Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tumor Otak Lengkap


KATA  PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugrah-Nya yang melimpah kepada penulis sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu sebagai tugas yang diselesaikan oleh Kelompok I (Satu) Program Studi D-III Keperawatan di Politeknik Kesehatan Medan pada mata kuliah KMB II dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien  Penderita Tumor Otak”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui hambatan yang cukup berarti, namun berkat bantuan dari berbagai pihak baik dari Dosen pembimbing maupun dari teman-teman, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapakan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan juga kepada teman-teman sehingga makalah ini selesai tepat waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan dimasa mendatang.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.



Medan,      November 2007
Hormat kami


Kelompok I

DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFAR ISI ..............................................................................................................       ii

BAB I : LANDASAN TEORITIS
2.1. Defenisi............................................................................................................ 1
2.2. Anatomi dan Fisiologi
..... a. Serebrum (Otak Besar) ................................................................................ 2
..... b. Batanf Otak .................................................................................................. 3
..... c. Serebellum (Otak Kecil) .............................................................................. 4
2.3. Etiologi............................................................................................................ 4
2.4. Patofisiologi .................................................................................................... 5
2.5. Manifesitas Klinis ........................................................................................... 6
2.6. Evaluasi Diagnistik ......................................................................................... 6
2.7. Penatalaksanaan .............................................................................................. 7

BAB II : ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian........................................................................................................ 8
B.. Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 9
C.. Intervensi ......................................................................................................... 9
D.. Implementasi ................................................................................................... 11
E... Evaluasi ........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 12










BAB I
LANDASAN TEORITIS

2.1. Pengertian
Tumor otak adalah lesi intrakarnial setempat yang menempati ruang didalam tulang tengkorak. Pada orang dewasa sebagian tumor otak berasal dari sel-sel glia. Tumor otak jarang bermetastasis diluar system araf pusat, tetapi menyebabkan kematian dengan merusak fungsi vital.
Tumor otak diklasifikasikan sebagai berikut :
1.   Tumor yang berasal dari lapisan otak, misalnya Maningioma;
2.  Tumor yang berkembang didalam atau pada saraf cranial, misalnya Neuroma akustik;
3.   Tumor yang berasal didalam jaringan otak, misalnya berbagai glioma;
4.   Lesi metastasik yang berasal dari bagian tubuh cranial.
Tumor-tumor yang berasal dari kelenjar pineal dan hipofisis serta pembuluh darah serebral juga termasuk dalam tipe tumor otak.
Tumor otak yang tergolong spesifik adalah:
-     Glioma
-     Adenoma hipofisis
-     Aangioma
-     Neuroma akustik

2.2. Anatomi Fisiologi
Otak adalah suatu oragan tubuh yang penting karena merupakan pusat computer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.


* Perkembangan Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal, yakni :
-          Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus serta hipotalamus;
-          Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus;
-          Otak belakang, menjadi pons varoli, medulla oblongata dan serebellum.

* Bagian-bagian Otak
  1. Serebrum (otak besar)
Merupakan bagian terluas dan terbesar dari otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Masing-masing disebut fosa kranialis atas dan fosa kranialis media.
Otak mempunyai dua permukaan yakni permukaan atas dan permukaan bawah, kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian dalam yang mengandung serabut saraf.
Pada otak besar ada beberapa lobus yaitu :
-          Lobus frontalis, bagian dari serebrum yang terletak didepan sulkus sentralis;
-          Lobus parientalis, terdapat didepan sulkus sentralis  dan dibelakangi oleh  karao oksipitalis;
-          Lobus temporalis, terdapat dibawah lateral dari fisura serebralis dan didepan lobus oksipitalis;
-          Oksipitalis, yang mengisi bagian belakang dari serebrum.
Disamping pembagian lobus, kortek serebri secara umum dapat dibagi menjadi empat bagian :
-          Korteks sensori, pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang  mengurus bagian badan. Dan lebih dominan menangani bagian tubuh bilateral oleh fisura lateralis;
-          Korteks asosiasi, berhubungan dengan alat indera, kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berpikir dan rangsanga yang diterima diolah dan disimpan;
-          Korteks motorik, menerima impuls dari korteks sensori dan fungsi utamanya adalah kontribusi pada traktus piramidalis yang mengatur bagian tubuh kontra lateral;
-          Korteks Pre-frontal, terletak pada lobus frontalis dan berhubungan dengan sikap mental dan kepribadian.

Adapun fungsi serebrum adalah :
-          Mengingat pengalaman-pengalaman yang lalu;
-          Pusat persarafan yang menangani: aktivitas mental, akal, intelegensi, keinginan dan memori;
-          Pusat menganis, buang air besar dan buang air kecil

  1. batang Otak (trunkus serebri)
Serebrum melekat pada batang otak dibagian medulla oblongata, pons varoli dan mesensepalon. Hubungan serebellum dengan oblongata disebut korpus retiformi, serebellum dengan pons varoli disebut brakium pontis dan serebellum dengan mesensepalon disebut brakium konjotiva.
Batang otak terdiri atas :
-          Diensefalon, bagian batang otak paling atas
-          Mensesepalon
-          Pons varoli
-          Medulla oblongata.




c.      Serebellum (otak kecil)
Terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak, organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris yang merupakan pusat koordinasi dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang terkecil pada sentral disebut vermis dan bagian yeng terlebar pada lateral disebut hemisfer.
Korteks serebellum dibentuk oleh substansi grisea terdiri dari:
-          Lapisan granular luar;
-          Lapisan purkinya;
-          Lapisan granular dalam.
Fungsi daripada serebellum adalah: arkhioserebellum, paleserebellum dan neoserebellum.

2.3. Etiologi
Penyebab yang pasti pada tomor otak belum diketahui secara jelas namun beberapa faktor diidentifikasi sebagai faktor predisposisi antara lain: paparan terhadap zat toxic, trauma dan pendarahan.
      Radiasi merupakan satu faktor untuk timbulnya tumor otak. Dan bahan industri tertentu seperti nitrosource adalah karsinogen yang paten, setidaknya pada kelinci percobaan.
Yang memperberat masalah biasanya karena adanya:
-     Penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak;
-     hipoksia pada jaringan otak.
2.4. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan timbulnya gangguan neorilogik progresif, gejala-gejalanya timbul dalam rangkain kesehatan sehingga menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan pnderita.





Suplai darah (-)

 



Nekrosis jaringan

 



Membentuk kista yang menekan parenkim otak

 



Massa tumor (+)

 



Edema pada jaringan otak

 



Trias klasik pada jaringan otak
-          nyeri kepala
-          mual dan muntah
-          papiledema

 



m

2.5. Menifesitas Klinis
a.   Gejala-gejal Peningkatan Tekanan Intrakarnial
-     Sakit kepala meskipun tidak selalu ada, adalah yang paling umum terjadi pada pagi dini dan akan semakin buruk bila disertai dengan abtuk, mengejan atau gerakan mendadak;
-     Muntah, jarang terjadi akibat masukan makanan dan bias any akibat iritasi pusat vegal pada medulla;
-     Papiledema berkaitan dengan gangguan visual;
-     Perubahan mental

b.   Gejala-gejala Setempat
-     Tumor dari korteks motorik : gerakan setempat berketentuan pada satu sisi tubuh;
-     Tumor lobus okupsi : manifestasi visual, mis hemianopsia homonimosa kontralateral (kehilangan penglihatan pada setengah bidang pandang pada sisi yang berlawanan dari letaknya tumor) dan halusinasi visual;
-     Tumor serebellum: pening, ataksis atau gaya berjalan sempoyongan dengan kecenderungan untuk terjatu kearah sisi terdapatnya lesi.
-     Emosional dan perilaku, serta sikap mental yang menunjukkan tidak mempunyai minat.


2.6.  Evaluasi Diagnostik.
1.   Riwayat Penyakit dan cara-cara gejala tersebut timbul;
2.   Pemeriksaan neurologist menunjukkan area yang terlibat;
3.   Pemindaian T, MRI, biopsy stereotaktik dengan bantuan computer.



2.7. Penatalaksanaan.
Sasaran penatalaksanaan adalah untuk mengangkat semua tumor atau sebanyak yang memungkinkan tanpa meningkatkan defisi neurologis (paralysis, kebutaan) atau mencapai penghilangan gejala-gejala dengan pengangkatan tumor sebagian (dekompresi), terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari keduanya. Evaluasi dan pengobatan harus delakukan sesegera mungkin sebelum terjadi kerusakan neourologis yang tidak dapat pulih kembali. Sebagian besar pasien mengalami prosedur pembedahan neuro, diikuti dengan radiasi dan kemungkinan kemoterapi.
Terapi yang lain:
-       Kortikosteroid untuk menegah pembengkakkan pasaoperatif;
-             Transplantasi sumsum tulang autolog intravena untuk toksistas sumsum tulang yang berkaitan dengan tingginya dosis obat dan radiasi;
-             Implant radioisotope 125I langsung kedalam tumor otak.










BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian

1.      Aktivitas
-          Ataksia, masalah berjalan
-          Kelumpuhan
-          Gerak involunter
2.      Sirkulasi
-          TD meningkat
-          Nadi menurun
-          Tekanan nadi berat
3.      Eliminasi
-     Adanya inkontinensia dan / atau retensi
4.      Makanan / Cairan
-          Anoreksia
-          Muntah
-          Turgor kulit jelek
5.      Higiene
-     Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri
6.      Neurosensori
-     Kehilangan memori
-     Sulit dalam mengambil keputusan
-     Status mental / tingkat kesadaran
7.      Nyeri / Kenyamanan
-          Tampak terus terjaga
-          Menangis / mengaduh / mengeluh

3.2.     Diagnosa Keperawatan
1.      Risiko terhadap infeksi yang b/d perubahan respons imunologis
2.      Kerusakan integritas kulit alopesia
3.      Keletihan dan intoleransi aktivitas
4.      Gangguan rasa nyaman b/d rasa nyeri yang tak tertahankan

3.3.     Intervensi
No
Dx
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
I
Pencegahan infeksi
Kaji pasien terhadap bukti adanya infeksi
·     Periksa tanda vital
·     Pantau jumlah sel darah putih dan hitung banding setiap hari
Laporkan perubahan dalam respiratori atau status mental, frekuensi berkemih atau rasa perih saat berkemih
Tanda dan gejala infeksi mungkin berkurang pada hospes yang mengalami imunosupresi


Membantu dalam proses  pengobatan
2
II
Pemeliharaan integritas jaringan, mengatasi kerontokan rambut
·     Diskusikan potensial kerontokan rambut dan pertumbuhan kembali rambut bersama pasien dan keluarga




·     Sarankan cara untuk membantu dalam mengatasi kerontokan rambut: beli wig sebelum rambut rontok
·     Memberikan informasi sehingga pasien dan keluarganya dapat mulai untuk bersiap diri secara kognitif dan emosional terhadap kerontokan.


·     Wig yang sangat menyerupai warna dan gaya rambut lebih mudah untuk dipilih bila belum terjadi kerontokan rambut
3
III
Peningkatan toleransi aktivitas dan penurunan tingkat keletihan
·     Berikan dorongan untuk istirahat beberapa periode selama siang hari, terutama sebelum dan setelah latihan fisik
·     Tingkatkan jam tidur total pada malam hari
·     Selama istirahat energi dihemat dan tingkat energi diperbaiki


·     Tidur membantu untuk memulihkan tingkat energi
4
IV
Reda dari nyeri dan ketidaknyama nan
·     Kaji karakteristik nyeri dan ketidak nyamanan, lokasi, kualitas, frekuensi, durasi.


·     Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien
·     Memberikan dasar untuk mengkaji perubahan pada tingkat nyeri dan mengevaluasi intervensi
·     Rasa takut bahwa nyeri tidak dianggap nyata dapat meningkat kan ansietas dan mengurangi toleransi nyeri



3.4.           Implementasi
 DX I :
-          Mengkaji pasien terhadap bukti adanya infeksi
-          Melaporkan perubahan dalam respiratori atau status mental, frekuensi berkemih atau rasa perih saat berkemih
 DX II :
-          mendiskusikan potensial kerontokan rambut dan pertumbuhan kembali rambut bersama pasien dan keluarga
-          Membantu dalam mengatasi kerontokan rambut, beli wig sebelum rambut rontok
DX III :
-          Memberikan dorongan untuk istirahat beberapa periode selama siang hari, terutama sebelum dan setelah latihan fisik
-          Meningkatkan jam tidur total pada malam hari
DX IV :
-          Mengkaji karakteristik nyeri dan ketidak nyamanan, lokasi, kualitas, frekuensi, durasi dan sebagainya
-          Mengkaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien.

3.5.           Evaluasi
-          Tidak menunjukkan tanda-tanda inflamasi: edema setempat, eritema, nyeri dan kehangatan
-          Mengidentifikasikan alopesia sebagai potensial efek samping dari pengobatan
-          Melaporkan penurunan tingkat keletihan
-          Melaporkan penurunan tingkat nyeri dan ketidaknyamanan





DAFTAR PUSTAKA



Baughman, Diane C. & JoAnn C. Hackley. 2000, Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah, EGC - Jakarta

Brunner & Suddarth, edisi 8 vol 1. 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC- Jakarta

Doengoes, Marilynn E, dkk, edisi 3. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC – Jakarta.

Drs. Syaifuddin, B.Ac, Anatomi Fisiologi, Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapis – Jakarta.

Price Sylvia A dan Lorraine M. Wilson, Buku 2, 1994,Patofisiologi,  Penerbit EGC, Jakarta

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel