Asuhan Keperawatan Hematologi Anemia

BAB I
TINJAUAN TEORITIS

A. Landasan Teoritis Medis

1. Defenisi

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb atau hitungan eritrosit lebih rendah dari normalnya.
Dikatakan anemia apabila Hb < 44 g/dl dan Hb < 41% pada pria dan Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita.
(Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Anemia adalah penyakit yang berkaitan dengan suatu penurunan kadar Hb dan kerusakan eritrosit yang berlebihan.
(Prinsip Keperawatan Pediatric, 1996)

Jenis-jenis anemia adalah:
1. Anemia mikrositik hipokrom
     a. Anemia defisiensi besi
     b. Anemia penyakit kronik
2. Anemia makrositik
     a. Defisiensi Vit B12
     b. Defisiensi asam folat
3. Anemia karena perdarahan
4. Anemia aplastik
5. Anemia hemolitik
Anemia aplastik terjadi karena ketidak sanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.
(Kapita Selekta Kedokteran, 1999)
Anemia aplastik terjadi karena rusaknya sum-sum tulang gangguan berupa berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhantinya pembentuk sel hemoepoetik dalam sumsum tulang.
(Perawatan Anak Sakit, 1997)

2. Etiologi
1) Faktor kongenital
     Sindrom fancoi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali, strabismus, kelainan ginjal.
2) Faktor di dapat:

  • Bahan kimia
  • Obat-obatan
  • Radiasi
  • Infeksi, keganasan, gangguan endokrin, dan sebagai idiopatik.


3. Anatomi Fisiologi
Sistem hematology tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan.
Cairan darah tersusun atas komponen sel yang tersuspensi dalam plasma darah. Sel darah dibagi menjadi eritrosit (sel darah merah, normalnya 5.000 per mm3 darah) dan lekosit (sel darah putih, normalnya 5.000 sampai 10.000 per mm3 darah). Terdapat sekitar 500 sampai 1.000 eritrosit tiap satu lekosit. Lekosit dapat berbeda dalam beberapa bentuk: eosinofil, basofil, monosit dan limfosit. Selain itu dalam suspensi plasma, ada juga fragmen-fragmen sel tak berinti yang disebut trombosit (normalnya 150.000 sampai 450.000 trombosit / mm3 darah). Komponen seluler darah ini normalnya menyusun 40% - 45% volume darah. Fraksi darah yang ditempati oleh eritrosit disebut hematokrit. Darah terlihat sebagai cairan merah, opak dan kental. Warnanya ditentukan oleh hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah.
Volume darah manusia sekitar 7% - 10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Darah bersirkulasi di dalam sistim vaskuler dan berperan sebagai penghubung antara organ tubuh, membawa oksigen yang diabsorbsi oleh paru dan nutrisi yang diabsorbsi traktus gastrointestinal ke seluruh tubuh untuk metabolisme sel.
Darah juga mengangkut produk sampah yang dihasilkan oleh metabolisme ke sel paru dan ginjal yang akan ditransformasi dan dibuang keluar dari tubuh. Darah juga membawa kromoson dan antibody ke tempat sasaran atau tujuan.
Untuk menjalankan fungsinya, darah harus tetap berada dalam keadaan cair normal. Karena berupa cairan, selalu terdapat bahaya kehilangan darah dari system vaskuler akibat trauma. Untuk mencegah bahaya ini, yang dapat diaktifkan setiap saat diperlukan untuk menyumbat kebocoran pada pembuluh darah.


4. Patofisiologi


  • Pada pasien dijumpai tanda dan gejala (panas, pucat, perdarahan, purpura dan mungkin timbul demam)
  • Pada pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia dan infositosis relatif
  • Pada aspirasi sumsum tulang terdapat gambaran sel sangat kurang banyak jaringan penyokong dan jaringan lemak



5. Manifestasi Klinis
  • Pada pasien dijumpai tanda dan gejala seperti: panas, pucat, purpura dan mungkin timbul demam, kelemahan serta sesak nafas pada saat latihan.
  •  Pada pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia dan infositosis relative.
  • Pada aspirasi sumsum tulang terdapat gambaran sel sangat kurang banyak jaringan penyokong dan jaringan lemak.
  •  Perdarahan abnormal akibat trombositopenia.
  • Bila granilosit juga terlibat, pasien biasanya mengalami demam, faringitis akut, atau berbagai bentuk lain sepsis dan perdarahan.
  • Sel darah merah normositik dan normokromik, artinya: ukuran dan warnanya normal, dan sering pasien tidak mempunyai temuan fisik yang khas: adenopati (pembesaran kelenjar) dan hepatospenamegali (pembesaran hati dan limfa).


6. Pemeriksaan Diagnostik

Eritrosit : 4 juta / mm3
Retikulosit : rendah (kurang dari 1%)
Leukosit : ± 2000 / mm3
Granulosit : berkurang
Zat besi serum : meningkat
Kapasitas peningkatan zat besi : normal jika tidak ada perdarahan
Tes koagulasi : abnormal
Sumsum tulang : hipo seluler, sumsum berlemak dengan sedikit sel penyokong, kepadatan sumsum tulang kurang dari 20%

Pemeriksaan analisa gas darah
Trombosit : < 20.000 / ml
Neutrofil : < 500 ml


7. Penatalaksanaan

Tujuan utama therapy adalah: pengobatan yang disesuaikan dengan etiologi dari anemianya. Berbagai tehnik pengobatan dapat dilakukan seperti:

  • Transfusi darah, sebaiknya diberikan packed red cell, bila diperlukan trombosit berikan darah segar / platelet concentrate.


Transfusi darah diberikan jika diperlukan saja, lama pemberian transfusi darah terlampau sering akan menimbulkan depresi sumsum tulang / akan menimbulkan reaksi hemolitik sebagai akibat dibentuknya antibody terhadap sel-sel darah tersebut.

  • Pengobatan terhadap infeksi sekunder


Untuk mencegah infeksi sebaiknya anak diisolasi dalam ruangan yang suci hama, higien yang baik juga perlu untuk mencegah timbulnya infeksi. Atasi komplikasi (infeksi) dengan pemberian antibiotic.

  • Makanan umumnya diberikan dalam bentuk lunak, bila terpaksa diberikan melalui pipa lambung, harus hati-hati karena dapat menimbulkan luka / perdarahan pada waktu memasukkan pipanya.
  • Pemebrian prednison dosis 2 – 5 mg / kg bb / hari per oral: Testosteron dengan dosis 1 – 2 mg / kg bb / hari secara parenteral.
  • Kortikosteroid dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan akibat trombositopenia berat.
  • Androgen seperti fluokrimesteron, testosterone, metandrostenolon, dan nodrolon. Efek samping yang mungkin terjadi virilisasi, retensi air dan garam, perubahan hati dan anenore.
  • Imunosupresif seperti siklosporin globulin anti timosit, champlin, dkk menyarankan penggunaan pada pasien > 40 tahun yang tidak dapat menjalani transplantasi sumsum tulang dan pada pasien yang telah mendapatkan transfusi berulang.
  • Transplantasi sumsum tulang.
  • Terapi imunosupresif dengan globulin anti timosit.
  • Istirahat untuk mencegah perdarahan trauma pada otak.


8. Komplikasi
  • Hemoragic
  • Sirosis hepatis
  • Sepsis
  • Kegagalan cangkok sumsum
  • Leukemia micingan akut
  • Gagal jantung


B. Landasan Teoritis Keperawatan

1. Pengkajian
• Aktivitas / istirahat

Gejala:
Keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan produktivitas, penurunan semangat, intoleransi terhadap latihan rendah.
Tanda:
Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan, tubuh tidak tegak, bahu menurun, berjalan lambat.

• Sirkulasi
Gejala:
Riwayat kehilangan darah kronis, riwayat endobanditis, infeksi kronis.
Tanda:
Ekstremitas pucat pada kulit dan membrane mukosa, kuku mudah patah, berbentuk sendok.

• Integritas ego
Gejala:
Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya: penolakan transfusi darah.
Tanda:
Depresi

• Eliminasi
Gejala:
Riwayat fidonetritis, gagal ginjal, diare / konstipasi, penurunan keluaran urin.
Tanda:
Distensi abdomen.

• Makanan / minuman
Gejala:
Penurunan masukan diet, nyeri mulut dan anoreksia, adanya penurunan berat badan.
Tanda:
Lidah tampak merah daging, membrane mukosa kering, pucat, turgor kulit buruk, kering tampak kisut, dan inflamasi bibir dengan sudut bibir pecah.

• Higiene
Tanda:
Kurang bertenaga, penampilan tidak rapi.

• Neurosensori
Gejala:
Sakit kepala, pusing, depresi, cenderung tidur, ofalmik, hemoragis retina (aplastik), epitaksis, perdarahan dari tulang-tulang (aplastik)

• Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala:
Nyeri abdomen samar,sakit kepala.

• Pernafasan
Gejala:
Riwayat TB, abses paru, nafas pendek saat istirahat dan aktivitas.
Tanda:
Takipnea, ortopnea, dispnea.

• Keamanan
Gejala:
Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahaya kimia, tidak toleran terhadap dingin / panas, transfusi darah sebelumnya, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda:
Demam rendah, menggigil, berkeringat malam, petekie dan etimosis (aplastik).

• Sexualitas
Gejala:
Perubahan aliran menstruasi, hilang libido, impotent.
Tanda:
Serviks dan dinding vagina pucat.

• Penyuluh
Gejala:
Kecenderungan keluarga untuk anemia.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa 1
Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan d/d kelemahan dan keletihan dan penurunan toleransi aktivitas.

Tujuan:
Pasien dapat melakukan aktivitasnya seperti sebelum sakit.

Kriteria hasil:
  • Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
  • Menunjukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi aktivitas misalnya: nasi, pernafasan masih dalam rentang normal pasien.

Intervensi
Rasional
·     Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas, catat laporan kelelahan, keletihan
·     Kaji kehilangan: gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot

·     Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing

·     Berikan bantuan ambulasi / aktivitas bila perlu, memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin
·     Gunakan penghematan energi misalnya: mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugasnya
·     Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila nyeri dada, nafas pendek dan kelemahan
·     Mempengaruhi pilihan intervensi / bantuan

·     Menurunkan perubahan neurologis karena defisiensi Vit B 12 mempengaruhi keamanan pasien
·     Hipotensi postural (hipolesia serebral dapat menyebabkan pusing, peningkatan resiko cedera)
·     Membantu bila perlu jaga diri ditingkatkan bila pasien melakukannya sendiri

·     Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan

·     Regangan / stress kardioputro berlebihan / stress dapat menimbulkan dekompresi / kegagalan


Diagnosa 2
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tuubh b/d kegagalan untuk mencerna / ketidakmampuan untuk mencerna d/d penurunan berat badan dan penurunan toleransi untuk beraktivitas, kelemahan, kehilangan tonus otot.

Tujuan:
Kebutuhan nutrisi meningkat.

Kriteria hasil:
  • Menunjukkan peningkatan berat badan
  • Tidak mengalami tanda mal nutrisi

Intervensi Rasional
  • Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai

  • Observasi dan catat masukan-masukan pasien

  • Timbang berat badan tiap hari


  • Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering


  • Konsul pada ahli gizi


  • Observasi dan catat kejadian mual / muntah dan gejala lain
  • Mengidentifikasi konsumsi menduga kemungkinan intervensi
  • Mengawasi makanan atau kualitas kekurangan konsumsi makanan
  • Mengawasi penurunan berat badan efektivitas intervensi nutrisi
  • Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi
  • Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan
  • Gejala GE dapat menunjukkan efek anemia pada organ


Diagnosa 3
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi dan neurologi, gangguan mobilitas.

Tujuan:
Mempertahankan integritas kulit.

Kriteria hasil:
Mengidentifikasikan faktor resiko untuk mencegah cedera cermat.


Intervensi Rasional
  • Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, eritema


  • Ubah posisi secara periodeik dan pijat permukaan tulang bila pasien tidak bergerak di tempat tidur

  • Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih batasi penggunaan sabun


  • Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif
  • Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan mobilisasi, jaringan dapat menjadi cenderung untuk infeksi yang rusak
  • Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit membatasi iskemia, jaringan / mempengaruhi hipoksia seluler
  • Area lembab, terkontaminasi, media yang baik untuk pertumbuhan organisme patogenik, sabun dapat mengeringkan
  • Meningkatkan sirkulasi jaringan mencegah statis

Diagnosa 4
Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan sekunder, penurunan leucopenia atau penurunan granulosit.

Tujuan:
Tidak ada tanda-tanda infeksi.

Kriteria hasil:
  • Mengidentifikasi perilaku untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
  • Meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase / pirulen / eritenia dan demam

Intervensi Rasional
  • Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan pada pasien
  • Pertahankan tehnik aseptik ketat pada prosedur / perawatan luka
  • Berikan perawatan kulit, lakukan dengan cermat
  • Pantau / batasi pengujung berikan isolasi bila memungkinkan
  • Pantau suhu / catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
  • Kolaborasi pemberian antibiotik
  • Mencegah kontaminasi selang / kolonisasi bakteri

  • Menurunkan resiko kolonisasi / infeksi bakteri

  • Menurunkan resiko kerusakan kulit jaringan pada infeksi
  • Perlindungan isolasi dapat dibutuhkan pada anemia aplastik, bila terganggu
  • Adanya proses inflamasi / infeksi membutuhkan pengobatan
  • Mencegah infeksi sekunder



BAB II
TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
I. Identitas anak
Nama : An. F
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 9 bulan
Tanggal lahir : 24 – 4 – 2007
Tanggal masuk : 11 – 2 – 2008
Tanggal pengkajian : 26 – 2 – 2008

II. Identitas orang tua
Nama ayah : Tn. S
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan terakhir : SMU
Suku / bangsa : Batak / Indonesia
Alamat : Samosir

Nama ibu : Ny. W
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan terakhir : SMU
Suku / bangsa : Batak / Indonesia
Alamat : Samosir


III. Kedudukan anak dalam keadaan keluarga dan keadaan anak sekarang

Kehamilan AB Lahir mati Lahir hidup Jenis kelamin Keadaan sekarang
Sakit Sehat
I - - -
II - - -

IV. Alasan dirawat
Keluhan utama pucat, hal ini dialami os ± 2 bulan yang lalu dan semakin memberat dalam 3 minggu yang lalu.
 Os juga mengalami demam yang bersifat naik turun, os mengalami batuk dan sesekali berdahak dan os juga sudah pernah dirawat di RS Pangururan.

V. Riwayat kesehatan saat ini
Os tampak pucat, suhu tubuh meningkat, temp 380C, sudah 2 bungkus darah yang masuk.

VI. Riwayat kesehatan masa lalu
  • Penyakit yang pernah diderita: klien pernah dirawat di RS Pangururan karena demam dan os tampak pucat
  • Alergi: tidak ada
  • Kecelakaan: tidak ada
  • Imunisasi: ada, BCG pada usia 1 bulan

VII. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga endogen yang mengalami sakit seperti klien.

VIII. Riwayat sosial
  • Yang mengasuh anak: orang tua (ayah dan ibu klien)
  • Hubungan dengan anggota keluarga: anggota keluarga mau menyayangi dan menemani klien
  • Hubungan dengan teman sebaya: klien jarang bermain-main dengan teman sebaya
  • Hubungan dengan ayah: ayah klien sangat sayang pada os dan ayah klien ikut menjaga os di RS
  • Hubungan dengan ibu: ibu selalu menjaga klien dan sangat dekat dengan klien
  • Tingkah laku klien di RS: os sering menangis
  • Tingkah laku anak di rumah: orang tua os mengatakan os sering rewel
  • Lingkungan rumah: orang tua os mengatakan lingkungan rumah aman, tentram

IX. Pemeriksaan fisik
1) TB/ BB: 61 kg / 6,9 kg
2) Kepala
Bentuk kepala oval, rambut hitam dan bersih
3) Mata
Pupil isokor kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera anemik.
4) Hidung
Tidak terdapat polip, perdarahan tidak ada
5) Mulut
Tidak terdapat perdarahan maupun peradangan, bentuk bibir normal bau nafas khas
6) Telinga
Tidak terdapat peradangan, serumen dalam batas normal, tidak terdapat cairan dalam telinga
7) Leher
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid
8) Thorax
Bentuk dada simetris fusiformis, retraksi tidak ada
9) Paru-paru
Simetris kiri dan kanan, retraksi dada tidak ada, jumlah pernafasan 30 x/i
10) Jantung
Normal (lup dup) HR 124 x/i
11) Abdomen
Soepel, peristaltik ada, hepar dapat diraba
12) Genitalia
Bersih, tidak ada kelainan
13) Kulit
Elastisitas kulit baik, cubil kulit kembali dalam 1 – 2 detik
14) Ekstremitas
Atas:
Pergerakan terbatas karena terpasang infus, tampak sianosis bagian jari
Bawah:
Tidak ada gangguan

X. Kebutuhan dasar
1) Nutrisi
Sebelum masuk RS diet os adalah makanan biasa (bubur), nafsu makan baik, porsi yang dihabiskan satu porsi habis, alat makan yang dipakai sendok makan
Sesudah masuk RS diet os adalah MB I bubur ayam 690 kkal dengan 14 gram protein, nafsu makan berkurang, porsi yang disediakan hanya ¼ porsi saja yang habis, peralatan makan yang dipakai sendok makan.

2) Minuman
Sebelum masuk RS jenis minuman os yaitu minum susu setiap harinya sebanyak ± 120 cc / hari
Sesudah masuk RS jenis minuman os yaitu minum susu sebanyak ± 100 cc / hari.

3) Pola tidur
Sebelum masuk RS pola tidur os, tidur siang ± 3 – 4 jam dan tidur malam 9 – 11 jam.
Sesudah masuk RS pola tidur os, tidur siang ± 3 – 4 jam dan tidur malam 9 – 10 jam.

4) Kebersihan diri
  • Mandi
Sebelum masuk RS os dimandikan 1 x sehari dengan menggunakan sabun.
Sesudah masuk RS os dimandikan 1x sehari dan kadang tidak dimandikan hanya dilap saja.
  • Mengganti pakaian
Sebelum masuk RS os ganti baju 2 – 3x / hari dan seudah masuk RS os ganti pakaian 2x / hari.

5) Eliminasi
  • BAB
Sebelum masuk RS os BAB ± 1 – 2x/ hari dengan konsistensi lembek warna BAB kuning.
Sesudah masuk RS os BAB ± 1 -2x/hari dengan konsistensi lembek warna BAB kuning

  • BAK
Sebelum masuk RS os BAK 6 – 7x/hari sebanyak ± 100 cc warna BAK kuning jernih dengan bau khas amoniak.
Sesudah masuk RS os BAK 6x / hari sebanyak ± 100 cc dengan warna kuning jernih dan bau khas amoniak.

6) Pola aktivitas bermain
Aktivitas bermain os belum ada karena usia yang masih 10 bulan.

XI. Pemeriksaan laboratorium
a. Faal hati normal
Bilirubin total 1,00 < 1
Bilirubin direct 0,24 < 0,25
SGOP 29 LK: < 38; PR < 31
SPGT 17 LK: < 40; PR ≤ 20
b. Faal ginjal normal
Ureum 13 10 – 50
Creatinin 0,2 0,7 – 1,4

  • WBC: 10,8
  • Neu: 3,74
  • Lym: 6,14
  • Mono: 7,71
  • Hb: 6,73 g/dl
  • RBC: 3,47 m/ul
XII. Therapy
  • Ferriz 4 x 1
  • Diet 690 kkal ditambah 14 gr protein
  • Ambroxol syr 3 x 1 cc
  • Transfusi darah 1 bag / 24 jam
  • Parasetamol 3 x 85 mg


ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS:
Keluarga klien mengatakan os tidak selera makan

DO:
Klien tampak lemah pucat, porsi yang dihabiskan hanya ¼ saja yang habis
  • BB sebelum masuk 7,5 kg
  • BB sesudah masuk 6,8 kg
Ketidakmampuan darah mendistribusikan nutrisi dan anoreksia Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2 DS:
Keluarga os mengatakan badan os teraba panas

DO:
Badan klien panas temp: 38,50C
Hb: 6,73
Jumlah leukosit menurun

Daya tahan tubuh menurun

Terjadinya infeksi sekunder

Suhu tubuh meningkat
Perubahan suhu tubuh
3 DS: -


DO:
  • Hb: 6,73 g/dl
  • Leukosit 3,47m/ul
  • Transfusi darah 1 bag / 24 jam
  • Eritrosit 3,47 m/ml
Perubahan produksi sel-sel darah Resiko tinggi infeksi

Prioritas Masalah
  1. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan darah mendistribusikan nutrisi dan anoreksia d/d klien tampak lemah, pucat, porsi yang disajikan hanya ¼ porsi yang habis, BB sebelum masuk 7,5 kg, sesudah masuk 6,8 kg.
  2. Peningkatan suhu tubuh b/d daya tahan tubuh menurun d/d badan os panas temp: 38,50C, Hb: 6,73 g/dl.
  3. Resiko tinggi infeksi b/d perubahan produksi sel-sel darah d/d Hb 6,73 g/dl, leukosit 3,47 m/ul, transfusi darah 1 bag / 24 jam.



RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : By. Fona                                             Dx Medis : Anemia
Umur : 10 bulan                                              Ruang : RB4


No Diagnosa Keperawatan Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
1 Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmam puan darah mendistribusi kan nutrisi dan anoreksia d/d klien tampak lemah, pucat porsi yang disajikan hanya ¼ porsi yang habis BB sebelum masuk 7,5 kg sesudah masuk RS 6,8 kg Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil menunjukkan BB stabil dengan nilai laboratorium normal
  • Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai
  • Observasi dan catat masukan makanan px


  • Timbang berat badan tiap hari


  • Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering



  • Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan





  • Kolaborasi konsultasi pada ahli gizi
  • Mengidentifika si defisiensi menduga kemungkinan intervensi
  • Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan
  • Mengawasi penurunan BB dan efektifitas intervensi nutrisi
  • Makanan sedikit tanpa menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster
  • Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi
  • Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual
2. Peningkatan tubuh b/d daya tahan tubuh menurun d/d badan os panas 38,50C, Hb 6,73 g/dl Tujuan:
Suhu tubuh kembali normal

Kriteria hasil:
Demam hilang, mukosa mulut berwarna merah
  • Pantau tanda-tanda vital setiap 1 jam
  • Anjurkan px untuk banyak minum



  • Berikan kompres dingin pada daerah dahi
  • Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
  • Ciptakan lingkungan yang aman dan tertib sewaktu bayi tidur
  • Mengetahui keadaan umum pasien
  • Suhu tubuh meningkatkan dapat diimbangi oleh asupan cairan yang tinggi
  • Membantu penyerapan panas

  • Untuk membantu mengurangi suhu tubuh
  • Untuk tidak menganggu istirahat bayi
3 Resiko tinggi infeksi b/d perubahan produksi sel-sel darah d/d Hb 6,73 g/dl, leukosit 3,47 m/ml, eritrosit 3,47 m/ml, transfusi darah 1 bag / 24  jam Tujuan:
Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil:
Mengidentifika si perilaku untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan demam
  • Mandirikan mengigat cuci tangan yang baik oleh perawat sebelum memegang bayi
  • Berikan perawatan kulit, per oral dan oral

  • Pantau suhu tubuh


  • Pantau / batasi pengunjung

  • Kolaborasi pemberian antibiotik
  • Mencegah kontaminasi silang kolonisasi bakteri



  • Menurunkan resiko kerusakan kulit / jaringan dan secara cermat
  • Demam dapat menunjukkan adanya proses inflamasi
  • Membatasi pemajaan terhadap bakteri / infeksi
  • Mencegah infeksi



CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : By. Fona Dx Medis : Anemia
Umur : 10 bulan Ruang : RB4


No Tgl/Jam Dx Evaluasi Implementasi
1 26/2/08
09.00



10.00


11.00


11.30



12.00
1 Mengobservasi dan mencatat makan klien yang halus hanya ¼ porsi saja

Menimbang berat badan px (BB: 6,8 kg)

Memberikan makanan tambahan seperti roti

Mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai

Memberikan makanan sesuai diet habis sebanyak ¼ porsi
S:
Orang tua os mengatakan os tidak selera makan

O:
Os tampak lemah porsi yang disediakan hanya ¼ saja yang habis

A:
Masalah belum teratasi

P:
R/L dilanjutkan
2 09.15




10.30


11.45




12.20




13.00


13.30
2 Memantau tanda vital
Temp: 38,50C
RR: 30 x/i
HR: 124 x/i

Menganjurkan os banyak minum

Memberikan kompres dingin pada daerah dahi dan sering menggantinya

Memberikan parasetamol 3 x 85 mg dan mengontrol tetesan infuse RL 20 tts / i

Mengatur posisi yang nyaman

Memberikan perawatan kulit, perinatal dan oral dengan cermat
S: -

O:
Os tampak lemas Hb: 6,73 mg/dl

A:
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
3 14.00






14.20



15.00




15.30
3 Meningkatkan cuci tangan yang baik dan menganjurkan keluarga mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

Merawat kulit dengan menganjurkan keluarga membersihkan kulit perinatal secara teratur
Membatasi pengunjung dengan menganjurkan pengunjung hanya 1 – 2 orang saja

Memantau suhu tubuh pasien temp: 38,50C
S: -

O:
Os tampak lemah

A:
Masalah tidak terjadi

P:
Intervensi dilanjutkan
4 27/2/08
09.00



10.00


11.00


11.30
1 Mengobservasi dan mencatat makan klien yang halus hanya ¼ porsi saja

Menimbang berat badan px (BB: 6,8 kg)

Memberikan makanan tambahan seperti roti

Memberikan makanan sedikit tapi sesering mungkin
S:
Orang tua os mengatakan os tidak selera makan

O:
Os tampak lemah, porsi yang disajikan hanya ¼ saja yang habis

A: Masalah belum teratasi

P:
R/L dilanjutkan
5 09.15




10.30


11.45






12.20




13.00


2 Memantau tanda vital
Temp: 38 0C
RR: 30 x/i
HR: 124 x/i

Menganjurkan os banyak minum

Memberikan parasetamol 3 x 85 mg dan mengontrol tetesan infuse glukosa 5% dan natrium klorida 0,225% 10 tts / i

Memberikan konpres dingin pada daerah dahi dan sering menggantinya

Mengatur posisi yang nyaman

Memberikan perawatan kulit, perinatal dan oral dengan cermat
S: -

O:
Os masih tampak lemah Hb 6,73 mg/dl temp: 380C

A:
Masalah sebagian teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
6 14.00






14.20



15.00


15.30
3 Meningkatkan cuci tangan yang baik dan menganjurkan keluarga mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

Membatasi pengunjung dengan menganjurkan pengunjung hanya 1 – 2 orang saja
Memantau suhu tubuh pasien temp: 38,50C

Merawat kulit dengan menganjurkan keluarga membersihkan kulit perinatal secara teratur
S: -

O:
Os lemah

A:
Masalah tidak terjadi

P:
Intervensi dilanjutkan
7 28/2/08
09.00

10.00


11.00



11.30



12.00



13.00
1 Menimbang berat badan px (BB: 6,8 kg)

Memberikan makanan tambahan seperti roti

Mengkaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai

Memberikan makanan sesuai diet halus sebanyak ¼ porsi

Memberikan makanan sedikit tapi sesering mungkin

Mengobservasi dan mencatat makan klien
S:
Orang tua os mengatakan os tidak selera makan

O:
Os tampak lemah posisi yang disediakan hanya ¼ saja yang halus

A:
Masalah belum teratasi

P:
R/L dilanjutkan
8 09.15




10.30


12.20






13.10




13.30
2 Memantau tanda vital
Temp: 37 0C
RR: 32 x/i
HR: 124 x/i

Menganjurkan os banyak minum

Memberikan parasetamol 3 x 85 mg dan mengontrol tetesan infuse glukosa 5% dan natrium klorida 0,225% 10 tts / i

Memberikan kompres dingin pada daerah dahi dan sering menggantinya

Mengatur posisi yang nyaman
S: -

O:
Os tampak lemah temp 370C

A:
Masalah teratasi

P: -
9 14.00






14.20




15.00


15.30
3 Meningkatkan cuci tangan yang baik dan menganjurkan keluarga mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

Membatasi pengunjung dengan menganjurkan pengunjung hanya 1 – 2 orang saja

Memantau suhu tubuh pasien

Merawat kulit dengan menganjurkan keluarga membersihkan kulit perinatal secara teratur
S: -

O:
Os masih tampak lemah

A:
Masalah sebagian teratasi


P:
Intervensi lanjutkan


DAFTAR PUSTAKA

Dona L. Wong, 1996, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta.

Suryadi, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I, PT. Fajar Inter Pratama, Jakarta.

Ngastiyah, 1957, Perawatan Anak Sakit, EGC.

Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002, Ilmu Kesehatan Anak, Info Medica, Jakarta.

0 Response to "Asuhan Keperawatan Hematologi Anemia"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel