Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dermatitis

BAB I
LANDASAN TEORITIS

  1. Pengertian / Defenisi
      Dermatitis adalah epidermo dermatitis dengan gejala subjek pruritis, obyektif tampak inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi dan pembentukan sisik.
(Arif Mansjoer, 2000, hal 86)

Dermatitis terbagi atas beberapa bagian, yaitu:
  • Dermatitis kontak (dermatitis venenata)
            Merupakan respons reaksi hifersensitivitas lambat tipe IV. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang bersifat eklematosa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik.
(Brunner and Suddarth, Vol 3, hal 1774)

  • Dermatitis atopik
            Suatu gangguan kulit kronik (sekelompok gangguan yang berkaitan), yang sering ditemukan pada penderita rinitis alergika dan asama serta diantara para anggota keluarga.
(Sylvia A. Price, 2005, hal 190)

  • Dermatitis statis (dermatitis hipostatis)
            Salah satu jenis dermatitis sirkulatorius, biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis varikosum sebab kawa utamanya insufisiensi vena.
(Arif Mansjoer, 2000, hal 92)


  1. Anatomi Fisiologi
Kulit dibagi menjadi dua lapisan:
  • Epidermis atau kutikula
            Tersusun atau epitelium berlapis dan terdiri atas sejumlah lapisan sel yang disusun atas dua lapisan yang jelas tampak: selapis lapisan tanduk dan selapis zona germinalis.
Lapisan epidermal, lapisan tanduk terletak paling luar dan tersusun atas tiga lapisan sel yang membentuk epidermis.
Stratum korneum, selanya tipis, datar, seperti sisik dan terus-menerus dilepaskan.
Stratum lusidum, selnya mempunyai batas tegas tetapi tidak ada intinya. Stratum granulosum, selapis sel yang jelas tampak berisi inti dan juga granulosum zona germinalis, terletak lapisan tanduk dan terdiri atas dua lapis sel epitel yang berbentuk tegas.
Sel berduri, yaitu sel dengan fibril halus yang menyambung sel yang satu dengan yang lainnya di dalam lapisan ini, sehingga setiap sel seakan-akan berduri.
Sel basal, sel ini memproduksi sel epidermis baru.

  • Dermis atau korium
            Tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastik. Pada permukaan dermis tersusun pupil-pupil kecil yang berisi ranting-ranting pembuluh darah kapiler. Ujung akhir saraf sensoris, yaitu putting peraba, terletak di dalam dermis. Ada beberapa kelenjar keringat yang berubah sifat yang dapat dijumpai di kulit di sebelah dalam telinga, yaitu kelenjar senimen.
            Kelenjar sebaseus ialah kelenjar kantong di dalam kulit. Bentuknya seperti botol dan bermuara di dalam polikel rambut, banyak terdapat di atas kepala, muka, sekitar hidung, mulut dan telinga. Kelenjarnya dan salurannya dilapisi sel epitel. Perubahan di dalam sel ini berakibat sekresi berlemak yang disebut sebum.

  1. Etiologi
      Penyebab dermatitis sebahagian besar merupakan respons kulit terhadap agen-agen, misalnya zat kimia, protein, bakteri dan fungus. Respons tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi ialah perubahan kemampuan tubuh yang di dapat dan spesifik untuk bereaksi.


  1. Patofisiologi
Alergen
Reaksi hipersensitivitas
Erythema / edema
Vesicula disertai vasodilatasi kulit
Mengeluarkan cairan (cozing)
Crusta → kropeng
Squama → sisik
Lichenifikasi (penebalan)
Excoriasi → lelet

  1. Manifestasi Klinis
      Subyektif ada tanda-tanda radang akut, terutama pruritis (sebagai pengganti dolor) selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (fungsio lesa).
      Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi, yang dapat timbul secara serentak atau berturut-turut.
      Pada dermatitis akut kelainan di epidermis berupa vesikel atau bula, spongiosis, edema intrasel dan eksositosis, terutama sel mononuklear. Kadang-kadang tampak krista menutupi epidermis. Dermis lembab, pembuluh darah melebar, di sekitarnya terdapat sebukan sel radang mononuklear.

  1. Penatalaksanaan
  • Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi anti histamin, atau kombinasi antihistamin – antiserotonin, anti bradikinin, anti SRS-A dan sebagainya. Pada kasus berat dapat dipertimbangkan pemberian fortikosteroid.
  • Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini:
  • Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis (sika) diobati dengan krim atau salep.
  • Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah persentase obat spesifik.
  • Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila sub akut, diberi losio (bedak kocok), pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik diberi salep.
  • Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim atau pasta: bila kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar dari pada krim.








BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Data Subjektif
      Bila terjadi cedera akut dari dermatitis kontak, sangat penting untuk mengetahui faktor penyebabnya agar dapat mencegah kontak ulang atau terhadap perubahan.

Data yang dikumpulkan:
  • Pengetahuan tentang faktor penyebab dan metode kontak.
  • Kemungkinan bisa kontak dengan bahan yang menimbulkan iritasi di rumah, tempat pekerjaan atau pada waktu kegiatan rekreasi
  • Riwayat tentang infeksi yang berulang-ulang, kemungkinan berkurangnya respon immunitas
  • Luasnya pruritis dan faktor yang membuat lebih parah.

Data Objektif
            Lesi diperiksa setiap hari untuk mengetahui apakah terdapat perubahan atau ada infeksi. Observasi dilaksanakan apakah pasien masih suka menggaruk-garuk lesi.

Diagnosa Keperawatan
DXI
Gangguan integritas kulit yang b/d vesikel dan eritema yang menyebar.

Tujuan:
Integritas kulit, dapat diatasi.

Intervensi:
  • Ganti baju sesering mungkin
  • Beri bedak atau talk

Rasionalisasi:
  • Rasa gatal berulang
  • Membuat tubuh lebih nyaman

Implementasi:
  • Mengganti baju sesering mungkin
  • Memberi bedak atau talk

Evaluasi:
Rasa gatal berkurang.

DX II
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d penggarukan.

Tujuan:
Pasien mempertahankan integritas kulit.

Intervensi:
  • Potong kuku yang panjang
  • Berikan pakaian yang tipis, longgar, dan tidak mengiritasi
  • Berikan losion yang melembutkan

Rasionalisasi:
  • Untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder
  • Panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal
  • Untuk mengurangi rasa gatal
Implementasi:
  • Memotong kuku yang panjang
  • Memberikan pakaian yang tipis, longgar dan tidak mengiritasi
  • Memberikan losion yang melembutkan

Evaluasi:
Kulit tetap utuh.

DX III
Gangguan citra tubuh b/d persepsi penampilan.

Tujuan:
Pasien menunjukkan citra diri yang positif.

Intervensi:
  • Dorong pasien untuk mengekspresikan pasien tentang penampilan pribadi dan reaksi yang dirasakan dengan orang lain
  • Diskusikan bersama pasien tentang perbaikan kondisi kulit

Rasionalisasi:
  • Untuk memfasilitasi koping
  • Untuk memberikan harapan

Implementasi:
  • Mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan tentang penampilan pribadi dan reaksi yang dirasakan dengan orang lain
  • Mendiskusikan bersama pasien tentang perbaikan kondisi kulit

Evaluasi:
Px menunjukkan tanda-tanda rasa nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif dkk, Kapita Selekta, Ed III, Fakultas Kedokteran, Jakarta, 2000.
Syaifuddin H, Anatomi Fisiologi, Ed 2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997.
Brunner and Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Jakarta, Penerbit EGC, 2001.


0 Response to "Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dermatitis"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel