Asuhan Keperawatan Pada Pasien DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

BAB I
LANDASAN TEORITIS

  1. Konsep Dasar
    1. Defenisi
            DHF (Dengue Haemorhagic Fever) adalah penyakit yang terdapat pada anak, remaja dan dewasa, dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang biasanya memburuk setelah 2 hari pertama.
(Arif Mansjoer, 2001; 428)
            DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
(Suriadi, S.Kp, 2001; 357)
            DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (antropodrun virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk  aedes (aedes albovirus dan aedes aegypti).
(Ngastiyah, 2005; 368)

  1. Etiologi
            Virus dengue sejenis arbovirus.
(Suriadi, S.Kp, Rita Yuliani S.Kp, 2001; 57)

  1. Phatofisiologi
Infeksi virus dengue

             Kompleks virus – antibodi                      Depresi sumsun tulang
                                   ↓                                                                ↓
                  Aktivasi komplemen                       Perdarahan trombositopenia
                                   ↓
               Pelepasan antihistamin
                                   ↓
     Permeabilitas membran meningkat
                                   ↓
                   Kebocoran plasma
                                   ↓
                         Hipokalemia
                                   ↓
       Renjatan hipokalemia, hipotensi
                                   ↓
                    Asidosis metabolik
(Suriadi, S.Kp, 2001; 58)

  1. Manifestasi Klinis
  • Demam mendadak
  • Badan terasa lemah
  • Nafsu makan berkurang, muntah
  • Nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut
  • Hari 2 dan 3 demam muncul bentuk pendarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan berupa pendarahan di bawah kulit (detekie, ekilxosis), pendarahan gusi, epitaksis sampai pendarahan yang hebat berupa muntah darah (haexaptoe) akibat pendarahan lambung melena dan hematuria
  • Terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam mulai turun antara hari 3 dan 7 dengan tanda anak semakin lemah, ujung-ujung juri, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab
  • Denyut nadi terasa cepat, kecil
  • TD menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.
(Ngastiyah, 2005; 343)

  1. Klasifikasi
    1. Kriteria klinis DHF menurut WHO 1986:
      • Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis. Demam disertai gejala yang tidak spesifik mis: anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang persendian dan kepala
      • Manifestasi pendarahan mis: uji torniket (+), petekie, ekimosis, epitaksis, pendarahan gusi, hematemesis, melena
      • Pembesaran hati dan nyeri tekan pada ikterus
      • Dengan / tanpa renjatanrenjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis yang buruk
      • Kenaikan nilai hemotokrit (hemokosenirasi) sedicirnya 20%.
(Arief Mansjoer, dkk, 2001; 429)

  1. Derajat beratnya DHF secara klinis dibagi sebagai berikut:
  • Derajat I (ringan) terdapat demam mendadak selama 2 – 7 hari disertai gejala klinis lain dengan manifestasi pendarahan teringan yang uji turniket (+) (cara uji turniket ialah pasang manset tensimeter pada elngan atas dan pompa sampai air raksa mencapai pertengahan tekanan sistolik dan diastolik, biarkan selama 5 menit. Bila setelah manset dibuka terdapat lebih dari 20 petekia pada daerah lengan bawah dengan diameter 2,8 cm dinyatakan positif)
  • Derejat II (sedang) ditemukan pendarahan akut dan manifestasi pendarahan lain
  • Derajat III ditemukan tanda-tanda renjatan
  • Derajat IV terdapat dengue shock syndrome dengan nadi dan TD yang tidak terukur
  • Diagnosis klinis perlu didorong dengan pemeriksaan serology
(Ngastiyah, 2005; 343)

  1. Pemeriksaan Diagnostik
    1. Pemeriksaan darah
Pada DHF terdapat trombositopenia dan hemokosentrasi (kenaikan nilai hemotokrit). Masa pembekuan masih normal, masa pendarahan biasanya memanjang. Pada pemeriksaan kimia adalah tampak SGOT, SGPT, mungkin meningkat.
  1. Air seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan.
  1. Uji serologi
  • Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum yang diambil pada masa akut dan konvateran yaitu uji peningkatan komplemen (PK) uji netralisasi (NI) dan uji dengue blat. Pada uji ini dicari kenaikan antibodi anti dengue sebanyak minimal 4 kali
  • Uji serologi memakai serum tunggal, yaitu uji dengue blot yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibosinya. Uji Ig M anti dengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas Ig M. Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya / antibodi antidengue
    1. Isolasi virus
Yang diperiksa adalah darah px dan jaringan.
(Arif Mansjoer, dkk, 2001; 429 & 431)

  1. Penatalaksanaan
            Pada dasarnya pengobatan px DBD bersifat simplematis dan suportif yang bersifat menunjang agar px dapat bertahan hidup. Pengobatan biasanya bersifat penurun demam dan menghilangkan rasa sakit pada otot dan sendi, istirahat mutlak dan banyak minum. Px yang menderita DHF sebaiknya harus dirawat di RS karena memerlukan pengawasan terhadap kemungkinan terjadi syok (pendarahan yang dapat mengancam keselamatan jiwa pasien)
  • DHF tanpa renjatan
    • Pemberian banyak minum 1 ½ - 2 liter dalam 24 jam (dapat diberikan teh manis, sirup, susu dan oralit lebih banyak)
    • Pada keadaan hiperpiteksia dapat diberi kompres, dingin dan obat antipiretik
  • DHF disertai renjatan
    • Pemberian cairan infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma
    • Pada px dengan renjatan berat dan berulang perlu dirawat di ruang ICU dan dipasang CUP (Central venous Pressure = pengaturan vena sentral) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui vena jugularis
    • Evaluasi tanda-tanda vital dilakukan lebih sering
    • Pemberian transfusi darah pada px dengan pendarahan gastrointestinal hebat.
(Ngastiyah, 2005; 370)

