ASKEP STEVEN JHANSEN

KATA PENGANTAR

          Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas rahmat dan karunianya kepada kami kelompok II , sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM  IMUNOLOGI SINDROM STEVEN JHONSON “
           Makalah ini penulis susun dalam memenuhi tugas mata kuliah KMB I pada keperawan medical bedah .Dalam makalah ini penulis menyadari banyak kekurangan di sana sini baik dalam penulisan kata,penyusunan makalah ataupun dari pada isi makalah ini sendidri,sebsb itu kami mohon maaf sebelumnya dan kritik yang sifanya membangun sangat kami harapkan dari semua pihak.
Dalam makalah ini penulis banak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,oleh karna itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
  1. Ibu Dra.Megawati,S.kp,Ns,M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan saran kepada kami.
  2. Kepada seluruh teman-teman satu angakatan yang membantu dalam pembuatan atau mencari informasi tentang makalah ini.

Akhir kata penulis mengucakan banyak terima kasih semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan bagi rekan –rekan yang membacanya.






Medan, januari 2010



Penulis Kelompok II



DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………..i
Daftar isi………………………………………………………………………….ii
BAB I    : PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang………………………………………………………………...1
  2. Tujuan Penulisan………………………………………………………………1
  3. Tujuan Umum……………………………………………………………...1
  4. Tujuan Khusus……………………………………………………………..1

BAB II   :TINJAUAN TEORITIS
  1. Pengertian…………………………………………………………………….2
  2. Etiologi………………………………………………………………………..2
  3. Patofisiologi…………………………………………………………………..2
  4. Tanda dan Gejala………………………………………………………………2
  5. Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………….3
  6. Komplikasi…………………………………………………………………….3
  7. Penatalaksanaan……………………………………………………………….4.


BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN
  1. Pengkajian………………………………………………………………………5
  2. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………5
  3. Rencana Tindakan Keperawatan……………………………………………….6

Daftar Pustaka  ……………………………………………………………………iii






BAB I

PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
      Menurut Websters New World Medical Dictionary Sindrom Steven Jhonson di defenisikan sebagai reaksi alergi sistemik yang menyerang keseluruhan tubuh dengan karakteristik berupa rash atau kemerahan yang mengenai kulit atau selaput lender,termasuk selaput lender mukosa mulut .penyakit ini di sebabakan reaksi hipersensitivitas (alergi) terhadap obat atau virus tertentu.Dan sindrom ini merupakan suatu kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus yang di tandai oleh trias kelainan pada kulitvesikolobulosa,mukosa orifisium,serta mata di sertai gejala berat . Sinonimnya antara lain sindron de friessniger rendu,eritema eksudativummultiform mayor ,eritema poliform bulosa ,sindrom muko kutaneo ocular,dermatostomatitis.Nama ini berasal dari Dr.Albert Mason Steven dan Dr.Frank Chambliss Jhonson dokter anak dari amerika yang mempublikasikanya tahun 1922.Di laporkan bahwa kejadian penyakit ini 1 di antara 1 juta penduduk pertahun.Di amerika di temukan sekitar 300 kasus dalam 1 tahun. Di Indonesia belum ada angka pasti hanya di perkirakan  1 dari 2000 orang yang mengkomsumsi antibiotic penicillin yang terkena sindrom steven jhonson ini .
  1. TUJUAN PENULISAN
  2. Tujuan Umum
    Untuk dapat menggambarkan secara nyata asuhan keperawatan pada klien gangguan system integument Sindrom Steven Jhonson.
  1. Tujuan Khusus
  2. Dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan sindrom steven jhonson
  3. Dapat merumuskan diagnose keperawatan pada klien sindrom steven jhonson
  4. Dapat melaksanakan rencana keperawatan pada klien sindrom steven jhonson
  5. Dapat melakasanakn pelaksanaan keperawatan pada klien dengan sindrom steven jhonson
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

  1. Pengertian
Sindrom Stevens Johnson merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di oritisium(muara mulut) dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel / bula dapat disertai purpura.
  1. Etilogi
Sindrom Stevens Johnson merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di oritisium(muara mulut) dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel / bula dapat disertai purpura.
  1. Patofisiologi
Patofisiologi sindrom steven jhonson sukar di tentukan dengan pasti karna penyebabnya berbagai factor walaupun pada umumnya sering berkaiatn dengan respon imun terhadap obat penyakit ini juga di sebabkan oleh virus herpes simplek,influenza,mumps,cat stretch fever,histoplasmosis,atau reaksi alergi karna obat-obatan (diclofenac,fluconazole,valdecoxib,sitapglitin,penisilin,babiturtes,sulfonamide,phenytoin,azytromycin,modafinil,lamotrigyn,nevirapine,ibuproven,ethosuximide,carbamazepine,etambutol,tertraciclin,digitalis,kontrasepsi),makanan (coklat) fisik (udara dingin,sinar matahari,sinar x) penyakit collagen,keganasan (carcinoma)atau factor idiopatk(lebih dari 50 % . Sindrom steven jhonson juga di laporkan sebagai akiabat pemakaian obat herbal yang tidak umum yang mengandung gingseng atau juga di sebabkan pemakaian cocaine.Patogenesisnya sendiri sampai saat ini belum jelas walaupun sering di hubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe III (reaksi komplek imun) yang di sebabkan oleh oleh komplek soluble dari antigen atau metabolitnya dengan anti body igM dan igG dan reaksi hipersensitivitaslambat (delayed type hypersensitivity reaction type IV)adalah reaksi yang di mediasi oleh limposit T yang spesifik.

  1. Tanda dan Gejala
Gejala prodromal berkisar antara 1-14 hari berupa demam ,malaise,batuk,korizal,sakit menelan,nyeri dada,muntah,pegel otot,dan atralgia yang sangat bervariasi dalam derajat berat akan timbul lesi.
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia kurang dari 3 tahun. Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita dapat berespons sampai koma. Mulainya dari penyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, dan nyeri tenggorokan.
Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa :
  • Kelainan kulit
  • Kelainan selaput lendir di orifisium
  • Kelainan mata
  1. Kelainan Kulit
Kelainan kulit terdiri atas eritema, papul, vesikel, dan bula. Vesikel dan bula kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Dapat juga disertai purpura.

  1. Kelainan Selaput lender di orifisium
Kelainan di selaput lendir yang sering ialah pada mukosa mulut, kemudian genital, sedangkan dilubang hidung dan anus jarang ditemukan.
Kelainan berupa vesikal dan bula yang cepat memecah hingga menjadi erosi dan ekskoriasi serta krusta kehitaman. Juga dapat terbentuk pescudo membran. Di bibir yang sering tampak adalah krusta berwarna hitam yang tebal.
Kelainan di mukosa dapat juga terdapat di faring, traktus respiratorius bagian atas dan esophagus. Stomatitis ini dapat menyeababkan penderita sukar/tidak dapat menelan. Adanya pseudo membran di faring dapat menimbulkan keluhan sukar bernafas.
  1. Kelainan Mata
Kelainan mata yang sering ialah konjungtivitis, perdarahan, simblefarop, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.
  1. Pemeriksaan Penunjang
  • Laboratorium : Biasanya dijumpai leukositosis atau eosinofilia. Bila disangka penyebabnya infeksi dapat dilakukan kultur darah.
  • Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah merah, degenerasi lapisan basalis. Nekrosis sel epidermal dan spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
  • Imunologi : Dijumpai deposis IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.
  1. Komplikasi
Komplikasi yang tersering ialah bronkopneumonia, kehilangan cairan / darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok. Pada mata dapat terjadi kebutaan karena gangguan lakrimal.
  1. Penatalaksanaan
Pada  sindrom Stevens Johnson pengangannya harus tepat dan cepat. Penggunaan obat kostikosteroid merupakan tindakan life-saving. Biasanya digunakan Deksamethason secara intravena, dengan dosis permulaan 4-6 X 5 mg sehari. Pada umumnya masa kritis dapat diatasi dalam beberapa hari dengan perubahan keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, sedangkan lesi lama mengalami involusi.
Dampak dari terapi kortikosteroid dosis tinggi adalah berkurangnya imunitas, karena itu bila perlu diberikan antibiotic untuk mengatasi infeksi. Pilihan antibiotic hendaknya yang jarang menyebabkan alergi, berspekrum luas dan bersifat bakterisidal. Untuk mengurangi efek samping kortikosteroid diberikan diet yang miskin garam dan tinggi protein.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah mengatur kseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi. Bila perlu dapat diberikan infuse berupa Dekstrose 5% dan larutan Darrow.
Tetapi topical tidak sepenting terapi sistemik untuk lesi di mulut dapat diberikan kenalog in orabase. Untuk lesi di kulit  pada tempat yang erosif dapat diberikan sofratul atau betadin.


