Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tumor Otak Lengkap
8/24/2019
Edit
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat dan anugrah-Nya yang melimpah kepada penulis sehingga makalah
ini dapat kami selesaikan.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu sebagai tugas
yang diselesaikan oleh Kelompok I
(Satu) Program Studi D-III Keperawatan di Politeknik Kesehatan Medan pada mata
kuliah KMB II dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Penderita Tumor Otak”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui
hambatan yang cukup berarti, namun berkat bantuan dari berbagai pihak baik dari
Dosen pembimbing maupun dari teman-teman, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapakan banyak
terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan juga kepada
teman-teman sehingga makalah ini selesai tepat waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak untuk perbaikan dimasa mendatang.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.
Hormat kami
Kelompok
I
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I : LANDASAN TEORITIS
2.1. Defenisi............................................................................................................ 1
2.2. Anatomi dan
Fisiologi
..... a. Serebrum (Otak Besar) ................................................................................ 2
..... b. Batanf Otak .................................................................................................. 3
..... c. Serebellum (Otak Kecil) .............................................................................. 4
2.3. Etiologi............................................................................................................ 4
2.4. Patofisiologi .................................................................................................... 5
2.5. Manifesitas
Klinis ........................................................................................... 6
2.6. Evaluasi
Diagnistik ......................................................................................... 6
2.7. Penatalaksanaan .............................................................................................. 7
BAB II : ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian........................................................................................................ 8
B.. Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 9
C.. Intervensi ......................................................................................................... 9
D.. Implementasi ................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 12
BAB I
LANDASAN TEORITIS
2.1. Pengertian
Tumor otak adalah lesi intrakarnial setempat yang
menempati ruang didalam tulang tengkorak. Pada orang dewasa sebagian tumor otak
berasal dari sel-sel glia. Tumor otak jarang bermetastasis diluar system araf
pusat, tetapi menyebabkan kematian dengan merusak fungsi vital.
Tumor otak diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Tumor
yang berasal dari lapisan otak, misalnya Maningioma;
2. Tumor yang berkembang didalam atau pada saraf
cranial, misalnya Neuroma akustik;
3. Tumor
yang berasal didalam jaringan otak, misalnya berbagai glioma;
4. Lesi
metastasik yang berasal dari bagian tubuh cranial.
Tumor-tumor yang berasal dari kelenjar pineal dan
hipofisis serta pembuluh darah serebral juga termasuk dalam tipe tumor otak.
Tumor otak yang tergolong spesifik adalah:
- Glioma
- Adenoma
hipofisis
- Aangioma
- Neuroma
akustik
2.2. Anatomi Fisiologi
Otak adalah suatu oragan tubuh yang penting karena
merupakan pusat computer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang
terletak di dalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak
yang kuat.
* Perkembangan Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak)
berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala
pembesaran otak awal, yakni :
-
Otak depan menjadi hemisfer
serebri, korpus striatum, thalamus serta hipotalamus;
-
Otak tengah, tegmentum, krus
serebrium, korpus kuadrigeminus;
-
Otak belakang, menjadi pons
varoli, medulla oblongata dan serebellum.
* Bagian-bagian Otak
- Serebrum (otak besar)
Merupakan bagian terluas dan terbesar
dari otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak.
Masing-masing disebut fosa kranialis atas dan fosa kranialis media.
Otak mempunyai dua permukaan yakni
permukaan atas dan permukaan bawah, kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan
kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian dalam yang mengandung serabut saraf.
Pada otak besar ada beberapa lobus yaitu :
-
Lobus frontalis, bagian dari
serebrum yang terletak didepan sulkus sentralis;
-
Lobus parientalis, terdapat
didepan sulkus sentralis dan dibelakangi
oleh karao oksipitalis;
-
Lobus temporalis, terdapat
dibawah lateral dari fisura serebralis dan didepan lobus oksipitalis;
-
Oksipitalis, yang mengisi
bagian belakang dari serebrum.
Disamping pembagian lobus, kortek
serebri secara umum dapat dibagi menjadi empat bagian :
-
Korteks sensori, pusat sensasi
umum primer suatu hemisfer serebri yang
mengurus bagian badan. Dan lebih dominan menangani bagian tubuh
bilateral oleh fisura lateralis;
-
Korteks asosiasi, berhubungan
dengan alat indera, kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan,
berpikir dan rangsanga yang diterima diolah dan disimpan;
-
Korteks motorik, menerima
impuls dari korteks sensori dan fungsi utamanya adalah kontribusi pada traktus
piramidalis yang mengatur bagian tubuh kontra lateral;
-
Korteks Pre-frontal, terletak
pada lobus frontalis dan berhubungan dengan sikap mental dan kepribadian.
Adapun fungsi serebrum adalah :
-
Mengingat pengalaman-pengalaman
yang lalu;
-
Pusat persarafan yang
menangani: aktivitas mental, akal, intelegensi, keinginan dan memori;
-
Pusat menganis, buang air besar
dan buang air kecil
- batang Otak (trunkus
serebri)
Serebrum melekat pada batang otak
dibagian medulla oblongata, pons varoli dan mesensepalon. Hubungan serebellum
dengan oblongata disebut korpus retiformi, serebellum dengan pons varoli
disebut brakium pontis dan serebellum dengan mesensepalon disebut brakium
konjotiva.
Batang otak terdiri atas :
-
Diensefalon, bagian batang otak
paling atas
-
Mensesepalon
-
Pons varoli
-
Medulla oblongata.
c.
Serebellum (otak kecil)
Terletak pada bagian bawah dan
belakang tengkorak, organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris yang merupakan
pusat koordinasi dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang terkecil pada
sentral disebut vermis dan bagian yeng terlebar pada lateral disebut hemisfer.
Korteks serebellum dibentuk oleh substansi grisea
terdiri dari:
-
Lapisan granular luar;
-
Lapisan purkinya;
-
Lapisan granular dalam.
Fungsi daripada serebellum adalah: arkhioserebellum,
paleserebellum dan neoserebellum.
2.3. Etiologi
Penyebab yang pasti pada tomor otak belum
diketahui secara jelas namun beberapa faktor diidentifikasi sebagai faktor
predisposisi antara lain: paparan terhadap zat toxic, trauma dan pendarahan.
Radiasi
merupakan satu faktor untuk timbulnya tumor otak. Dan bahan industri tertentu
seperti nitrosource adalah karsinogen yang paten, setidaknya pada kelinci
percobaan.
Yang memperberat masalah biasanya
karena adanya:
- Penekanan
pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak;
-
hipoksia pada jaringan otak.
2.4. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan timbulnya gangguan neorilogik
progresif, gejala-gejalanya timbul dalam rangkain kesehatan sehingga menekankan
pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan pnderita.
|
|
|
|
|
|
m
2.5. Menifesitas Klinis
a. Gejala-gejal Peningkatan
Tekanan Intrakarnial
- Sakit
kepala meskipun tidak selalu ada, adalah yang paling umum terjadi pada pagi
dini dan akan semakin buruk bila disertai dengan abtuk, mengejan atau gerakan
mendadak;
- Muntah,
jarang terjadi akibat masukan makanan dan bias any akibat iritasi pusat vegal
pada medulla;
- Papiledema
berkaitan dengan gangguan visual;
- Perubahan
mental
b. Gejala-gejala Setempat
- Tumor
dari korteks motorik : gerakan setempat berketentuan pada satu sisi tubuh;
- Tumor
lobus okupsi : manifestasi visual, mis hemianopsia homonimosa kontralateral
(kehilangan penglihatan pada setengah bidang pandang pada sisi yang berlawanan
dari letaknya tumor) dan halusinasi visual;
- Tumor
serebellum: pening, ataksis atau gaya
berjalan sempoyongan dengan kecenderungan untuk terjatu kearah sisi terdapatnya
lesi.
- Emosional
dan perilaku, serta sikap mental yang menunjukkan tidak mempunyai minat.
2.6. Evaluasi
Diagnostik.
1. Riwayat
Penyakit dan cara-cara gejala tersebut timbul;
2. Pemeriksaan
neurologist menunjukkan area yang terlibat;
3. Pemindaian
T, MRI, biopsy stereotaktik dengan bantuan computer.
2.7. Penatalaksanaan.
Sasaran penatalaksanaan adalah untuk
mengangkat semua tumor atau sebanyak yang memungkinkan tanpa meningkatkan
defisi neurologis (paralysis, kebutaan) atau mencapai penghilangan
gejala-gejala dengan pengangkatan tumor sebagian (dekompresi), terapi radiasi,
kemoterapi, atau kombinasi dari keduanya. Evaluasi dan pengobatan harus
delakukan sesegera mungkin sebelum terjadi kerusakan neourologis yang tidak
dapat pulih kembali. Sebagian besar pasien mengalami prosedur pembedahan neuro,
diikuti dengan radiasi dan kemungkinan kemoterapi.
Terapi yang lain:
-
Kortikosteroid untuk menegah pembengkakkan
pasaoperatif;
-
Transplantasi sumsum tulang autolog intravena
untuk toksistas sumsum tulang yang berkaitan dengan tingginya dosis obat dan
radiasi;
-
Implant radioisotope 125I langsung
kedalam tumor otak.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
1.
Aktivitas
-
Ataksia, masalah berjalan
-
Kelumpuhan
-
Gerak involunter
2.
Sirkulasi
-
TD meningkat
-
Nadi menurun
-
Tekanan nadi berat
3.
Eliminasi
- Adanya
inkontinensia dan / atau retensi
4.
Makanan / Cairan
-
Anoreksia
-
Muntah
-
Turgor kulit jelek
5.
Higiene
- Ketergantungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri
6.
Neurosensori
- Kehilangan memori
- Sulit dalam mengambil keputusan
- Status mental / tingkat kesadaran
7.
Nyeri / Kenyamanan
-
Tampak terus terjaga
-
Menangis / mengaduh / mengeluh
3.2.
Diagnosa Keperawatan
1.
Risiko terhadap infeksi yang
b/d perubahan respons imunologis
2.
Kerusakan integritas kulit
alopesia
3.
Keletihan dan intoleransi
aktivitas
4.
Gangguan rasa nyaman b/d rasa
nyeri yang tak tertahankan
3.3.
Intervensi
No
|
Dx
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
I
|
Pencegahan infeksi
|
Kaji pasien terhadap bukti adanya infeksi
· Periksa tanda vital
· Pantau jumlah sel darah putih dan hitung banding setiap hari
Laporkan perubahan dalam respiratori atau status mental, frekuensi
berkemih atau rasa perih saat berkemih
|
Tanda dan gejala infeksi mungkin berkurang pada hospes yang
mengalami imunosupresi
Membantu dalam proses
pengobatan
|
2
|
II
|
Pemeliharaan integritas jaringan, mengatasi kerontokan rambut
|
· Diskusikan potensial kerontokan rambut dan pertumbuhan kembali
rambut bersama pasien dan keluarga
· Sarankan cara untuk membantu dalam mengatasi kerontokan rambut:
beli wig sebelum rambut rontok
|
· Memberikan informasi sehingga pasien dan keluarganya dapat mulai
untuk bersiap diri secara kognitif dan emosional terhadap kerontokan.
· Wig yang sangat menyerupai warna dan
|
3
|
III
|
Peningkatan toleransi aktivitas dan penurunan tingkat keletihan
|
· Berikan dorongan untuk istirahat beberapa periode selama siang
hari, terutama sebelum dan setelah latihan fisik
· Tingkatkan jam tidur total pada malam hari
|
· Selama istirahat energi dihemat dan tingkat energi diperbaiki
· Tidur membantu untuk memulihkan tingkat energi
|
4
|
IV
|
Reda dari nyeri dan ketidaknyama nan
|
· Kaji karakteristik nyeri dan ketidak nyamanan, lokasi, kualitas,
frekuensi, durasi.
· Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien
|
· Memberikan dasar untuk mengkaji perubahan pada tingkat nyeri dan
mengevaluasi intervensi
· Rasa takut bahwa nyeri tidak dianggap nyata dapat meningkat
|
3.4.
Implementasi
DX I :
-
Mengkaji pasien terhadap bukti
adanya infeksi
-
Melaporkan perubahan dalam
respiratori atau status mental, frekuensi berkemih atau rasa perih saat
berkemih
DX II :
-
mendiskusikan potensial
kerontokan rambut dan pertumbuhan kembali rambut bersama pasien dan keluarga
-
Membantu dalam mengatasi
kerontokan rambut, beli wig sebelum rambut rontok
DX III :
-
Memberikan dorongan untuk
istirahat beberapa periode selama siang hari, terutama sebelum dan setelah
latihan fisik
-
Meningkatkan jam tidur total
pada malam hari
DX IV :
-
Mengkaji karakteristik nyeri
dan ketidak nyamanan, lokasi, kualitas, frekuensi, durasi dan sebagainya
-
Mengkaji faktor lain yang
menunjang nyeri, keletihan, marah pasien.
3.5.
Evaluasi
-
Tidak menunjukkan tanda-tanda
inflamasi: edema setempat, eritema, nyeri dan kehangatan
-
Mengidentifikasikan alopesia
sebagai potensial efek samping dari pengobatan
-
Melaporkan penurunan tingkat
keletihan
-
Melaporkan penurunan tingkat
nyeri dan ketidaknyamanan
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. & JoAnn C. Hackley. 2000, Buku
Saku Keperawatan Medikal Bedah, EGC - Jakarta
Brunner & Suddarth, edisi 8 vol 1. 2001, Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC- Jakarta
Doengoes, Marilynn E, dkk, edisi 3. 1999, Rencana
Asuhan Keperawatan, EGC – Jakarta .
Drs. Syaifuddin, B.Ac, Anatomi Fisiologi, Edisi
Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta .
Mansjoer, Arif, dkk. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Media
Aesculapis – Jakarta .
Price Sylvia A dan Lorraine M. Wilson, Buku 2, 1994,Patofisiologi, Penerbit EGC, Jakarta