan nafas px tahap paten
Intervensi:
Ø Pertahankan
potensi jalan nafas melalui pengaturan posisi px yang tepat penghisapan sekresi
Ø Berikan O2 dengan humnifer
Ø Periksa situasi O2
Ø Lakukan regulisasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Biodata
a.
Identitas
pasien
Nama : Tn. H
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Tapsel
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Status perkawinan : Kawin
Suku / bangsa : Mandailing / Indonesia
Tanggal masuk : 23 November 2007
Ruangan : RB2
No registrasi : 23 – 98 – 30
Dx medis :
b.
Identitas
penanggung jawab
Nama : Ny. D
Umur : 55 tahun
Jenis
kelamin : Perempuan
Alamat : Tapsel
Hubungan : Orang tua
2. Data
fisiologis dan biologis
a.
Riwayat
kesehatan masa lalu
Px
belum pernah dirawat di rumah sakit, tidak mempunyai riwayat penyakit jantung,
ginjal, paru-paru maupun DM. Alergi terhadap obat-obatan dan makanan tidak ada. Px
sudah mendapat suntikan ATS.
b.
Riwayat
kesehatan keluarga
Kedua orang tua
px hidup dan saat ini dalam keadaan sehat, dalam keluarga tidak ada menderita
penyakit jantung, paru-paru, ginjal maupun DM.
c.
Riwayat
kesehatan sekarang
Px masuk
ruangan sejak 23 Juni 2007 yang lalu dengan diagnosa scoid burn injury II A,
grode 50% akibat siraman cuka, raksa dan juga air panas di rumahnya di daerah
luka yaitu bagian muka, tangan melepuh dan terdapat baik yang berisi cairan
berwarna kuning di permukaan kulit yang terbakar.
d.
Pola
kebiasaan sehari-hari
Ø Pola makan
Px mengatakan sejak di RS setiap hari makan 2x sehari dengan porsi 1 piring
makanan, minum sebanyak 10 gelas / hari.
Ø Pola tidur
Sebelum masuk
RS px tidur siang 1 jam sehari dan tidur malam 6 – 7 jam sehari kesulitan pada
waktu tidur malam tidak ada sesudah masuk RS px tidak pernah tidur siang karena
situasi ruangan ribut dan tidur malam sekitar 6 jam
Ø Pola eliminasi
Sebelum masuk RS px bisa buang air besar, buang air kecil tidak ada keluhan
dengan frekuensi BAK: 7 – 8 x sehari dan BAB 1 x sehari.
Setelah masuk RS px buang air besar harus dibantu oleh keluarga dan buang
air kecil sekitar 6 – 7 x / hari.
Ø Personal hygiene
Selama di rumah
px mandi 2x sehari, menggosok gigi 2x sehari dengan menggunakan odol, cuci
rambut 1 x seminggu dan selalu menggati setiap pakaian yang kotor, setelah
berada di RS px tidak perah mandi.
e.
Pemeriksaan
head to toe
Ø Kepala
Kepala seluruhnya kena luka bakar dengan derajat 9%
Ø Mata
Mata tidak terlihat lagi akibat terkena luka bakar
Ø Hidung
Hidung px terlihat hanya bisa untuk bernafas
Ø Telinga
Telinga px hanya tersisa ½ daun telinga akibat terkena luka bakar
Ø Mulut
Tidak ada kelainan rongga mulut agak kotor, agak berbau tidak ada sariawan,
tidak ada masalah dalam mengunyah dan dapat membedakan rasa makanan
Ø Leher
Leher terkena luka bakar depan dan belakang
Ø Dada / pernafasan
Bentuk dan
gerakan dada simetris
Ø Abdomen
Abdomen dalam
bentuk normal
Ø Cardiovasculer
Denyut nadi 120 x/menit, irama denyut reguler, suara nyaring terdengar loop
doop dan frekuensi jantung berbunyi reguler
Ø Genetalis
Daerah
genetalia tidak terdapat kelainan apapun
Ø Ekstremitas
Ekstremitas atas bagian kiri dan kanan terkena luka bakar ± 18% dan
ekstremitas bagian bawah terlihat baik
Ø Kebiasaan sehari-hari
Sebelum masuk
rumah sakit pola makan px 3x sehari secara teratur dengan jenis makanan nasi
lauk pauk sayuran di rumah px makan dengan lahap sesudah masuk RS px makan 2x
sehari dengan jenis makanan biasa, px kurang selera makan.
f.
Pemeriksaan
fisik
Keadaan umum
Kesadaran:
sersonium / baik
Ø Tanda vital / TD : 130
/ 80 mmHg
Ø Pols : 84
x/i
Ø RR : 24
x/i
Ø Temp : 370C
Penampilan px tampak lemah, gelisah dan wajah kelihatan
tegang.
B. Analisa
Data
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1
|
DS:
Px mengatakan
nyeri di daerah luka dan menyebar seluruh tubuh
DO:
Px menunjukkan ekspresi
wajah kesakitan
|
Terganggunya
ujung syaraf sensorik yang terdapat pada daerah luka
|
Gangguan rasa nyaman
nyeri
|
2
|
DS: -
DO:
Luka yang
tampak kemerahan
|
Rusaknya lapisan kulit
|
Resiko terjadinya infeksi
|
3
|
DS:
Px mengatakan
kurangnya nafsu makan
DO:
Px terlihat lemah dan BB berkurang
|
Proses penyakit
|
Gangguan pemenuhan
nutrisi
|
4
|
DS:
Px mengatakan
adanya rasa kelelahan
DO:
Px mendapat
program pengobatan untuk tirah baring
|
Gangguan neuro
muskular trapi pembatasan immobilitasi tungkai
|
Kerusakan mobilitas fisik
|
5
|
DS: -
DO:
Luka yang masih
basah dan mengeluarkan air
|
Risaknya lapisan kulit
|
Resiko terjadinya
kekurangan volume cairan
|
C. Diagnosa
Keperawatan
1.
Gangguan
rasa nyaman nyeri b/d terganggunya ujung saraf sensorik yang terdapat pada
daerah kulit yang rusak d/d px meringis kesakitan
2.
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d
rusaknya lapisan kulit akibat luka d/d luka yang masih basah dan mengeluarkan
air
3.
Resiko tinggi terjadinya infeksi b/d rusaknya lapisan
kulit d/d luka yang tampak kemerahan
4.
Gangguan pemenuhan nutrisi b/d proses penyakit d/d px
terlihat lemah dan berat badan berkurang
5.
Kerusakan mobilitas fisik b/d gangguan neuro muskular,
terapi pembatasan immubilitas tungkai
D. Rencana
Asuhan Keperawatan
Dx
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
I
|
Mengurangi rasa nyeri
|
Ø Mengkaji lokasi
intensitas penyebaran nyeri
Ø Melatih
px untuk melakukan nafas dalam
Ø Memberikan
tempat tidur ayunan sesuai indikasi
|
Ø Untuk
mengkaji intervesi yang akan dilakukan
Ø Dengan
melakukan nafas dalam diharapkan nyeri dapat berkurang
Ø Peninggian
linen dari luka membantu menurunkan rasa nyeri
|
II
|
Peningkatan berat badan
|
Ø Beri
makan dan makanan kecil sedikit dan sering
Ø Mengawasi
massa otot / lemak sub kutan sesuai indikasi
Ø Mendorong
px untuk makan makanan yang tinggi kalori / protein
|
Ø Membantu
mencegah distensi gaster / ketidak nyamanan
Ø Mungkin
berguna dalam memperkirakan perbaikan tubuh
Ø Kalori
dan protein diperlukan memenuhi metabolik dan meningkatkan penyembuhan
|
III
|
Ikut serta
dalam melakukan aktivitas
|
Ø Memperhatikan
posisi tubuh tepat dengan sokongan atau berat khususnya untuk luka bakar di
atas sendi
Ø Dorong
px untuk berpartisipasi dalam semua aktivitas sesuai kemampuan individu
Ø Lakukan
latihan rentang gerak secara konsisten diawali dengan fasif kemudian aktif
|
Ø Meningkatkan
posisi fungsional pada ekstremitas dan mencegah kontraktur yang lebih mungkin
di atas sendi
Ø Meningkatkan
kemandirian dan harga diri px
Ø Mencegah
progresif mengencangkan jaringan parut dan kontraktur
|
IV
|
Infeksi tidak terjadi
|
Ø Cuci
tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan px
Ø Membatasi pengunjung yang
datang
Ø Memeriksa
luka tiap hari dan mencatat perubahan penampilan dan bau luka
|
Ø Mencegah kontaminasi
dengan px
Ø Mencegah kontaminasi
silang dari pengunjung
Ø Mengidentifikasi
adanya penyembuhan granulasisa ringan dan memberikan defeksi dini ifeksi luka
bakar
|
V
|
Menunjukka
perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan haluaran urie adekuat
|
Ø Awasi haluaran urie dan
berat jenis
Ø Awasi tanda vital dan
kekuatan nadi ferifer
|
Ø Memberikan
pedoman untuk penggantian cairan dengan mengkaji respon kardio
Ø Secara
umum penggantian cairan difiltrasi untuk meyakinkan rata-rata haluaran urine
30 – 50 ml / jam
|
E. Catatan
Perkembangan
Nama : Tn. H Ruangan : RB2
Umur : 28 tahun No
register : 23-98-30
Hari/Tgl
|
Dx
|
Jam
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Jumat
|
I
|
14.00
15.00
16.30
|
Mengkaji keadaan umum px
Memberi
posisi yang nyaman pada px
Menganjurkan
px untuk mematuhi peraturan ijeksi yang telah ditentukan
|
S:
Px
mengatakan masih nyeri
O:
Px
tampak meringis kesakitan
A:
Masalah
belum teratasi
P:
R/T dilanjutkan
|
|
II
|
18.00
18.15
18.20
|
Memberikan
diet pada px dalam keadaan hangat
Mengatakan
pada px bahwa diet yang diberikan itu adalah untuk proses penyembuhan
Mengatakan
pada px dengan memakan makanan yang tinggi kalori protein dapat membantu
proses penyembuhan
|
S:
Px
mengatakan nafsu makan bertambah
O:
Diet yang disediakan
habus ¾ porsi
A:
Masalah teratasi
P: -
|
|
III
|
20.00
20.30
20.40
|
Memberikan
sokongan atau belat pada luka
Memberi
dorongan pada px untuk melakukan semua aktifitas
Mengatakan
pada px bahwa luka bakar yang dideritanya dapat sembuh
|
S:
Px
mengatakan mau melakukan aktivitas
O:
Px
sudah bisa makan sendiri
A:
Masalah
sebagian teratasi
P:
R/T
dilanjutkan
|
|
IV
|
21.00
21.30
|
Memberitahu pada keluarga
bahwa membatasi pengunjung yang datang dapat mengurangi resiko terjadinya
infeksi
Memberitahu
pada keluarga dengan mencuci tangan dengan benar sebelum menjenguk px dapat
mengurangi resiko terjadinya infeksi
|
S:
Px
mengatakan pengunjung tidak terlalu banyak datang
O:
Px kelihatan tenang
A:
Masalah
teratasi
P:
R/T
dilanjutkan
|
Sabtu
|
I
|
14.00
14.30
16.00
|
Mengkaji keadaan umum px
Memberi posisi yang
nyaman pada px
Menganjurkan
px untuk mematuhi peraturan injeksi yang telah ditentukan
|
S:
Px
mengatakan nyeri sudah berkurang
O:
Px
tidak kelihatan meringis
A:
Masalah teratasi
P: -
|
DAFTAR PUSTAKA
Bruner
and Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, Edisi 1, EGC, Jakarta .
Mansjoer Arief, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3,
Jilid II, 1997.
Marilynn E. Doenges, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan,
EGC,
0 Response to "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LUKA BAKAR"
Post a Comment