BABA III
ASUHAN KEPERAWATAN
  1. Pengkajian
  2. Data Subyktif
  • Klien mengeluh demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek, dan  nyeri tenggorokan / sulit menelan.
  1. Data Obyektif
  • Kulit eritema, papul, vesikel, bula yang mudah pecah sehingga terjadi erosi yang luas, sering didapatkan purpura.
  • Krusta hitam dan tebal pada bibir atau selaput lendir, stomatitis dan pseudomembran di faring
  • Konjungtiva, perdarahan sembefalon ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.
  1. Diagnosa Keperawatan
  1. Gangguan rasa nyaman, demam, nyeri kepala, tenggorokan b/d adaya bula
  2. Gangguan pemenuhan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh s.d sulit menelan
  3. Gangguan integritas kulit s.d bula yang mudah pecah
  4. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit s.d kurang informasi
  5. Potensial terjadi infeksi sekunder s.d efek samping terpasangnya infus dan terapis steroid
  1. Rencana
No
Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
1.
Gangguan rasa nyaman, demam, nyeri kepala, tenggorokan b/d adaya bula
Tujuan :
Klien merasa nyaman dalam waktu 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Nyeri berkurang / hilang
Ekpresi muka rileks
  • Berikan kompres dingin
  • Berikan pakaian yang tipis dari bahan yang menyerap
  • Hindarkan lesi kulit dari manipulasi dan tekanan
  • Usahakan pasien bias istirahat 7-8 jam sehari.
  • Monitor balance cairan
  • Monitor suhu dan nadi tiap 2 jam
2.
Gangguan pemenuhan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh b/d sulit menelan
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi selama perawatan
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Diet yang disediakan habis
Hasil elektrolit serum dalam batas normal
  • Kaji kemampuan klien untuk menelan
  • Berikan diet cair
  • Jelaskan pada klien dan keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi kesembuhan klien
  • Monitoring balance cairan
  • Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi dan gangguan elekrolit
  • K/P kolaborasi untuk pemasangan NGT
3.
Gangguan integritas kulit b/d bula yang mudah pecah
Tujuan :
Kerusakan integritas kulit menunjukan perbaikan dalam waktu 7-10 hari
Kriteria hasil :
Tidak ada lesi baru
Lesi lama mengalami involusi
Tidak ada lesi yang infekted
  • Kaji tingkat lesi
  • Hindarkan lesi dari manipulasi dan tekanan
  • Berikan diet TKTP
  • Jaga linen dan pakaian tetap kering dan bersih
  • Berikan terapi topical
  • sesuai dengan program
4.
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit s.d kurang informasi
Tujuan :
Pengetahuan klien/keluarga akan meningkat setelah diberikan penyuluhan kesehatan
Kriteria hasil :
Klien/keluarga mengerti tentang penyakitnya
Klien/keluarga kooperatif dalam perawatan /pengobatan
  • Kaji tingkat pengetahuan klien/ keluarga tentang penyakitnya
  • Jeslakan proses penyakit dengan bahasa yang sederhana
  • Jelaskan tentang prosedur perawatan dan pengobatan
  • Berikan catatan obat-obat yang harus dihindari oleh klien
5.
Potensial terjadi infeksi sekunder b/d efek samping terpasangnya infus dan terapis steroid
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi sekunder selama dalam perawatan
Kriteria hasi :
Tidak ada tanda infeksi
  • Hindari lesi kulit dari kontaminasi
  • Dresing infus dan lesi tiap hari
  • Kaji tanda –tanda infeksi lokal maupun sistemik
  • Ganti infus set dan abocatin tiap 3 hari
  • Kolaborasi untuk pemeriksaan Ro thorax dan labortorium


DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz.H. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta: Salemba Medika

Priharjo, Robert. 1995. Teknik Dasar Pemberian Obat. Jakarta: EGC
http://www. medicastore. com.

Arief manjoer,2001. Kapita selekta Kedokteran, Jakarta :EGC

Doengoes Maryylin,2000,Asuhan Keperawatan,Jakarta :EGC

0 Response to "ASKEP STEVEN JHANSEN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel