Asuhan Keperawatan Pada Lansia Hipertensi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang kesehatan khususnya kedokteran dan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup.
Diseluruh dunia ± 500 juta lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Sedangkan menurut Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia (Badan Pusat Statistik (BPS).
Bertambahnya lansia di Indonesia sebagai dampak keberhasilan pembangunan, menyebabkan meningkatnya permasalahan pada kelompok lansia yang perjalanan hidupnya secara alami akan mengalami masa tua dengan segala keterbatasannya terutama dalam masalah kesehatan. Hal tersebut diperkuat lagi dengan kenyataan, bahwa kelompok lansia lebih banyak menderita penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Keadaan tersebut masih ditambah lagi bahwa lansia biasanya menderita berbagai macam gangguan fisiologi yang bersifat kronik, juga secara biologik, psikis, sosial ekonomi, akan mengalami kemunduran (Brunner & Suddart, 2001).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hipertensi
2. Bagaimanakah Klasifikasi hipertensi
3. Bagaimanakah Etiologi
4. Bagimanakah Patofisiologi
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Pengertian Hipertensi
2. Untuk mengetahui tentang Klasifikasi hipertensi
3. Untuk mengetahui tentang Etiologi
4. Untuk mengetahui tentang Patofisiologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PengertianHipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
B. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
C. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasiMeningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut : Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.Ciri perseoranganCiri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
Kegemukan atau makan berlebihan Stress
Merokok
Minum alcohol
Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
E. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa
1. Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )Kalium serum Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
Kalsium serum
2. Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
3. Kolesterol dan trigliserid serum
4. Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
Pemeriksaan tiroid
5. Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
Kadar aldosteron urin/serum
6. Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
Urinalisa
7. Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
8. Asam urat
9. Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
Steroid urin
10. Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme IVP. Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
11. Foto dada. Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
12. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
13. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
G. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
2. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
3. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
4. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ).Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
5. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi :
Step 1. Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor Step 2 Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa. blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti
Ditambah obat ke-3 jenis lain
Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi
Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnyaDiskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitasYakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter.Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahuluSedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapiPada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian1. Identitas
Nama : Tn”A”
Umur : 68 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Desa Lhok Kaju Kec. Indrajaya Kab. Pidie
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Pusing
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat melakukan pengkajian klien datang ke posyandu dengan keluhn sakit kepala sejak 3 hari yang lalu, klien mengatakan sakitnya berdenyut-denyut serta terasa kaku kuduk, sakitny dating sewaktu-waktu, klien tampak memegang kepalanya, sebelumnya klien pernah berobat ke dukun tetapi tidak ada perubahan, klien juga mengatakan nyeri sendi dan penglihatannya kabur, klien bertanya-tanya tentang penyakitnya, dan saat ini penyakit yang di rasakan oleh klien adalah hipertensi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien juga pernah merasakan pusing, nyeri sendi dan gatal-gatal 3 bulan terakhir ini,
d. Status Fisiologis
Postur tulang belakang : postur tulang belakang klien saat berjalan tegap.
B. Tanda-tanda vital klien
TD : 160/90 mmHg
N : 87 x/menit
S : 36,7 Oc
RR : 20 x/menit
BB : 45 kg
C. Pengkajian Head to Toe
1. Kepala
Normocephalus, rambut tampak ubanan, dan kelihatan kotor, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan pada kepala dan tidak ada benjolan.
2. Mata
Bentuk tampak simetris, konjungtiva tampak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, penglihatan kabur, tidak ada peradangan, tampak menggunakan kaca mata, tidak ada nyeri dan tidak ada benjolan.
3. Hidung
Bentuk tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada secret pada hidung, tidak ada nyeri tekan, penciuman masih cukup baik.
4. Mulut dan Tenggorokan
Mulut tampak sedikit kotor, mukosa mulut tampak kering, tidak ada peradangan, gigi tampak kuning, tampak careas gigi dan gigi tampak ompong, sudah hilang tiga, mengalami kesulitan saat mengunyah dan tidak ada kesulitan saat menelan.
5. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak tampak serumen, tidak ada peradangan, tidak nyeri tekan pada bagian belakng telinga (mastoideus), tidak ada benjolan, pendengaran masih bagus
6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka, tidak ada bendungan vena jugularis, klien mengeluh leher bagian belakang, terasa berat (kaku kuduk).
7. Dada
Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan.
8. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
9. Genetalia
Tidak terkaji
10. Ekstremitas
Kekuatan otot tangan kanan dan kiri 4, kaki kanan dan kiri 4
11. Integument
Kebersihan cukup baik, warna kulit hitam, lembab, tidak ada gangguan pada kulit.
D. Pengkajian Perkembangan Untuk Lansia
1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Klien mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan saat bangun dari tempat duduk baik kursi maupun lantai, dan tampak klien tidak stabil pada saat berdiri pertama kali. Setelah berdiri klien berhenti sejenak lalu berjalan, saat duduk klien tampak duduk secara perlahan, pandangan mata kabur, klien mengeluh pusing dan terasa berat di leher bagian belakang, saat mengambil sesuatu klien tampak perlahan-lahan dan terkadang dibantu, klien merasakan nyeri pinggang saat membungkukkan badan.
2. Komponen gaya berjalan dan gerakan
Klien tampak berjalan dengan perlahan-lahan tanpa alat bantu seperti tongkat, melangkah secara hati-hati dan perlahan, jalan tampak sempoyongan.
3. Psikososial
Klien mengatakan hubungan dengan anak-anaknya baik, selalu berkumpul dengan anak-anaknya karena ke empat anaknya tinggal bersama, klien juga mengatakan terkadang berinterakasi dengan tetangga sekitar rumahnya.Komunikasi dengan tetangga sekitar masih bagus dan baik, emosi terkadang tidak stabil jika banyak pikiran, klien kooperatif saat diajak bicara dan memberikan umpan balik dari sesuatu yang sedang dibicarakan.
E. Analisa Data
NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
1. DS:
- klien mengeluhsakit kepala
- sakit kepalanya berdenyut-denyut
- Klien mengatakan tearasa kaku di kuduknya
- Klien mengatakan sakit kepaalanya dating sewaktu-waktu
- Klien mengeluh penglihatannya kabur
DO:
- Klien tampak sering memegangi kepalanya
- Lien tampak lemah
- Skala nyeri 5 (0-10) sedang.
- TTV
TD: 160/90 mmHg
N: 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR: 20 x/menit
BB: 45 kg
Arteri besar kehilangan kelenterun dan menjadi kaku
Pembuluh darah tidak dapat mengembang
Vasokonstriksi pembuluh darah
TD
Peningkatan tekanan vaskuler serebral
Gangguan rasa aman nyeri
2. DS:
- Klien mengatakan kurang tahu tentang penyakit hipertensi.
- Klien tidak tahupenyebab hipertensi
- Klien mengatakan makan makanan yang sama dengan keluarganya, tampa adanya perbedaan
DO:
- Klien bertanya tentang penyakitnya.
- TTV
TD: 160/90 mmHg
N: 87 x/menit
S : 36,7 oC
RR: 20 x/menit
BB: 45 kg Hipertensi
Kurang informasi mengenai penyakit dan terapi Kurang pengetahuan
F. Intervensi
No No.Dx Tujuan dan Kriteris Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
1 Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 2x60 menit diharapkan pasien dapat mengontrol nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang dengan kriteria hasil :
- Klien tidak mengungkapkan adanya nyeri atau sakit kepala.
- Klien tampak nyaman.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal terutama tekanan darah (TD : normal 110-130 mmHg, diastole 70-80 mmHg) 1. Kaji keadan umum klien.
2. Kaji tingkat nyeri klien.
3. Kaji lokasi intensitas dan skala nyeri.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
5. Berikan tindakan non farmakologis
6. Berikan penjelasan cara untuk meminimalkan aktifitas vasokontriksi.
7. Kolaborasi dalam pemberian obat analgesic sesuai indikasi. 1. Keadan umum menunjukkan keadaan klien secarautuh dan dengan mengetahui tanda-tanda vital terutama tekanan darah. Untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2. Untuk mengetahui tingkat nyeri klien dengan menggunakan pengkajian PQRST.
3. Untuk mengetahui nyeri yang dirasakan klien sehingga bisa ditentukan intervensi yang tepat selanjutnya.
4. Untuk menghindari inssiden kecelakaan atau terjatuhnya karena klien pusing.
5. Mengurangi atau menghilangkan sakit kepala.
6. Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala.
7. Analgecik dapat mengurangi rasa nyeri
G. Implementasi
Hari/Tgl/Jam NoDx Implementasi Respon hasil Paraf
1.
Selasa
11-03 14
16.00 1 1. Mengkaji keadaan umum klien dan tanda-tanda vital (Td, S, N, Rr).
2. Mengkaji tingkat nyeri klien dengan menggunakan skala PQRST.
3. Mengkaji lokasi, intensitas, dan skala nyeri.
4. Memberikan penjelasan cara untuk meminimalkan aktivitas vasokontriksi seperti mengejan saat BAB, batuk panjang dan membungkuk
.
5. Memberikan terapi obat sesuai indikasi : captopril 12,5 mg 1x1.
1. Hasil keadaan umum klien sedang. TTV :
TD : 160/100 mmHg, S : 36,7 C,
N : 87x/menit,
RR:20x/menit.
2. P:Nyeri dirasakan pada kepala
Q: nyeri dirasakan berdenyut-denyut
R:Nyeri kepala
S : Skala nyeri sedang 5 (0-10)
T: nyeri dirasakan sewaktu waktu
3. Klien mengatakan nyeri dirasakan pada kepala dan leher dibagian belakang (kaku kuduk), nyeri dirasakan terus-menerus semakin berat saat berjalan, nyeri dirasakan pada angka 5 (skala 0-10).
4. Klien tampak memperhatikan dan mendengarkan penjelasan perawat
5. Obat sudah diberikan ke pasien dan menjelaskan cara penggunaan obat dan efek samping obat, klien tampak mengerti dengan penjelasan perawat.
selasa
11-03-14
16.30 2 1.Menjelaskan pengertian hipertensi kepada pasien
2. Menjelaskan kepada klien tentang pentingnya menjaga lingkungan yang tenang.
3. Berdiskusi atau memberitahu klien tentang obat-obatan nama obat yang diberikan captopril 12,5 mg diminum 1x1 setelah makan,
4. Menjelaskan factor yang memperberat hipertensi, seperti Menganjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi makanan yang tinggi garam dan jangan meminum kopi, the, merokok karena dapat meningkatkan tekanan drah.
1. Klien tapak mendengar pnjelasan perwat
2. Klien tampak mendengarkan dan memperhatikan saat diberikan penjelasan oleh perawat, dank lien mengerti.
3. Klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan oleh perawat dank lien mengatakan akan meminum obatnya secara teratur.
4. Klien tampak memperhatikan dan tampak mengangguk dan akan melakukan saran yang diberikan perawat.
Selasa
11-03-14
08.00 1. Mengukur tanda-tanda vital TD, N, S, RR
2. Menimbang berat badan klien
3. Menanyakan keluhan klien
4. Mengkaji penybab sakit kepala
5. Menganjurkan klien untuk mempertahankan tirah baring
6. Menganjurkan klien untuk diet rendah garam
1. TD : 160/90 mmHg
N : 87 x/mnt
S : 36,7oC
RR : 20x/mnt
2. BB: 45 Kg
3. Klien mengeluh sakit kepala
4. Tekanan darah 160/90 mmHg
5. Klien tampak tirah baring, tampak mengiuti anjuran perawat
6. Klien tampak mau mendengar anjuran perwat
H. Evaluasi
Hari/Tgl/jam No Dx Catatan Perkembangan Paraf
Sabtu
15-03-2014
11.00 1 S :
- Klien mengatakan sudah tidak pusing lagi
O :
- Keadaan umum klien baik
- Klien tampak rileks
- Tanda-tanda vital klien dalam batas normal
- TTV : TD : 140/80 mmHg,
N : 84x/menit,
S : 36,5oC,
RR : 20x/menit.
A :
- Masalah keperawatan gangguan nyaman nyeri dapat teratasi
P : intervensi dihentikan
I :
- Anjurkan klien untuk tetap mempertahankan kesehatannya
- Anjurkn klien untuk diet rendah garam
- Anjukan klien untuk istirahat cukup
2 S :
- klien mengatakan sudah tau apa itu hipertensi, dan penyebab terjadinya hipertensi
O :
- keadaan umum klien baik
- klien tampak mengerti, menyebutkan penyebab yang memperberat hipertensi
- klien tampak mau mengikuti saran perawat
- TTV dalam batas normal
TD : 140/80 mmHg
N : 84 x/mnt
S : 36,7 oC
RR : 20x/mnt
A:
- masalah keperawatan kurang pengetahuan teratasi
P :
Intervensi dihentikan
I :
- Kaji tingkat pengetahuan klien
- Berikan penyuluhan mengenai penyakitnya
- Evaluasi tingkat pengetahuan setiap selesai member penyuluhan.
BAB III
PENUTUP
A. KesimpulanHipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
DAFTAR PUSRAKA
Doenges., 2003. Rencana Asuhan Keperawatan.EGC. Jakarta
Fatimah.,2010.Merawat manusia Lanjut usia.Trans Info media.Jakarta
Ma’rifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan lanjut usia.Graha ilmu.Jogjakarta.
Darmawan, 2008. Lansia Sebaiknya jagan kelebihan atau kekurangan gizi.www. keluarga & kependudukan com tanggal 5 januari 2009 jam 14.00
Darmojo, dkk, 2006 geriatri ilmu ilmu usia lanjut FKUL Jakarta
Hernawati ,I.2006 pedoman tatalaksana Gizi Usia Lanjut untuk tenaga, kesehatan Depkes : Jakarta
0 Response to "Asuhan Keperawatan Pada Lansia Hipertensi"
Post a Comment