Petunjuk sebelum px dibawa ke RS
            Pada saat sedang berjangkit DBD, jika terdapat seorang px yang demam dan timbul bercak-bercak merah, berikan banyak minum (minum sirup, teh manis, atau apa saja).
Menurut pengalaman seseorang yang pernah dimuat dalam salah satu majalah Jawa (Jayabaya) dengan memberikan minum rebusan air kunyit asam, bercak-bercak merahnya dan demamnya akan hilang.

Cara membuat air kunyit asam
            Segenggam potongan kecil kunyit direbus sampai mendidih dibubuhi asam secukupnya dan gula jawa semanis-manisnya, kemudian disaring .
Makin bercak-bercaknya, berikan lebih banyak kunyitnya.
(Ngastiyah, 2005; 376)


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

  1. Pengkajian
Pemeriksaan fisik:
  • Tenggorokan
  • Gastrointestinal
    • Mual
    • Muntah
  • Denyut jantung
  • Konjungtiva
  • Kelenjar limfe
  • Kulit
  • Pada hari apakah ada nyeri tekan di epigastrium

  1. Diagnosa Keperawatan
DX 1
Kegagalan sirkulasi darah b/d adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah kedalam jaringan ekstra vaskuler d/d tubuh px menjadi lembab (edema), sakit perut yang hebat, anuria, dapat terjadi syok.

Tujuan:
Sirkulasi darah kembali normal dengan kriteria hasil syok tidak terjadi.

Intervensi
Rasionalisasi
·     Awasi TD secara kontinu




·     Awasi apakah px ada BAK / tidak



·     Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy cairan
·     Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (hipotensi syok) dapat terjadi sehingga memperburuk keadaan px (169)
·     Penurunan curah jantung dapat menimbulkan penurunan perfusi ginjal yang dimanifestasikan oleh penurunan haluaran urine (180)
·     Peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan hiperviskositas darah (potensial pembentukan trombus) atau mendukung volume sirkulasi / perfusi jaringan (180)

DX 2
Gangguan rasa nyaman nyeri b/d penyakit yang dialami d/d px meringis kesakitan skala nyeri 4 – 6 (sedang).

Tujuan:
Rasa nyeri berkurang dan px kembali merasa nyaman.

Intervensi
Rasionalisasi
·     Tanyakan px tentang nyeri/ Tentukan karakteristik nyeri mis: terus menerus, sakit, menusuk, dll. Buat tentang intensitas pada skala 0 – 10
·     Dorong px untuk menyatakan perasaan tentang nyeri


·     Dorong penggunaan tehnik relaksasi mis: disvalisasi bimbingan, imajinasi, aktivitas, hiburan yang tepat
·     Jadwalkan periode istirahat, berikan lingkungan yang tenang
·     Membantu px dalam mengkaji tingkat nyeri dan meningkatkan kontrol nyeri (190)


·     Takut ./ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri (190)
·     Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian. Menghilangkan ketidaknyamanan (190)
·     Penurunan kelemahan dan menghemat energi, meningkatkan kemampuan koping (190)

DX 3
Gangguan kesimbangan suhu tubuh b/d adanya dehidrasi, adanya virus d/d px engeluh demam, menggigil, temp 380C

Tujuan:
Suhu tubuh dapat terkontrol dengan baik.

Intervensi
Rasionalisasi
·     Awasi suhu tubuh


·     Beri kompres hangat


·     Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah)
·     Beri minum 1 ½ - 2 liter dalam 24 jam

·     Beri diit makanan cair dan lunak dalam porsi kecil tapi sering





·     Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy cairan



·     Kolaborasi dengan dokter di dalam pemberian obat mis: antipiretik
·     Demam dapat terjadi karena adanya infeksi dan dehidrasi (161)
·     Dapat membantu untuk meningkatkan vasodilatasi aliran balik vena (141)
·     Indikator langsung keadekuatan volume cairan (172)
·     Pemenuhan kebutuhan dasar cairan dapat menurunkan resiko dehidrasi (173)
·     Penurunan motolitas gaster dapat berefek merugikan pada digestif dan absorbsi makan sedikit tapi sering dapat meningkatkan digestif dan memenuhi kebutuhan cairan (61)
·     Dengan adanya penurunan masukan atau banyak kehilangan, penggunaan parenteral dapat memperbaiki / mencegah kekurangan (173)
·     Berguna untuk menurunkan demam(173)

(Ngastiyah, 2005; 372)
(Marilynn E. Doengoes, 1999)

  


DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marilynn, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mansjoer Arif dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Suriadi, 2001, Pengkajian Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 

0 Response to "Asuhan Keperawatan Pada Pasien DHF (Dengue Haemorhagic Fever)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel