Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tumor Otak


BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep Dasar Medis
v  Defenisi
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan.
(Sylvia A. Price, 1995; 1030)

v  Anatomi Fisiologi
Ø  Anatomi

Ø  Fisiologi
Bagian-bagian otak menurut urutan dari atas ke bawah:
a.    Serebrum
Terdiri dari lobus, yaitu:
1.    Lobus frontalis
2.    Lobus parietalis
3.    Lobus temporalis
4.    Oksipitalis

b.    Kortex serebri
Dibagi menjadi 4 bagian:
1.    Korteks sensori
2.    Korteks aosiasi
3.    Korteks motoris
4.    Korteks pre frontal

c.    Ganglia basalis

d.    Kapsula interna

e.    Batang otak
Terdiri dari:
1.    Diensepalon
2.    Mensenpalon
3.    Pons varoli
4.    Medulla oblongata

f.     Serebelum
Terdiri dari 3 lapisan:
1.    Lapisan granular luar
2.    Lapisan purkinye
3.    Lapisan granular palam
(Evelyn C. Pearce, 1999; 281 dan Drs. Syaifuddin, B.Ac,        ;142)

v  Etiologi
      Penyebab yang pasti belum diketahui secara jelas namun beberapa faktor diidentifikasi sebagai faktor predisposisi antara lain: paparan terhadap zat toxic, trauma dan pendarahan.
      Radiasi merupakan satu faktor untuk timbulnya tumor otak. Dan bahan industri tertentu seperti nitrosource adalah karsinogen yang paten, setidaknya pada kelinci percobaan.

v  Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor: gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada perenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invas dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor: bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Peningkatan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya.
Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum. Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke  inferior melalui insisura tentoriol oleh massa dalam hemisfer otak.
(Sylvia A. Price, 1995; 1033)

v  Manifestasi Klinis
      Gejala tumor otak sangat bervariasi bergantung pada tempat lesi dan kecepatan pertumbuhannya.
  1. Nyeri kepala
Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-menerus, tumpul dan kadang-kadang hebat sekali.
  1. Nausea dan muntah
Nausea dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medula oblongata.
  1. Papiledema
Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.
(Silvya A. Price, 1995; 1034)


v  Pemeriksaan Diagnostik
  1. Pemerisaan fisik
  2. Radiologi
  3. Seorologi
  4. Fungsi lumbal
  5. MRI / Skan CT: dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
  6. Ronsen dada, kepala, dan sinus: mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi intrakranial
(Sylvia A. Price, 1995; 310)

v  Penatalaksanaan
  1. Untuk mengatasi edema otak
  2. Radiotherapi
  3. Tindakan pembedahan
  4. Kemoterapi

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A.   Pengkajian
Ø  Aktivitas
·         Ataksia, masalah berjalan
·         Kelumpuhan
·         Gerak involunter

Ø  Sirkulasi
·         TD meningkat
·         Nadi menurun
·         Tekanan nadi berat

Ø  Eliminasi
·         Adanya inkontinensia dan / atau retensi

Ø  Makanan / Cairan
·         Anoreksia
·         Muntah
·         Turgor kulit jelek

Ø  Higiene
·         Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri

Ø  Neurosensori
·         Kehilangan memori
·         Sulit dalam mengambil keputusan
·         Status mental / tingkat kesadaran
Ø  Nyeri / Kenyamanan
·         Tampak terus terjaga
·         Menangis / mengaduh / mengeluh

B.   Diagnosa Keperawatan
  1. Risiko terhadap infeksi yang b/d perubahan respons imunologis
  2. Kerusakan integritas kulit alopesia
  3. Keletihan dan intoleransi aktivitas
  4. Nyeri dari ketidaknyamanan

C.   Intervensi / Implementasi / Evaluasi
No
Dx
Tujuan
Intervensi
Rasional
Evaluasi
1
I
Pencegahan infeksi
Kaji pasien terhadap bukti adanya infeksi
·     Periksa tanda vital
·     Pantau jumlah sel darah putih dan hitung banding setiap hari
Laporkan perubahan dalam respiratori atau status mental, frekuensi berkemih atau rasa perih saat berkemih
Tanda dan gejala infeksi mungkin berkurang pada hospes yang mengalami imunosupresi
Tidak menunjukkan tanda-tanda inflamasi: edema setempat, eritema, nyeri dan kehangatan
2
II
Pemeliharaan integritas jaringan, mengatasi kerontokan rambut
·     Diskusikan potensial kerontokan rambut dan pertumbu han kembali rambut bersama pasien dan keluarga



·     Sarankan cara untuk membantu dalam mengatasi kerontokan rambut: beli wig sebelum rambut rontok
·     Memberikan informasi sehingga pasien dan keluarganya dapat mulai untuk bersiap diri secara kognitif dan emosional terhadap kerontokan
·     Wig yang sangat menyerupai warna dan gaya rambut lebih mudah untuk dipilih bila belum terjadi kerontokan rambut
Mengidentifi kasikan alopesia sebagai potensial efek samping dari pengobatan
3
III
Peningkatan toleransi aktivitas dan penurunan tingkat keletihan
·     Berikan dorongan untuk istirahat beberapa periode selama siang hari, terutama sebelum dan setelah latihan fisik
·     Tingkatkan jam tidur total pada malam hari
·     Selama istirahat energi dihemat dan tingkat energi diperbaiki





·     Tidur membantu untuk memulihkan tingkat energi
Melaporkan penurunan tingkat keletihan
4
IV
Reda dari nyeri dan ketidaknyama nan
·     Kaji karakteristik nyeri dan ketidak nyamanan, lokasi, kualitas, frekuensi, durasi dan sebagainya

·     Kaji faktor lain yang menunjang nyeri, keletihan, marah pasien
·     Memberikan dasar untuk mengkaji perubahan pada tingkat nyeri dan mengevalu asi intervensi


·     Rasa takut bahwa nyeri tidak dianggap nyata dapat meningkat kan ansietas dan mengurangi toleransi nyeri
Melaporkan penurunan tingkat nyeri dan ketidak nyamanan
  

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, Vol. I, Jakarta, Penerbit EGC, 2001.
Pearce Avelyn C, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis, Jakarta, Penerbit Gramedia Pusaka Utama, 1999.
Price Sylvia A dan Lorraine M. Wilson, Patofisiologi, Buku 2, Jakarta, Penerbit EGC, 1994.
Drs. Syaifuddin, B.Ac, Anatomi Fisiologi, Edisi Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel