Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diare

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
      Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan / tanpa darah atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi atau anak yang sebelumnya sehat.
      Diare adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan sengan demikian kandungan air pada tinja lrbih banyak dari biasanya.
      Diare adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat sampai atau 14 hari.
(Arif Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 2, Media Aesculapius, hal 470) & (Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga Edisi II, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid A Edisi III, hal 179)
      Penyakit diare banyak diderita masyarakat status sosialnya rendah / ekonomi redah. Keluarga tidak mengetahui cara menanggulangi diare tersebut lalu anak tersebut dibawa ke Puskesmas Simalingkar. Kebanyakan yang menderita diare adalah anak-anak. Pengobatan secara cepat jika ditunda akan dapat mengakibatkan kritis dan kematian.

  1. Tujuan Penulisan
      Dalam penulisan makalah ini ada dua tujuan yang harus dicapai yaitu:
  1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang penerapan proses keperawatan pada asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan system saluran pencernaan (diare) di Puskesmas Simalingkar.


  1. Tujuan Khusus
  • Mengadakan / melaksanakan pengkajian pada anak dengan pemenuhan cairan dan elektrolit
  • Merumuska diagnosa keperawatan pada anak dengan gangguan system pencernaan
  • Merencanakan dan menentukan tindakan keperawatan pada pasien diare
  • Melaksanakan rencana tindakan yang telah direncanakan
  • Mengevaluasi hasil tindakan pada pasien anak dengan diare

  1. Metode Penulisan
      Dalam penulisan makalah ini menggunakan metode sebagai berikut:
  • Observasi yaitu penulisan melakukan pengamatan langsung pada pasien dan keluarga pasien
  • Wawancara (anamnese) yaitu dengan menganamnese secara langsung
  • Studi pustaka yaitu dengan membaca buku yang ada hubungannya dengan diare untuk memperoleh data yang lengkap

  1. Sistematika Penulisan
      Adapun penulisan sistematika makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS
  • Tinjauan teoritis medis
Defenisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, medikal manajemen


  • Tinjauan teoritis keperawatan
Asuhan keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi, rasionalisasi, evaluasi

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB IV PEMBAHASAN
Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

BAB V PENUTUP
Kesimpulan dan saran

BAB II
LANDASAN TEORITIS

  1. Tinjauan Teoritis Medis
    1. Defenisi
      • Diare adalah suatu keadaan dimana seseorang buang air besar encer, biasanya 4 kali atau lebih dalam 24 jam, kadang-kadang disertai dengan muntah, badan lesu, atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran. Namun tidak semua mencret itu diare, misalnya pada bayi kurang dari 1 bulan yang dapat buang air besar lebih dari 5 kali / hari.
(Arif Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 2, Media Aesculapius, hal 470)
  • Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal (cair) atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
(Hippocrates, Ilmu Kesehatan Anak, FK UI / RSCM, hal 108)
  • Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat). Kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml / 24 jam.
(Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, hal 179)

            Menurut MTBS, diare dengan dehidrasi dapat diklasifikasikan menjadi:
  1. Diare tanpa dehidrase
    • Keadaan umum :  baik / sadar
    • Mata :  normal / tidak nampak cekung
    • Air mata :  ada
    • Mulut dan lidah :  basah

  • Rasa haus :  minum biasa, tidak haus
  • Turgor kulit :  kembali cepat

  1. Diare dengan dehidrase ringan / sedang
  • Keadaan umum :  gelisah, rewel
  • Mata :  cekung
  • Air mata :  tidak ada
  • Mulut dan lidah :  kering
  • Rasa haus :  haus, ingin minum banyak
  • Turgor kulit :  kembali lambat

  1. Diare dengan dehidrase berat
  • Keadaan umum :  lesu, lunglai
  • Mata :  sangat cekung dan kering
  • Air mata :  sangat kering
  • Mulut dan lidah :  malas minum / minum tidak bisa
  • Rasa haus :  kembali sangat lambat
  • Turgor kulit :  tidak ada

  1. Etiologi
    1. Infeksi internal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi enternal sebagai berikut:
  • Infeksi bakteri: vibro, e-coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya
  • Infeksi virus: enterovirus (virus echo, coxsockie. Pollomyelitis), adenovirus, rotovirus, astrovirus dan sebagainya
  • Infeksi parasit: cacing cascaras, trichuris, oxyuris, strongyloides, protozoa centanoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis, jamur (candida albicans)
  1. Malabsorpsi: karbohidrat (intoleransi lactosa), lemak dan protein
  2. Makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
  3. Imunodefisiensi
  4. Psikologis: rasa takut dan cemas
(Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 2, Media Aesculapius, hal 470)

  1. Phatofisiologi
            Sebanyak kira-kira ± 9 – 10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap harinya berasal dari luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu, dan sebagainya). Sebagian besar (75% - 85%) dari jumlah tersebut akan direorbsi kembali di usus halus dan sisaya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan di usus besar akan diresorbsi, sehingga tersisa sejumlah 150 – 250 ml cairan yang akan ikut membentuk tinja.
            Faktor-faktor lai yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu sama lain, misalnya saja, cairan intraluminal yang mengikat menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis karea meningkatnya volume, sehingga motilitas usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan menyebabkan gangguan waktu peyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga penyerapan elektrolit, air, dan zat-zat lain terganggu.
(Ilmu Penyakit Dalam, hal 452)

  1. Manifestasi Klinis
    • Awalnya anak akan menjadi rewel dan gelisah
    • Nafsu makan berkurang
    • Demam
    • Tinja makin cair, mungkin mengandung darah atau lendir
    • Muntah
    • Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu
    • Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam
    • Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi
    • Berat badan menurun
    • Tonus dan turgor kulit berkurang
    • Selaput lendir mulut dan bibir kering
(Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 2, Media Aesculapius)

  1. Komplikasi
            Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:
  1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik)
  2. Renjatan hipovolemik (gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat, dan kecil sehingga tekanan darah menurun)
  3. Hipokalemia (dengan gejala meteorimus, hiptomi otot, lemah, bradikurdia)
  4. Asidosis metabolic ini bisa terjadi karena:
  • Kehilangan NaHCO3 melalui tinja diare
  • Ketosis kelaparan
  • Produk-produk metabolic yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena oliguria / anuria)
  • Berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasetl ke cairan intra sel
  • Penimbunan asam laktat (anoksida jaringan)
  1. Hipoglekimia (penurunan kadar glukosa dalam darah)
  1. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase
  2. Kejang terjadi pada dehidrasi hipetonik
  3. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik)
(Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit)

  1. Medical Management
    1. Therapy umum
  • Istirahat
Rehidrasi secepatnya
  • Ringan: cukup oralit, jika tidak ada berikan air kelapa
  • Berat: infuse ringer lactate dan dektrosa 5% dan apabila perlu NaCl ditambah 1 ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml

  • Diet
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg sejenis makanannya adalah:
  • Susu (asi atau susu formula yang mengandung laktosa rendah)
  • Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa
  • Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai atau tidak jenuh.

  • Medikamentosa
    • Obat pertama
  • Tetrasiklin 3 x 500 mg / hari selama 3 – 5 hari
  • Kloramfenikol 3 x 500 mg / hari selama 3 – 5 hari
  • Metronidazol 3 x 500 mg / hari 5 – 7 hari
Obat-obat tersebut diberikan sesuai dengan etiologinya
  • Obat alternative
    • Antimofilitas 3 x 1 tablet / hari selama 1 – 2 hari
Diteniksilat (lomotil)
Loperamid (Ionodium)
Kodein HCl / pospat
  • Antitemik
Metoklopropamia
Prokloprazin
Domperidon
(Prof. DR. Dr. A. Halim Mubin, Sp.PD. MSc, KPTI, 2000, Ilmu Penyakit Dalam, hal 296)

  1. Pemeriksaan penunjang
  • Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis.
PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest bila diduga terdapat intoleransi gula dalam tinja
  • Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap: analisis gas darah elektrolit (terutama natrium, kalium, kalsium dan pospor serum pada diare yang disertai kejang)
  • Pemeriksaan kadar ureum dan kreatini darah untuk mengetahui ginjal
  • Duolenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik
(Arif Mansjoer dkk, Kapita Selekta Kedoktera, Edisi Ketiga, Jilid 2, Media Aesculapius)


  1. Teori Keperawatan
Pengkajian
  • Kaji riwayat gstro entretis
  • Kaji status dehidrasi: ubun-ubun, turgor kulit, mata, membrane mukosa mulut
  • Kaji tinja: jumlah, warna, bau, konsistensi dan frekuensi buang air besar
  • Kaji intake dan out put
  • Kaji berat badan
  • Kaji tanda-tanda vital
(Suriadi, S.Kp dkk, 2001, hal 86 – 87)

  1. Diagnosa Keperawatan
    • Kurangnya volume cairan yang berhubugan dengan seringnya buang air besar dan encer
    • Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar
    • Resiko tinggi terjadi infeksi pada orang lain berhubungan dengan infeksi kuman diare
    • Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake menurunnya absorbsi makanan dan cairan
    • Penurunan pola aktivitas berhubungan dengan kondisi anak lemas
    • Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi dan kurang pengetahuan

  1. Intervensi / Implementasi
Diagnosa I
Kurang volume cairan dengan seringnya buang air besar cair dan encer.
Intervensi / Implementasi:
  • Kaji status hidrasi: ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membrane mukosa
  • Kaji pengeluaran urin
  • Kaji pemasukan dan pengeluaran
  • Monitor tanda-tanda vital
  • Pemeriksaan laboratorium sesuai program elektrolit: PH dan serum albumin
  • Pemeriksaan cairan dan elektrolit sesuai protocol (dengan oralit dan cairan parenteral bila diindikasikan)
  • Pemberian obat anti diare antibiotic sesuai program
  • Anak diistirahatkan

Diagnosa II
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar.

Intervensi / Implementasi:
  • Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar
  • Gunakan kapas lembab dan sabun bayi untuk membersihkan anus setiap buang air besar
  • Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab
  • Ganti popok / kain apabila lembab atau basah
  • Gunakan obat cream bila perlu perawatan perineal

Diagnosa III
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan terinfeksi kuman dari diare atau kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyebaran penyakit.

Intervensi / Implementasi:
  • Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orag tua dan pengunjung
  • Segera bersihkan dan angkat bekas buang air besar dan tempatkan pada tempat yang khusus
  • Gunakan standar pencegahan universal (seperti: gunakan sarung tangan dan lainnya)
  • Tempatkan pada ruangan yang khusus

Diagnosa IV
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake dan menurunnya absorbsi makanan oleh cairan.

Intervensi / Implementasi:
  • Timbang berat badan setiap hari
  • Monitor intake dan out put
  • Setelah dehidrasi, berikan minum oral dengan sering dan makanan yang sesuai dengan diet dan usia atau berat badan anak
  • Hindari minuman buah-buahan
  • Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
  • Bagi bayi, asi tetap diteruskan
  • Bila bayi tidak toleran denga asi berikan formula yang rendah laktosa

Diagnosa V
Penurunan pola aktivitas berhubungan dengan kondisi anak dan dirawat di Puskesmas Simalingkar.



Intervensi / Implementasi:
  • Rangsang aktifitas anak agar dapat mengurangi rasa jenuh dari bedrest, latihan duduk
  • Sediakan mainan yang dapat merangsang dan menghibur anak
  • Adakan komunikasi therapeutik
  • Gunakan mainan dan gambaran yang berwarna cerah serta berstimulasi dan berbagi suasana
  • Jelaskan semua prosedur pada anak / orang tua, beri penjelasan bahwa hal tersebut layak untuk tingkat perkembangan

Diagnosa VI
Perubahan proses keluarga berhubungan degan krisis situasi dan kurangnya pengetahuan.

Intervensi / Implementasi:
  • Kaji tingkat pengetahuan orang tua
  • Ajarkan tentang prinsip diet dan kontra diare
  • Jelaskan tentang pentingnya kebersihan
  • Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan


BAB III
TINJAUAN KASUS

  1. Biodata
    1. Identitas pasien
Nama                                        :  An. J
Umur                                         :  4 tahun
Jenis kelamin                          :  Perempuan
Agama                                      :  Kristen Protestan
Alamat                                       :  Jl. Fanili No. 70
Tanggal masuk                        :  4 – 12 – 07
No register                                :  306411
Ruang                                       :  Puskesmas Simalingkar
Diagnosa                                  :  Diare

  1. Penanggung jawab pasien
Nama                                        :  Tn. K
Umur                                         :  40 tahun
Pekerjaan                                 :  Pegawai Negeri
Alamat                                       :  Jl. Fanili No. 70
Hubungan                                :  Orang tua pasien

  1. Alasan datang ke Puskesmas Simalingkar
Pasien mencret sejak 3 hari yang lalu dengan mencret 6 kali / hari dan muntah 3 kali / hari.





  1. Genogram













Keterangan:
                  : laki-laki


                  : perempuan


                  : garis perkawinan


                  : garis keturunan

                  : tinggal dalam satu rumah


                  : pasien

  1. Data Kesehatan Individu / Riwayat Kesehatan
    1. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien tiba di Puskesmas Simalingkar bersama orang tua tanggal 4 Desember 2007 dengan keluhan demam naik turun.
Demam turun dengan obat penurun panas sejak 3 hari yang lalu mencret ± 6 kali / hari, air lebih banyak dari ampas, lendir positif, hijau positif, volume terdiri dari 3 sendok setiap kali muntah positif, sejak 3 hari ini bila minum / makan frekuensi ± 4 kali / hari, volume lebih kurang dari ¼ gelas setiap kali perut kembung dan 2 hari ini BAK.

  1. Riwayat kesehatan masa lalu
    1. Riwayat kelahiran
Pasien lahir spontan, berat badan lahir 3400 gram, panjang badan lahir 50 cm ditolong oleh bidan di klinik bersalin, kelainan bawaan tidak ada, pasien lahir aterin.

  1. Riwayat penyakit
Setelah kelahiran pasien, pasien hanya pernah sakit demam, batuk, lalu orang tua pasien membawa ke Puskesmas. Setelah 1 – 2 hari pasien langsung sembuh.

  1. Perkembangan fisik
Pada umur 4 bulan tengkurap, umur 6 bulan mulai tumbuh gigi pertama, umur 8 bulan mulai duduk dan merangkak, umur 1 tahun mulai bicara sepatah dua patah kata.

  1. Riwayat makanan
Pasien mendapat ASI sejak lahir, pada umur 4 – 6 bulan sudah mendapat bubur susu promina, umur 6 – 8 bulan mendapat nasi tim dan sampai sekarang pasien masih mendapat ASI.

  1. Imunisasi
Pasien sudah pernah mendapat imunisasi tetapi belum lengkap.

  1. Riwayat alergi
Sampai saat ini pasien belum pernah mendapat alergi terhadap makanan maupun obat-obatan yang pernah diberikan.

  1. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit keturunan atau penyakit berbahaya lainnya.

  1. Kebiasaan Sehari-Hari
    1. Makanan
Sebelum pasien sakit pola makan pasien teratur 3x sehari, makanan yang disukai roti tawar dan makanan pantangan tidak ada.
Setelah pasien mengalami sakit diare pola makan 3x sehari, jenis diet bubur ayam, nafsu makan berkurang, porsi yang disediakan hanya ¼ yang habis.

  1. Minuman
Sebelum mengalami penyakit diare pasien minum ASI, air putih dan ditambah susu Dancow 1 gelas setiap hari, setelah pasien mengalami penyakit diare pasien minum air putih saja.

  1. Eliminasi
    • BAK
Sebelum masuk Puskesmas frekuensi BAK 4x sehari, warna kunig jerbih, baunya khas dan tidak ada kelainan.
Setelah masuk ke Puskesmas BAK 5 kali sehari, warna kuning jernih, baunya khas dan tidak ada kelainan.



  • BAB
Sebelum masuk ke Puskesmas pasien BAB 2 – 3 kali sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning dengan bau khas.
Sesudah masuk ke Puskesmas keadaan BAB pasien tidak normal ± 6 kali sehari dengan konsistensi encer dan volume ± 100 cc.

  1. Pola tidur / istirahat
Sebelum masuk ke Puskesmas pasien tidur siang ± 2 jam dan tidur malam 7 – 8 jam / hari.
Setelah masuk ke Puskesmas pasien tidur siang tidak teratur dan tidur malam 5 – 6 jam / hari, pasien merasa gelisah, sulit tidur malam dan rewel.

  1. Personal hygiene
Sebelum masuk ke Puskesmas pasien melakukan personal hygiene dibantu oleh ibu pasien, mandi 2 kali sehari dan mengganti bagu setiap kali mandi.
Setelah masuk ke Puskesmas pasien hanya di lap oleh ibu pasien setiap pagi dan sore.

  1. Aktivitas
Sebelum masuk ke Puskesmas pasien mampu melakukan aktivitas sehari-har seperti bermain-main bersama keluarga.
Setelah masuk ke Puskesmas, pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari karena pasien dianjurkan untuk istirahat.

  1. Pemeriksaan Fisik
    1. Tanda vital
Keadaan umum                         :  lemah
Kesadaran                                  :  compos metis
Nadi                                              :  120 x/i
Pernafasan                                 :  28 x/i
Suhu                                            :  380C
TB                                                 :  85 cm
BB sebelum ke Puskesmas     :  8,7 kg
BB sesudah ke Puskesmas     :  7,5 kg
Dalam waktu                               :  7 hari

  1. Pemeriksaan head to too
    • Kepala / rambut
Bentuk kepala bulat simetris, rambut lurus berwarna hitam, kulit kepala bersih.

  • Mata
Mata sedikit cekung, pupil isokor kanan kiri, konjungtiva tidak anemis sclera tidak icterus.

  • Hidung / penciuman
Polip tidak ada peradangan, tidak ada kelainan struktur, pendarahan dan peradangan tidak ada.

  • Pendengaran / telinga
Tidak ada kelainan struktur, tidak ada serumen, tidak ada tanda-tada peradangan. Fungsi pendengaran baik dan dapat mendengar dengan baik.

  • Mulut
Rongga mulut bersih, tidak terdapat carices di gigi, mukosa mulut kering.

  • Thorax
Bentuk dada simetris fosifermis, frekuesi pernafasan 28 kali dan tidak ada nyeri pada dada.

  • Jantung
Tidak ada riwayat penyakit jantung, nyeri dada tidak ada, denyut jantung teratur, HR: 120 x/i, RR: 28 x/i.

  • Abdomen
Bentuk abdomen simetris, kulit jelek, nyeri tekanan tidak ada, massa atau benjolan tidak ditemui dan tidak ada pen.

  • Ekstremitas
Pada ekstremitas atas dan bawah tidak ada oedem.

  1. Data Fokus
Data Subjektif
  1. Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami mencret sejak 3 hari yang lalu.
  2. Ibu pasien mengatakan selera makan anaknya berkurang.
  3. Ibu pasien mengatakan anaknya selalu rewel dan gelisah.
  4. Ibu pasien selalu bertanya-tanya tentang penyakit anaknya.

Data Objektif
  1. Mencret 6 kali / hari, keadaan umum lemah, konsistensi encer dan berlendir, mata agak cekung, mukosa bibir kering, HR: 120 x/i, RR: 28 x/i, Temp: 380C.
  2. BB awal 8,7 kg, BB akhir 7,5 kg, diet yang disajikan hanya habis ¼ porsi diet bubur ayam.
  3. Keadaan umum lemah, temperatur 380C pasien tampak gelisah dan rewel.
  4. Ekspresi wajah ibu tampak bingung dan cemas.

  1. Data Penunjang
Diagnosa medis: Diare

  1. Therapy
Metronidazole (250) 4 x 1
Paracetamol 3 x 1
Diaform 2 x 1
B6 2 x 1


















ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Masalah
1
DS:
Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami mencret sejak 3 hari yang lalu dengan frekuensi ± 100 cc

DO:
TD: 120 x/i
RR: 28 x/i
Bibir kering
Konsistensi encer dan berlendir
Mata agak cekung
Cairan intra lumial meningkat
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2
DS:
Ibu pasien mengatakan anaknya selalu rewel dan gelisah

DO:
Keadaan umum lemah
Temperatur 380C
Pasien tampak gelisah dan rewel
Penyerapan elektrolit air, zat-zat lain terganggu
Gangguan rasa nyaman demam
3
DS:
Ibu pasien mengatakan selera makan anaknya berkurang

DO:
Keadaan umum lemah
BB awal 8,7 kg
BB akhir 7,5 kg
Diet disajikan hanya habis ¼ porsi
Diet bubur ayam
Intake tidak adekuat
Gagguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
4
DS:
Ibu pasien selalu bertanya tentang penyakit anaknya

DO:
Ekspresi wajah ibu tampak bingung dan cemas
Kurangnya pengetahuan penyakit diare
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi pembatasan diet, tanda dan gejala dehidrasi


  1. Perumusan Masalah
    1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan degan seringnya buang air besar ditandai dengan mukosa, bibir kering, keadaan umum lemah, mata agak cekung.
    2. Gangguan rasa nyaman demam berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh ditandai dengan keadaan umum lemah, temperatur 380C, pasien tampak rewel dan gelisah.
    3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat ditandai dengan diet yang disajikan hanya habis ¼ porsi.

  1. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pembatasan diet, tanda dan gejala dehidrasi berhubungan dengan penatalaksanaan regimen therapeutic ditandai dengan ekspresi wajah ibu tampak bingung dan cemas.

Prioritas Masalah
  1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan seringnya buang air besar ditandai dengan TD: 120 x/I, RR: 28 x/I, mecret 6 kali / hari, mukosa bibir kering, keadaan umum lemah, mata agak cekung, konsistensi encer dan berlendir, turgor kulit cepat kembali.
  2. Gangguan rasa nyaman demam berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh ditandai dengan keadaan umum lemah, temperatur 380C pasien tampak rewel dan gelisah.
  3. Gangguan pemeliharaan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat ditandai dengan keadaan umum lemah. BB awal 8,7 kg, BB akhir 7,5 kg, diet yang disajikan hanya habis ¼ porsi, diet bubur ayam.
  4. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pembatasan diet, tanda dan gejala, dehidrasi berhubungan dengan penatalaksaaan regimen therapeutic ditandai dengan ekspresi wajah ibu tampak bingung dan cemas.

  1. Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan I
Gangguan keseimbangan cairan elektrolit b/d seringnya buang air besar d/d HR: 120 x/I, RR: 28 x/I, mencret 6 kali / hari, bibir kering, keadaan umum lemah, mata agak cekung, konsistensi encer dan berlendir.


Tujuan jangka panjang:
Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi.

Tujuan jangka pendek:
  • Intake dan out put terpenuhi
  • Turgor kulit baik
  • BAB dapat normal dengan konsistensi lembek

Intervensi:
  • Awasi tanda-tanda dehidrasi
  • Jelaskan kepada keluarga agar menghindari makanan dan minuman yang dapat merangsang usus
  • Berikan minuman dengan sering dalam jumlah kecil
  • Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti diare

Rasionalisasi:
  • Dengan mengatur vital sign diharapkan pasien dapat diketahui dengan mudah
  • Memantau tanda dan gejala dehidrasi diharapkan dapat diketahui sedini mungkin dalam therapi penggantian cairan untuk memperbaiki deficit
  • Menjelaskan kepada keluarga agar menghindari makanan dan minuman yang dapat merangsang / mengiritasi usus diharapkan tidak dapat memperberat penyakitnya
  • Memberikan minuman dengan sering dalam jumlah kecil ± 10 cc / 2 jam diharapkan dapat mendorong urinaria setiap 2 jam
  • Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti diare diharapkan diare dapat berkurang


Implementasi:
  • Memantau tanda dan gejala dehidrasi ubun-ubun dan mata cekung, selaput lendir, mulut dan bibir kering
  • Menjelaskan kepada keluarga agar menghindari makanan dan minuman yang dapat merangsang / mengiritasi usus diharapkan tidak memperberat penyakitnya
  • Memberikan minuman dengan sering dalam jumlah kecil ± 100 cc / 2 jam diharapkan dapat mendorong urinaria setiap 2 jam
  • Memberikan obat anti diare diaform 2 x 1

Evaluasi:
S      :  Ibu pasien mengatakan mencret anaknya sudah berkurang
O      :  Mencret anak berkurang dari 6 x sehari menjadi 3 x sehari
A      :  Masalah hanya sebagian teratasi
P      :  Rencana dan tindakan dilanjutkan

Diagnosa Keperawatan II
Gangguan rasa aman b/d peningkatan suhu tubuh d/d keadaan umum lemah temperatur 380C pasien tampak rewel dan gelisah.

Tujuan jangka panjang:
  • Rasa aman terpenuhi
  • Suhu tubuh kembali normal (360C – 370C)

Tujuan jangka pendek:
  • Pasien tampak tenang dan tidak rewel
  • Suhu tubuh kembali normal (360C – 370C)



Intervensi:
  • Beri baju tipis dan menyerap keringat
  • Kompres anak dengan air dingin pada dahi / axial
  • Beri anak banyak minum air putih 100 cc / 2 jam
  • Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik dan anti tusik

Rasionalisasi:
  • Dengan memberikan baju tipis dan menyerap keringat diharapkan suhu tubuh menurun
  • Mengkompres anak dengan air dingin pada dahi / axial diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh
  • Memberi anak banyak minum air putih 100 cc / 2 jam diharapkan dapat mengembalikan keseimbangan cairan yang hilang dari penguapan
  • Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan

Implementasi:
  • Memberikan baju tipis dan menyerap keringat
  • Mengkompres pasien dengan air dingin pada dahi / axila
  • Memberikan anak banyak minum air putih 100 cc / 2 jam
  • Memberikan obat anti piretik paracetamol 3 x 1

Evaluasi:
S      :  Ibu pasien mengatakan anaknya masih rewel dan gelisah
O      :  Suhu tubuh sedikit menurun dari 380C menjadi 37,50C anak masih rewel dan gelisah
A      :  Masalah belum teratasisepenuhnya
P      :  Rencana dan tindakan dilanjutkan

Diagnosa Keperawatan III
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d intake tidak adekuat d/d keadaan umum lemah, BB awal 8,7 kg, BB akhir 7,5 kg, diet yang disajikan ¼ porsi diet bubur ayam.

Tujuan jangka panjang:
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

Tujuan jangka pendek:
  • Diet yang disajikan dapat dihabiskan
  • BB kembali normal
  • Nafsu makan meningkat

Intervensi:
  • Monitor intake dan out put
  • Jelaskan kepada keluarga untuk menghindari pemberian jenis makanan yang dapat merangsang usus
  • Jelaskan kepada keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi proses penyembuhan penyakit
  • Beri pasien sedikit demi sedikit tapi sering dengan diet bubur ayam tinggi kalori tinggi protein
  • Kolaborasi dengan timgizi untuk memberikan makanan yang hangat

Rasionalisasi:
  • Memonitor intake dan out put diharapkan kebutuhan antara makanan dan minuman dapat seimbang
  • Menjelaskan kepada keluarga untuk menghindari pemberian jenis makanan yang dapat merangsang BAB. Diharapkan tidak dapat memperberat kondisi pasien serta tidak dapat meningkatkan peristaltic usus
  • Menjelaskan kepada keluarga (ibu pasien) tentang pentingnya utrisi bagi proses penyembuhan penyakit diharapkan keluarga dapat mengerti manfaat nutrisi yang dibutuhkan anak selama diare
  • Memberikan makanan sedikit demi sedikit dengan bubur ayam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat kembali seimbang dalam waktu cepat
  • Berkolaborasi dengan tim gizi untuk memberikan makanan yang hangat diharapkan dapat merangsang selera makan pasien

Implementasi:
  • Memonitor intake dan out put
  • Memberikan penjelasan kepada keluarga agar menghindari makanan dan minuman yang dapat merangsang usus / BAB
  • Memberikan penjelasan kepada keluarga (ibu pasien) tentang pentingnya nutrisi bagi proses penyembuhan penyakit
  • Memberikan diet bubur ayam tinggi kalori, tinggi protein dengan porsi sedikit demi sedikit tapi sering
  • Berkolaborasi dengan tim gizi untuk memberikan makanan yang hangat dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan

Evaluasi:
S      :  Ibu pasuen mengatakan selera makan anaknya sudah ada
O      :  Diet yang disajikan habis 1 porsi
A      :  Masalah sudah teratasi
P      :  Rencana tindakan dihentikan





Diagnosa Keperawatan IV
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi pembatasan diet tanda serta gejala dehidrasi b/d penatalaksanaan regimen therapeutic infebic d/d ekspresi wajah ibu tampak bingung dan cemas. Ibu dan keluarga sering bertanya-tanya tentang penyakit anaknya.

Tujuan jangka panjang:
Rasa cemas keluarga berkurang.

Tujuan jangka pendek:
  • Keluarga dapat mengerti tentang penyebab, gejala pembatasan diet serta kondisi anak
  • Keluarga dapat tenang kembali

Intervensi:
  • Bahas proses penyakit dengan istilah yang dapat dipahami keluarga
  • Jelaskan kepada keluarga dalam pembatasan diet yang tinggi serat dan tinggi lemak
  • Jelaskan tentang pentingnya mempertahankan keseimbangan intake dan out put
  • Jelaskan kepada keluarga tentang manfaat dari istilrahat yang adekuat
  • Ajarkan kepada keluarga untuk selalu mencuci tangan setelah membersihkan pada daerah perineal dan setelah membuang tinja anak

Rasionalisasi:
  • Dengan membahas proses penyakit dengan istilah yang dapat dipahami oleh keluarga diharapkan keluarga dapat mengerti arti, penyebab diare dan tindakan pencegahan
  • Menjelaskan kepada keluarga dalam pembatasan diet yang tinggi serat dan tinggi lemak diharapkan keluarga dapat mengerti bahwa makanan tersebut dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus
  • Dengan menjelaskan tentang pentingnya mempertahankan keseimbangan intake dan out put diharapkan keluarga mampu megenal apa yang menyebabkan terjadinya dehidrasi
  • Menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat dari istirahat yang adekuat diharapkan keluarga dapat mengerti bahwa aktivitas dapat menurunkan peristaltic usus
  • Mengajarkan kepada keluarga untuk selalu mencuci tangan setelah membersihkan pada daerah perineal dan setelah membuang tinja anak diharapkan keluarga mampu mencegah terjadinya kontaminasi atau infeksi silang

Implementasi:
  • Memberikan penjelasan kepada keluarga arti dari penyebab diare dan tindakan pencegahan pada anak yang menderita diare
  • Menjelaskan kepada keluarga dalam pengaturan diet yang tepat pada anak yang mengalami diare
  • Menjelaskan tentang pentingnya mempertahankan keseimbangan intake dan out put
  • Menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat dari istirahat yang adekuat
  • Menjelaskan kepada keluarga agar selalu mencuci tangan untuk mencegah terjadi kontaminasi atau infeksi silang





Evaluasi:
S      :  Ibu tidak bertanya-tanya lagi tentang penyakit anaknya
O      :  ibu sudah mengerti arti penyebab dan tindakan pencegahan pada anak yang menderita diare
A      :  Masalah sudah teratasi
P      :  Rencana dan tindakan dihentikan

BAB IV
PEMBAHASAN

            Pada Bab IV penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada An. J dengan gangguan sistem pencernaan diare ringan di Puskesmas Simalingkar Medan. Di sini juga penulis membahas antara kesenjangan yang terdapat pada konsep dasar keperawatan dengan penerapan asuhan keperawatan pada pasien. Pembahasan ini mecakup pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

  1. Pengkajian
      Pengkajian yang dilakukan pada An. J dengan gangguan sistem pencernaan diare ringan sesuai denga teori yang ada di tinjauan kepustakaan yaitu mulai dari langkah-langkah pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan diagnosa keperawatan data tersebut diperoleh dari keluarga pasien.
      Selama tahap pengumpulan data ini penulis menemukan sedikit hambatan yaitu dalam berkomunikasi dengan pasien, dikarenakan pasien yang masih balita, kenyataan tersebut menimbulkan sedikit kesulitan dalam pengambilan data subjektif ini. Penulis mengambil sebagian besar dari ibu yang selalu menemani Px selama berada di Puskesmas Simalingkar.
      Pengkajian yang dilakukan penulis pertama kali pada tanggal 06 Desember 2007 adapun data yang ada pada teoritis adalah:
  1. Anak menjadi rewel dan gelisah suhu tubuh meningkat
  2. Nafsu makan berkurang
  3. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah atau lendir
  4. Muntah
  5. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu
  6. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam
  7. Selaput lendir bibir dan mulut tampak kering
  8. Tonus dan turgor kulit berkurang
  9. Berat badan menurun
  10. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi.

Data yang muncul dari kasus adalah:
  1. Anak rewel dan gelisah, suhu tubuh meningkat
  2. Nafsu makan berkurang
  3. Selaput lendir bibir dan mulut tampak kering, mata agak cekung
  4. Berat badan menurun
  5. Ekspresi wajah ibu tampak bingung dan cemas
  6. Tinja cair dan berlendir

Adapun kesenjangan yang penulis temukan di tinjauan teoritis tidak sesuai dengan tinjauan kasus ada 4 yaitu:
  1. Muntah di tinjauan kasus tidak ditemukan karena sewaktu penulis mengkaji pasien tidak mengalami muntah tetapi hanya mencret
  2. Di tinjauan teoritis terdapat warna tinja menjadi kehijau-hijauan karena tercamput empedu sedangkan kasus tidak ditemukan karena pada saat mengkaji, penulis tidak menemukan perubahan warna pada tinja (warna tinja kuning)
  3. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam sedangkan di tinjauan kasus tidak ditemukan lecet karena setiap pasien siap BAB keluarga (ibu pasien) langsung membersihkan dengan tissue
  4. Tonus dan turgor kulit berkurang di tinjauan kasus tidak ditemukan karena sewaktu penulis mengkaji turgor kulit baik dan cepat kembali


  1. Tahap Diagnosa Keperawatan
      Di dalam tinjauan teoritis ditemukan 6 diagnosa yaitu:
  1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer
  2. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar
  3. Resiko tinggi terjadi infeksi pada orang lain berhubungan dengan terinfeksi kuman diare
  4. Perubahan utrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake dan menurunnya observasi makanan dan cairan
  5. Penurunan pola aktifitas berhubungan dengan kondisi anak dan dibawa ke Puskesmas Simalingkar
  6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi dan kurang pengetahuan

Di dalam tinjauan kasus ditemukan 4 diagnosa:
  1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan seringnya buang air besar ditandai dengan HR: 12 x/I, RR: 28 x/I, mukosa bibir kering, keadaan umum lemah, mata agak cekung, konsistensi encer dan berlendir, HB: 10,4 gr%, HR: 29,9 gr%, turgor kulit cepat kembali.
  2. Gangguan rasa nyaman demam berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh ditadai dengan keadaan umum lemah, temperatur 380C, pasien tampak rewel dan gelisah.
  3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat ditandai dengan keadaan umum lemah, BB awal 8,7 kg, BB akhir 7,5 kg, diet yang disajikan hanya habis ¼ porsi, diet MII bubur ayam.


  1. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, pembatasan diet, tanda dan gejala, dehidrasi berhubungan dengan penatalaksanaan regimen therapeutic ditandai ekspresi wajah ibu tampak bingung dan cemas.

      Adapun diagnosa keperawatan yang terdapat pada kasus tetapi tidak terdapat pada teori adalah:
Gangguan rasa nyaman demam berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh ditandai dengan keadaan umum lemah, temperatur 380C, pasien tampak rewel dan gelisah, leukosit 7,8 . 103 / mm3, mencret 6x / hari.
Diagnosa ini muncul karena pada saat mengkaji penulis melihat pasien demam dan rewel atau gelisah dan merupakan dx tambahan.

      Adapun diagnosa yang muncul pada teoritis tetapi tidak terdapat pada kasus ini:
  1. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar. Diagnosa ini tidak muncul karena pada saat mengkaji penulis tidak menemukan adanya tanda-tanda gangguan integritas kulit / lecet pada perianal dimana pasien yang penulis kaji masih dalam keadaan dehidrasi ringan dengan frekuensi BAB 6x / hari.

      Adapun diagnosa yang terdapat pada tinjauan teoritis dan terdapat pada tinjauan kasus:
  1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan seringnya buang air besar. Ditandai dengan HR: 12 x/I, RR: 28 x/I, mencret 6x / hari, mukosa bibir kering, keadaan umum lemah, mata agak cekung, konsistensi encer dan berlendir HB: 10,4 gr%, HT: 29,9 gr%, turgor kulit cepat kembali.
  2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat ditandai dengan keadaan umum lemah. BB awal 8,7 kg, BB akhir 7,5 kg, diet yang disajikan hanya habis ¼ porsi, diet mil bubur ayam.
  3. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pembatasan diet tanda dan gejala, dehidrasi berhubungan dengan penatalaksanaan regimen therapeutic ditandai dengan ekspresi wajah ibu tampak bingung dan cemas.

Diagnosa ini muncul karena sewaktu penulis mengkaji pasien terlihat:
  • Keadaan umum lemah, mata agak cekung konsistensi tinja encer dan berlendir
  • Berat badan menurun dan diet yang disajikan hanya habis ¼ porsi
  • Ekspresi wajah ibu tampak bingung dan cemas juga sering bertanya tentang penyakit anaknya

  1. Perencanaan
      Pada tahap ini perencanaan disusun menurut langkah-langkah asuhan keperawatan yaitu:
  1. Menentukan prioritas masalah
  2. Menentukan tinjauan dan kriteria
  3. Menentukan rencana tindakan

Perencanaan pada kasus ini dibuat berdasarkan keadaan pasien yang dapat diterapkan dan dilaksanakan. Dalam tahap perencanaan ini penulis tidak menemukan hambatan untuk melaksanakan tindakan keperawatan.

DX I
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan seringnya buang air besar ditandai dengan HR: 120 x/I, RR: 28 x/I, mencret 6x / hari, mukosa bibir kering, keadaan umum lemah, mata agak cekung, konsistensi encer dan berlendir HB: 10,4 gr%, HT: 29,9 gr%, turgor kulit cepat kembali.

Adapun intervensi pada teoritis:
  • Kaji status dehidrasi
  • Kaji out put – in put
  • Monitor tanda-tanda vital
  • Pemeriksaan lab
  • Pemeriksaan cairan dan elektrolit sesuai protocol
  • Pemberian obat anti diare
  • Anak diistirahatkan

Adapun intervensi pada kasus:
  • Monitor vital sign
  • Evaluasi tada-tanda dehidrasi
  • Pemberian obat anti diare
  • Kaji out put in put
  • Jelaskan kepada keluarga agar menghindari makanan dan minuman yag tidak merangsang usus
  • Berikan minuman dengan sering dalam jumlah kecil

Dari data di atas dapat kita lihat kesenjangan antara teoritis dan kasus:
  1. Pemeriksaan cairan dan elektrolit sesuai protocol ada dalam teoritis. Namun dalam kasus tidak ada karena selama pengkajian penulis tidak menemukan kelainan pada cairan (tinja).
  2. Anak diistirahatkan ada dalam teoritis namun dalam kasus tidak ada karena selama pengkajian penulis melihat pasien istirahat tetapi hanya menganjurka pada keluarga agar memperhatikan pasien.


Dalam intervensi kasus ada namun intervensi dalam teoritis tidak ada antara lain:
  1. Jelaskan kepada keluarga agar menghindari makanan dan minuman yang tidak merangsang usus ada dalam kasus namun tidak ada dalam teoritis. Hal ini dilakukan agar dapat menjaga kesehatan pasien lebih baik.
  2. Berikan minuman dengan sering dalam jumlah kecil ada dalam kasus namun tidak ada dalam teoritis. Hal ini dilakukan agar mempercepat kesembuhan pasien.

DX II
Gangguan rasa nyaman demam b/d peningkatan suhu tubuh d/d keadaan umum lemah, temperatur 380C pasien tampak rewel dan gelisah.

Adapun intervensi pada kasus:
  • Ukur vital sign
  • Beri baju tipis dan menyerap keringat
  • Kompres anak dengan air dingin pada dahi / axila
  • Beri anak banyak minum air putih 100 cc / 2 jam

Intervensi ini terdapat di kasus tetapi tidak ada di teoritis karena intervensi tersebut merupakan intervensi diagnosa tambahan.

DX III
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d intake tidak adekuat d/d keadaa umum lemah. BB awal 8,1 kg diet yang disajikan hanya habis ¼ porsi diet M II bubur ayam.



Adapun intervensi pada teoritis:
  • Timbang BB setiap hari
  • Monitor intake dan out put
  • Pemberian obat ati diare
  • Hindari minuman buah-buahan
  • Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
  • ASI diteruskan (bagi bayi)

Adapun intervensi pada kasus:
  • Monitor intake dan out put
  • Timbang BB
  • Jelaskan kepada keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi proses penyembuhan penyakit
  • Beri makanan sedikit demi sedikit tapi sering

Dari data di atas kita lihat kesenjangan antara teoritis dan kasus:
  1. Pemberian obat anti diare terdapat di teoritis tetapi tidak ada di kasus karena dalam pemberian ini penulis telah terapkan pada diagnosa I yaitu keseimbangan cairan
  2. Hindari minuman buah-buahan. Hal ini terdapat dapat teoritis, tetapi tidak di kasus karena sewaktu pengkajian penulis hanya menjelaskan tentang makanan / minuman yang dapat merangsang usus
  3. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan. Hal ini terdapat pada teoritis tetapi tidak ada di kasus. Hal ini tidak dilakukan oleh penulis dimana pasien masih balita ini diterangkan pada keluarga (ibu pasien)
  4. Pemberian ASI. Hal ini terdapat pada teoritis namun tidak terdapat pada kasus karena sewaktu melakukan pengkajian penulis melihat ibu pasien memberikan ASI sehingga penulis tidak memasukkan ke dalam intervensi kasus DX III.

Dalam intervensi kasus ada namun intervensi dalam teoritis tidak ada antara lain:
  1. Jelaskan kepada keluarga untuk meghindari pemberian jenis makanan yang dapat merangsang usus. Hal ini terdapat di kasus tetapi tidak terdapat di teoritis. Hal ini dilakukan agar keluarga mengerti tentang makanan yang merangsang usus dan menyebabkan BAB dan untuk kesembuhan pasien.
  2. Jelaskan kepada keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi proses penyembuhan penyakit. Hal ini terdapat dalam kasus tetapi tidak terdapat di teoritis. Hal ini dilakukan agar keluarga juga mendukung kesembuhan pasien.

DX IV
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pembatasan diet, tanda dan gejala dehidrasi b/d penatalaksanaan regimen terapeutik d/d ekspresi wajah ibu tampak bingung dan cemas.

Adapun intervensi pada teoritis:
  • Kaji tingkat pengetahuan orang tua
  • Ajarkan tentang prinsip diet dan kontra diare
  • Jelaskan tetang pentingnya kebersihan
  • Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan

Adapun intervensi pada kasus:
  • Bahas proses penyakit dengan istilah yang dapat dipahami keluarga
  • Jelaskan kepada keluarga dalam pembatasan diet yang tinggi serat dan tinggi lemak
  • Jelaskan tentag pentingnya mempertahankan keseimbangan intake dan out put
  • Jelaskan kepada keluarga tentang manfaat dari istirahat yang adekuat
  • Ajarkan kepada keluarga untuk selalu mencuci tangan setelah membersihkan pada daerah perianal dan setelah membuang tinja anak

Dari data di atas dapat kita lihat keseimbangan antara teoritis dan kasus:
  • Kaji tigkat pengetahuan orang tua. Hal ini ditemukan pada teoritis tetapi tidak ditemukan di kasus karena penulis hanya memberi penjelasan

Adapun intervensi kasus tetapi tidak ditemukan di teoritis:
  1. Jelaskan tentang pentingnya mempertahankan keseimbangan intake dan out put. Dalam kasus terdapat namun di teoritis tidak ditemukan. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kesehatan pasien.
  2. Jelaskan kepada keluarga tentang manfaat dari istirahat yang adekuat ada dalam kasus tetapi tidak ada di teori. Hal ini dilakukan agar keluarganya dapat mengerti arti dari pentingnya istirahat bagi keseimbangan anaknya.

  1. Pelaksanaan / Implementasi
      Pada tahap implementasi penulis melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan kondisi px.

  1. Evaluasi
      Dari 4 diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien An. J terdapat 3 diagnosa keperawatan sebagian teratasi:
  1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan seringnya buang air besar ditandai dengan HR: 120 x/I, RR: 28 x/I, mecret 6x / hari, mukosa bibir kering, keadaan umum lemah, mata agak cekung, konsistensi encer dan berlendir HB: 10,4 gr%, HT: 29,9 gr%. Turgor kulit cepat kembali. Masalah hanya sebagia teratasi karena pasien masih mengalami mecret 3x / hari, keadaan umum, konsistensi masih encer tetapi lendir tidak ada dari mukosa mulut mulai membaik.
  2. Gangguan rasa nyaman demam berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh ditadai dengan keadaan umum lemah, temperatur 380C, pasien tampak rewel dan gelisah. Masalah hanya sebagian teratasi karena suhu tubuh pasien menurun dari 380C menjadi 37,50C anak masih gelisah dan rewel.
  3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat ditandai dengan keadaan umum lemah. BB awal 8,7 kg, BB akhir 7,5 kg, diet yang disajikan hanya habis ¼ porsi diet MII bubur ayam. Masalah ini sebagian teratasi karena nafsu makan pasien sudah mulai meningkat dan porsi yang disajikan habis ½ porsi.

Sedangkan diagnosa yang sudah teratasi adalah:
  1. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pembatasan diet tanda dan gejala dehidrasi berhubungan dengan penatalaksanaan regiment terapeutik ditandai dengan ekspresi wajah ibu tampak bingung dan cemas. Masalah sudah teratasi karena keluarga (ibu pasien) sudah mengerti tentang arti penyebab dan tindakan pencegahan pada anak yang mengalami diare.








BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

            Setelah penulis menguraikan tentang asuhan keperawatan pada An. J dengan gangguan sistem pecernaan diare di Puskesmas Simalingkar Medan. Maka penulis mengambil kesimpulan dan saran yang mungkin dapat diterima demi kemajuan dalam bidag keperawatan.

  1. Kesimpulan
    1. Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja.
    2. Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal (cair) atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
    3. Diare adalah buang air besar (derekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair, kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 20 gram atau 200 ml / 24 jam.
    4. Pada rangkaian penulis memperoleh dari An. J gejala klinis diantaranya mata agak cekung, gelisah, rewel, suhu tubuh menurun 380C menjadi 37,50C, nafsu makan sudah ada, dengan diet yang disajikan ¼ menjadi ½ porsi mukosa bibir mulai baik, frekuensi anak BAB berkurang dari 6x sehari menjadi 3x sehari, BB menurun dari BB awal 8,7 kg menjadi 7,5 kg, rewel dan gelisah anak sudah mulai berkurang, konsistensi tinja masih encer, turgor kulit cepat kembali.
    5. Perencanaan keperawatan yang penting untuk pasien dengan diare dengan memberikan diet MI, bubur ayam TKTP dan memberikan pengobatan yang telah ditentukan serta memberi penjelasan dan penyuluhan tentang penyakit diare dan perawatan.
    6. Pelaksanaan tindakan keperawatan untuk menanggulangi masalah kesehatan pasien diare didasarkan atas rencana keperawatan yang telah ditetapkan yang dalam pelaksanaannya mendapat dukungan dari pihak keluarga pasien dan tim medis sehingga dapat berjalan dengan lancar dalam penyembuhan diare.
    7. Evaluasi tahap tindakan asuhan keperawatan yang diberikan ada 3 diagnosa keperawatan yang sebagian teratasi dan diagnosa keperawatan yang sudah teratasi.

  1. Saran
    1. Pasien
Diharapkan pada pasien supaya mau makan obat dan tidak cengeng sewaktu keluarga (ibu pasien) memberikan obat demi kesembuhan penyakitnya.

  1. Perawat
Diharapkan pada perawat dalam tim kesehatan yang ada di Puskesmas Simalingkar untuk meningkatkan pelayanan, pengobatan dan asuhan keperawatan secara aktif dan efisien.

  1. Keluarga
Pada keluarga agar mau berpartisipasi dalam memberikan kesehatan pada pasien dan rajin mengontrol anaknya demi penyembuhan pasien yang lebih baik.

  1. Masyarakat
Pada masyarakat umum, hendaknya selalu memperhatikan perubahan-perubahan pada keadaan anak-anaknya atau dirinya sendiri dan memeriksa sedini mungkin ke Puskesmas Simalingkar dan diharapkan dapat menjaga kebersihan diri atau lingkungan karena virus atau kuman juga dapat menyebabkan diare.


  1. Puskesmas
Diharapkan agar pihak Puskesmas lebih meningkatkan pelayanan dan fasilitas-fasilitas penunjang yang lebih baik guna memperbaiki setiap keadaan pasien yang ditangani dan tercapainya derajat kesehatan yang optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Hippocrates, 1999, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 1, Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan anak, FK UI Jakarta.
Mansjoer Arif, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Media Aesculapius FK UI.
Mubin – Halim, 2001, Ilmu Penyakit Dalam, FK UI, Jakarta.
Ngastiyah, 1999, Perawatan Anak Sehat, Jakarta EGC.
Noer Syaikoeliah, dkk, 1996, Ilmu Penyakit Dalam, FK UI, Jakarta.
Suriadi, dkk, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, Edisi 1, Jakarta.

0 Response to "Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diare"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel