Asuhan Keperawatan Hipertensi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyakit yang sering muncul dengan berjalannya waktu adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Secara visual penyakit ini memang tidak tampak mengerikan. Namun ia bisa membuat penderita terancam jiwanya atau paling tidak menurunkan kualitas hidupnya.
(Bangun AP, 2002, hal 1)

askep hipertensi
Hipertensi
Pada umumnya, dengan bertambahnya usia maka darah akan bertambah tinggi, baik tekanan darah tertinggi (sistolik) maupun tekanan darah terendah (diastolik) tetapi tekanan darah diastolik akan menetap pada usia pertengahan dan kemudian akan menurun sejalan dengan pengerasan (kekakuan) pada dinding pembuluh darah arteri yang semakin bertambah, sedangkan tekanan darah sistolik akan meningkat terus.
Di Indonesia sekurang-kurangnya 10% penduduk lanjut usia menderita hipertensi. Di Jawa terdapat 15,2% lansia menderita penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi. 
(Emma S, 2002, hal 36)
Meskipun penanganan hipertensi telah jelas memberi manfaat, tetapi dari suatu survei menunjukkan bahwa rata-rata hanya 1 dari setiap 4 orang penderita hipertensi yang terkontrol tekanan darahnya dengan baik. Sedangkan setengahnya tidak mengetahui bahwa mereka adalah penderita hipertensi atau mengetahui mereka penderita hipertensi tetapi tidak berobat.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi masalah adalah masih tingginya menderita penyakit hipertensi yang belum terkontrol penyakitnya.

C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah bagaimanakah gambaran pengetahuan tentang penyakit hipertensi.


BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN

A. Tinjauan Teoritis
1. Defenisi Hipertensi
Ialah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti hipertensi.

2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% penyebabnya spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom cushing, feokromositoma, koarkfasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

3. Gejala Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. 
Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epitaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.


4. Klasifikasi Sesuai WHO
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normotensi < 140 < 90
Hipertensi ringan < 140 – 180 90 – 105
Hipertensi perbatasan 140 – 160 90 – 95
Hipertensi sedang / berat > 180 > 105
Hipertensi sistolik terisolasi > 140 < 90
Hipertensi sistolik perbatasan 140 – 160 < 90

5. Penatalaksanaan
a. Menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas yang berkaitan.
b. Tatalaksana meski harus disertai obat anti hipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat

Tata laksana dan langkah-langkah yang dianjurkan untuk hipertensi sebagai berikut:
  • Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan
  • Membatasi alkohol
  • Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30 – 45 m / hari)
  • Mengurangi asupan natrium ( <100 mmol Na / 2,49 Na)
  • Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol / hari)
  • Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat
  • Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan

c. Penatalaksanaan dengan obat anti hipertensi dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara filtrasi sesuai dengan umur, kebutuhan dan usia.
(Dikutip dari sumber buku “Kapita Selekta Kedokteran” edisi ketiga, Penerbit Media Aesculapius FK UI, 2007)

B. Tinjauan Askep
Hipertensi: TD Sistolik ≥ 190 mmHg dan TD diastolik ≥ 90 mmHg.

1. Pengkajian
a. Kelemahan letih, napas pendek, gaya hidup monoton
b. Sakit kepala oksipital berat
c. Perubahan berat badan normal  atau obesitas

2. Diagnosa
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
b. Nyeri (akut) sakit kepala berhubungan dengan peningkatan TD vascular serebral
c. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan dengan kebutuhan metabolik dan pola hidup monoton.

3. Intervensi

DX 1

Intervensi Rasionalisasi
Kaji respon klien terhadap aktivitas. Perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 x/m diatas frekuensi istirahat Mengkaji respon psikologi terhadap stres aktifitas
Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi Tehnik menghemat energi, mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplay dan kebutuhan O2
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas Kemajuan aktifitas bertahap dan mencegah peningkatan kerja jantung

DX 2

Intervensi Rasionalisasi
Pertahankan tirah baring selama fase akut Meminimalkan dalam toleransi aktivitas
Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala mis: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan lain-lain Tindakan yang menurunkan vaskular serebral dan memblok respon simpatis efektif dan menghilangkan sakit kepala juga komplikasinya
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala

DX 3

Intervensi
Rasionalisasi
Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan
Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung
Tetapkan keinginan pasien mengurangi berat badan
Berkaitan dengan peningkatan massa tubuh motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan. Bila tidak program sama sekali tidak berhasil
Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diit
Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam program diit terakhir juga membantu kebutuhan individu untuk menyesuaikan penyuluhan

4. Evaluasi
DX 1
Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan, dan melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

DX 2
Pasien mampu melakukan ambulasi tanpa bantuan perawat dan dengan tindakan non farmakologi kebutuhan ambulasi dapat teratasi.

DX 3
Penurunan berat badan dapat diatasi dengan pola diet yang diprogramkan.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Responden yang memperoleh informasi dari televisi lebih berpengetahuan baik dari pada media informasi lain.
2. Responden yang bekerja di luar rumah berpengetahuan lebih baik dari pada responden yang hanya tinggal di rumah.
3. Responden umumnya berkarakteristik sebagai berikut: tingkat SD dan mayoritas responden adalah ibu rumah tangga.

B. Saran
Untuk instansi pemerintah, diharapkan dan diupayakan pemberian informasi tentang penyakit hipertensi di media cetak dan media elektronik perlu ditingkatkan secara teratur dan berkesinambungan, sehingga pengetahuan masyarakat terutama lansia dan tingkatan


DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1999.
Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moor House Dan Alice C. Geissler, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta, 1993.
Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, Keperawatan Medikal Bedah, (Brunner dan Suddarth), Edisi 8, Vol 2, EGC, Jakarta, 1997.

0 Response to "Asuhan Keperawatan Hipertensi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel